8 - Salah Mencari Lawan

638 121 40
                                    

Mulai bab ini, saya bakalan ngasih target.

150+ vote
35+ komentar

Bukannya apa-apa, saya cuma pengen ngeliat berapa banyak teman2 semua yang suka membaca cerita saya.

Segitu aja sedikit pemberitahuan dari sana. Selamat membaca dan semoga di bab ini kalian bakalan makin terpesona dengan babang Antara.
                                                                              
🍃🍃🍃
                                                                              
Di dalam sebuah rumah yang terlihat lebih bagus dan pastinya jauh lebih terawat dibandingkan dengan rumah yang biasa digunakan untuk menyambut 'tamu', wanita berpakaian serba hitam itu duduk terpaku di atas lantai porselen yang terasa dingin. Sepasang matanya menatap nanar ke arah putrinya yang tampak begitu menderita, merintih sambil mengetuk-ngetuk keras kepalanya ke tempat tidur.

Tidak ada yang bisa wanita itu lakukan. Ia yang biasanya membantu 'tamunya' dalam mempermudah untuk mencapai keinginan mereka, kini malah dibuat tak berdaya.

Sewaktu putri yang disayanginya itu pulang kemarin siang dengan wajah yang begitu pucat dan tubuh bergetar, wanita yang rambutnya diikat dengan rapi tersebut sempat mendesak putrinya untuk mengatakan apa yang terjadi padanya.

Jawaban putrinya yang mengatakan bahwa 'lawan' mereka bukan orang sembarangan dan putrinya itu telah menerima hukuman atas apa yang hendak dilakukannya, wanita itu tak percaya.

Tapi kini, di saat jam menunjukkan tepat pukul 12 siang, ia menyaksikan sendiri bahwa apa yang dikatakan putrinya benar adanya.

Dan, Mahalini, yang selama ini begitu mempercayai kekuatan yang dimilikinya, dimana selama ini tidak pernah sekali ia gagal dalam mewujudkan apapun yang diinginkan oleh para 'tamunya', sekarang hanya bisa terduduk tak berdaya sembari menyandarkan punggungnya yang lunglai di dinding serta air mata yang menurun di kedua pipi melalui kelopak matanya.

Rintihan sakit putrinya terdengar begitu memilukan. Di kala air mata putrinya itu terus mengalir serta gerakkan memukulkan kepalanya sendiri ke atas tempat tidur semakin keras dilakukan, barulah Malini yang tadinya berusaha menjaga suara tangisnya tak lagi dapat membendungnya.

Apa yang terjadi kepada putrinya merupakan kesalahan yang disebabkan olehnya. Mahalini berpikir, jika saja waktu itu ia menuruti kata hatinya dan tak membiarkan putri yang sangat disayanginya itu pergi, maka putrinya tidak akan semenderita ini.

"Ada apa dengannya?"

Suara yang terdengar sangat familiar tersebut membuat Mahalini segera mendongak ke arah datangnya suara. Begitu melihat seorang pria yang padanya Mahalini telah melabuhkan hatinya berdiri tak jauh darinya, tangisan Mahalini semakin tak terbendung lagi.

Pelukan erat dari sepasang lengan yang kokoh yang seketika melingkar di tubuhnya terasa begitu menenangkan. Hingga Mahalini menyandarkan pasrah tubuhnya ke dada bidang yang tak ditutupi apapun itu seraya berharap bahwa pria yang dianggapnya sebagai suami bisa membebaskan putri mereka dari rasa sakitnya.

"Jangan hanya terus menangis, Lin. Beri tahu padaku, apa yang sudah terjadi kepada putri kita sampai dia terlihat menderita begitu?"

Mahalini menghela napas. Butuh beberapa menit baginya untuk menenangkan diri dan menghentikan tangis. Sehingga, setelah merasa sedikit tenang, dalam keadaan masih dipeluk oleh pria yang sangat dicintainya itu, Mahalini mendongak dan menatap pria yang menunduk untuk membalas tatapannya itu. "Lawan kita bukan orang sembarangan. Putri kita telah mendapat hukuman karena berniat jahat kepada gadis itu." jawabnya dengan suara yang terdengar bergetar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 14, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sang Pewaris [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang