Sepanjang perjalanan dari rumahnya ke tempat ini, Briana selalu berpikir jika orang yang akan ditemuinya merupakan seseorang berjenis kelamin laki-laki dan pastinya sudah tampak renta. Menilai dari tampilan luar rumah ini, dimana seluruh dindingnya terbuat dari kayu, atap daun yang menaungi serta halam kecil yang tampak berantakan dan tak terawat membuat Briana semakin yakin jika pikirannya itu benar adanya.
Namun siapa yang akan menyangka jika sosok yang mengenakan pakaian berwarna serba hitam tersebut ternyata berjenis kelamin perempuan. Ditambah lagi sosok itu tidaklah begitu tua. Mungkin hampir seumuran dengan ibunya.
Dengan adanya sebuah meja yang memisahkan mereka, dimana wanita itu duduk di lantai yang sedikit lebih tinggi dan Briana sendiri duduk di lantai yang sedikit lebih rendah, Briana terus memperhatikan keseluruhan penampilan wanita itu.
Tidak ada gigi yang menghitam ataupun rambut yang acak-acakkan. Penampilan wanita itu terlihat seperti orang biasa dan tak tampak seperti orang yang 'berilmu'.
Tapi, karena Briana sudah bertekad untuk mewujudkan keinginan hatinya, meski ayahnya sudah berjanji akan membujuk kakek dari pria yang Briana idamkan, Briana menguatkan hati untuk datang ke tempat ini dengan diantarkan oleh Sandy, pria yang saat ini duduk tenang di samping sebelah kirinya.
Briana menunggu. Wanita yang tak lagi bisa membedakan antara cinta yang sesungguhnya dan obesesi tersebut tidak lagi mempedulikan apakah yang dilakukannya saat ini benar atau salah.
"Mau menaklukan laki-laki atau mengalahkan saingan?"
Pertanyaan tersebut tentu saja membuat kedua mata Briana membeliak.
Bagaimana bisa wanita seumuran ibunya itu menanyakan pertanyaan yang tepat sasaran seperti itu sementara baik Briana maupun Sandy belum mengucapkan sepatah kata pun sejak mereka melangkah masuk ke dalam rumah ini.
"Jangan terkejut seperti itu. Wajah anda sudah menggambarkan apa bentuk keinginan yang membawa anda ke sini. Jadi, tolong tenanglah. Ceritakan apa keinginan anda dan pastikan bahwa hal itu adalah yang benar-benar anda inginkan."
"Apakah akan ada syarat untuk keinginan saya itu?" Briana akhirnya bersuara. Setelah saling bertukar pandang dengan Sandy, Briana kembali berkata, "Menurut cerita Sandy, adiknya diberi syarat untuk tiap malam jum'at menyediakan dirinya untuk digauli mahkluk yang membantu mewujudkan keinginannya. pakah aku juga akan melakukan hal itu?"
Wanita berpakaian serba hitam itu menggeleng. "Setiap orang syaratnya pasti berbeda-beda. Semua sesuai dengan kesanggupan orang itu sendiri. Jika ada yang sanggup membayar dalam jumlah besar, maka uang bisa dijadikan syarat. Ada juga benda tertentu termasuk di dalam. Dan untuk adiknya lelaki ini, karena dia tidak punya uang ataupun benda yang bisa diberikan, maka dia menjanjikan tubuhnya. Perjanjian yang harus terus dijalankan sampai kematian menjemputnya."
Briana menghela napas lega. Syukurlah dirinya tidak perlu membiarkan tubuhnya dijadikan sebagai tempat pelampiasan nafsu oleh sosok yang tak kasat mata tersebut. Kekayaan yang orang tuanya miliki sudah pasti bisa memberikan seberapa besar pun uang yang diinginkan atau membelikan barang-barang tertentu yang menjadi persyaratan.
Rasanya debaran tak mengenakan dalam dadanya mulai sedikit berkurang. Sehingga Briana kemudian menghembuskan napas lega tanpa ditahan seraya berucap, "Kalau begitu aku akan memberikan uang atau benda apapun yang ada inginkan sebagai pengganti isyarat itu."
Kembali wanita berpakaian hitam itu mengangguk. Meski rambutnya tak diikat dan hanya digerai, penampilan wanita itu memang tidak terlihat seperti dukun-dukun yang ada di film maupun drama.
"Saya akan mengulang pertanyaan saya tadi. Ingin menaklukan laki-laki atau mengalahkan saingan?"
"Dua-duanya." Briana menjawab tanpa harus berpikir lama. Giginya menggeretak marah kala berkata, "Aku ingin gadis sundal itu mati dan lenyap untuk selamanya dari muka bumi ini. Sehingga laki-laki yang aku inginkan tidak akan lagi bisa bertemu ataupun memiliki kesempatan untuk berbicara dengannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Pewaris [ON GOING]
ParanormalKelanjutan - Askana Sakhi Genre dewasa - 21 + Bagi Dewandra Raynelle, hidupnya sudah menjadi bagian dari dongeng. Hal-hal yang biasanya dijadikan ibu-ibu untuk menakuti anak mereka, pada kenyataannya hal tersebut merupakan bagian dari hidup Dewandra...