2 - Gadis Pujaan

364 105 36
                                    

Sebenarnya, karena jumlah vote dan komen di bab sebelumnya belum cukup memuaskan, rencananya bab ini baru akan saya publish besok. Tapi ya udahlah ya, namanya juga cerita baru, makanya masih butuh waktu supaya makin banyak yang mampir di lapak saya ini.

Dan, saya mutusin buat liat dulu. Kalau sampai bab enam nanti jumlah vote dan komennya masih segitu2 aja, saya bakalan nulis 'Erotica series' di Karyakarsa dulu. Nyari recehan sedikit sambil nunggu kalian dilanda rindu sama cerita ini. Nah... kalau misalkan udah rindu, pastinya kalian akan semakin murah hati untuk memberikan vote dan komentarnya.

Jahat ya saya? Nggak pa-palah, cuma sedikit aja kok jahatnya 😁😁

Oh iya, saya mau ngasih tau kalau di bagian mendekati akhir bab ada sedikit adegan dewasanya. Yang nggak suka bisa langsung di skip aja.

Segitu aja dulu sedikit curahan hati saya. Selamat membaca dan jangan lupa untuk menekan tanda bintang serta selipkan juga komentarnya.
                                                                              
🍃🍃🍃
                                                                              
Di dalam hidupnya ini, tidak banyak hal yang Dewandra syukuri. Baik itu kekuatan, kekayaan, kekuasaan ataupun kesempurnaan fisik, tidak ada satu hal pun dari itu semua yang membuatnya merasa bersyukur.

Semenjak mengerti akan situasi yang dijalani, absennya keberadaan sang ibu yang lebih memilih tinggal di luar negeri membuat Dewa tak sedikit pun merasa heran. Juga, tatapan benci sekaligus tak suka dari neneknya setelah wanita paruh baya yang mulai renta itu terbebas dari 'penundukkan' yang diberikan padanya, Dewa juga menganggap hal tersebut biasa baginya.

Dan dari sedikitnya hal yang Dewandra syukuri dalam hidupnya, selain kasih sayang sang kakek dan juga perhatian wanita yang dipanggilnya bunda, keberadaan Alanna Basupati menempati urutan pertama. Hanya dengan memandangi sepasang kedua kelopak yang dinaungi bulu-bulu lentik yang mulai bergerak itu saja sudah membuat Dewa merasa senang.

Apa lagi, beberapa detik setelahnya, kedua kelopak tersebut membuka dan menampakkan sepasang mata yang tampak sedikit memerah karena si pemilik mata baru saja bangun dari tidur lelapnya, Dewa semakin tak kuasa menahan buncahan rasa senang dalam dada hingga akhirnya karena gemas, Dewa memeluk erat gadis pujaannya itu dan menempatkan wajahnya diantara helaian rambut panjang harum milik sosok yang sangat digilainya itu.

Dewa tidak menyesal. Meskipun kelahirannya merupakan bencana bagi beberapa orang, setidaknya dengan adanya Alanna, Dewa merasa dirinya berarti.

Senyum dan tawa gadisnya itu mencerahkan harinya. Sikap manja dan tutur katanya yang lembut membuat Dewa merindu bila sehari saja tidak bertemu dengannya.

Jadi, jangan salahkan dirinya bila sekarang ini Dewa semakin memeluk erat Alanna yang duduk di atas pangkuannya meski gadis itu mulai terasa menggeliat.

"Ih... aku gerah, bang. Lepasin dulu dong, biar akunya bisa ngeliat muka abangku yang super ganteng."

Dewa tersenyum lebar. Pujian di akhir kalimat yang diucapkan oleh calon istrinya itu membuatnya merasa sangat senang dan jika saja tidak merasakan geliatan Alanna ssmakin kuat, sudah pasti Dewa akan terus memeluk gadis yang sebentar lagi bisa ia miliki.

"Kalau abang meluk aku begini, ntar abang bisa malu kalau ada pegawai abang yang masuk ke sini dan ngeliat posisi kita ini. Masa seorang pemimpin nunjukin hal yang nggak baik ke bawahannya."

Sudah terbiasa mengalah, Dewa pun terpaksa melepas Alanna dari pelukannya. Kalimat protes yang sudah berada di ujung lidah seketika tertahan kala kedua tangan gadisnya itu tiba-tiba telah ditempatkan di kedua pipinya.

Sang Pewaris [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang