3. About Samantha's Twins

83 12 7
                                    

Make some noise!!Halah ini ceritanya sepi, siapa yang bakal buat keributan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Make some noise!!
Halah ini ceritanya sepi, siapa yang bakal buat keributan. 🤣🤣

Oke happy reading.
Maaf kalau gaje.

Hujan terlihat mengguyur lebat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hujan terlihat mengguyur lebat. Sambaran petir menyahut seiring angin yang berembus kencang. Pemuda dengan kemeja biru itu berlari menembus hujan untuk menuju parkiran fakultas kedokteran yang sedikit jauh dari fakultas ekonomi dan bisnis. Dia Revan Alfa Samantha, sosok yang berlari untuk menemui seseorang yang meneleponnya. Sesekali ia berhenti untuk menetralkan deru napasnya. Bajunya telah basah kuyup karena diguyur air hujan. Ia tak peduli tujuannya adalah menuju parkiran fakultas kedokteran untuk sekarang ini.

Langkahnya kini terhenti, saat netranya menangkap mobil mewah berwarna biru yang terparkir di bawah pohon palem. Lampu sen yang menyala, menandakan seseorang yang menunggunya sudah berada di dalam mobil itu.

Kontan, ia berlari membuka pintu sebelah kiri dan mendudukkan diri di sana. Netranya beralih menatap sosok yang hanya duduk bergeming tanpa ekspresi di kursi kemudi. "Lo udah nunggu lama?"

Pemuda itu tak menjawabnya. Sosok dengan pakaian denim itu justru memutar tubuhnya ke belakang. Mengambil hoodie hitam di sana dan melemparkannya pada Revan. "Ganti baju lo!"

Revan kontan menangkap hoodie kering itu. Lalu menatap sosok di sebelahnya itu yang tak menatapnya sama sekali. Pemuda itu terlihat menyalakan mobilnya dan mulai melajukannya dengan kecepatan sedang.

Tak ingin membuat suasana menjadi tidak enak, Revan kontan melepas baju basahnya dan menggantikannya dengan baju milik pemuda itu. Seorang pemuda dengan iris, hidung, dan juga bibir yang sama dengan Revan. Bedanya, sosok di sampingnya itu terlihat lebih dingin. Sorot mata tajam yang membunuh, rahang yang lebih tegas dari Revan, dan kulit yang sedikit lebih putih. Tatanan rambutnya pun berbeda, jika Revan memilih menggunakan poni, maka sosok di sebelahnya terlihat tegas dan dewasa dengan dahi yang diperlihatkan.

"Ck ... ceroboh!"

Tepat, Revan tak menanggapinya. Pemuda itu jelas tak akan mendengarkan gumaman itu. Ia tak melihat mimik bibir pemuda itu. Namun, sosok itu tak kesal sama sekali. Ia hanya menatap ke depan sembari melajukan mobilnya, membelah jalanan kota yang diguyur hujan lebat.

Two SerenadesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang