Bab 3

3.8K 18 1
                                    

"Mas, Mas mau kan masuk ke aku arah dari belakang?" tanya Shifa dengan nada sensual di telinga kiri Karim. Karim ingin mengatakan Shifa gila. Apa gadis itu ingin dimasukkan dari pintu belakang?

"Bukan dari sana," komentar Shifa sebelum Karim salah memahami seraya menunjuk ke bagian belakangnya, "tetapi Mas masuk ke depan lewat belakang," lanjutnya. Karim mengerti maksud Shifa. Gadis ini tahu beberapa posisi juga ternyata.

Karim segera memposisikan Shifa supaya bisa dia penetrasi dari arah belakang. Shifa mengikuti permainan Karim dan mengarahkan dua tangan Karim yang awalnya diposisikan di bahu gadis itu ke dua buah dadanya.

Karim yang merasakan sensasi di tangannya, segera meremas kedua buah dada Shifa. Shifa yang mendapatkan sensasi melepaskan desahan-desahan yang membuat libido Karim kembali memuncak secara perlahan. Karim mencium leher Shifa, membuat desahan-desahan yang menyebut namanya itu semakin indah terdengar di telinga Karim.

"Engh, Mas Karim ... puaskan aku Mas!" pinta Shifa di antara lenguhan yang menaikkan gairah wanita itu. Karim semakin bersemangat meremas dua buah dada Shifa. Shifa yang sudah tidak sabar segera menggunakan tangannya untuk mengaduk intimnya, memprovokasi Karim untuk datang.

"Mas, aku pengen milik Mas di sini," ucap Shifa seraya memberikan isyarat dengan tangannya. Karim langsung menggesekkan pusakanya dengan pintu masuk Shifa mendengar pinta gadis itu. Shifa yang merasakan pusaka itu mendekat mendesah, berharap segera merasakan pusaka itu bersamanya di dalam.

Karim mencoba memancing Shifa dengan tidak memasukkan pusaka itu, yang membuat sang gadis kesal. Shifa mencoba meminta dengan sensual kepada Karim.

"Mas, masukkan Mas. Aku gatal pengen milik Mas," pinta Shifa. Karim tidak mengabulkan dan hanya bermain di depan pintu masuk Shifa. Shifa yang menyadari dia dipermainkan langsung menggerakkan tubuhnya untuk menangkap milik Karim.

Karim yang tidak menduga gerakan Shifa langsung merasakan intim Shifa meremas-remas miliknya dengan sangat dahsyat. Shifa menggerakkan pinggulnya, membuat Karim merasa diaduk oleh intim Shifa yang membuat pria itu tidak tahan.

"Ah, Shifa! Kamu bisa membuatku keluar lagi! Ah!"

Shifa tersenyum mendengar kalimat Karim. Menurutnya, Karim terlalu mudah untuk dia luluhkan dengan sentuhan-sentuhan mautnya. Shifa mengerang menikmati pusaka Karim di inti dirinya.

"Mas! Milik Mas enak!"

Karim yang tidak ingin kalah mulai mencoba menggerakkan miliknya. Gerakan masuk dan keluar dari pusaka Karim membuat Shifa merasakan sentuhan-sentuhan nikmat di titik sensitifnya.

"Mas! Terus Mas!" teriak Shifa meminta lebih. Karim yang bersemangat mempercepat gerakannya untuk masuk ke inti Shifa. Karim sudah mengabaikan semuanya tentang Cahaya. Saat ini, otaknya hanya menginginkan Shifa yang membuatnya mabuk. Shifa yang membuatnya nafsu. Shifa yang membuatnya tergila-gila.

"Argh! Mas Karim enak banget sodokannya!" kalimat vulgar keluar dari mulut Shifa. Karim sebenarnya tidak menyangka Shifa bisa mengeluarkan kalimat sevulgar itu, tetapi dia menikmati permainan gadis itu.

"Milikmu juga enak, Shif!" balas Karim tak kalah bersemangat. Kedua tangan Karim terus memainkan buah dada Shifa yang membuat gadis itu semakin mendekati puncaknya. Shifa yang menyadari dia semakin dekat tidak ingin lepas sendirian. Gadis itu ingin Karim lepas bersamanya, dan dia menahan pelepasan itu selama mungkin.

"Mas! Aku sudah mau lepas!" teriak Shifa. Karim yang masih mengejar kenikmatan semakin mempercepat gerakannya. Intim Shifa semakin erat mengunci pusakanya, membuat dia semakin merasakan nikmat dan akhirnya mendekati titik pelepasannya.

"Aku keluar Shifa!" teriak Karim. Shifa yang mendengar itu langsung melepaskan dirinya bersama Karim. Ledakan pelepasan mereka membuat cairan mereka berceceran di kasur Karim. Karim yang kelelahan mendekap Shifa dan membawanya rebahan ke posisi spooning. Pusaka pria itu masih berdiam di dalam inti Shifa.

"Gak mau satu ronde lagi, Mas?" tanya Shifa menantang Karim. Karim mulai berpikir gadis di depannya ini hyper.

"Kamu tidak lelah?" tanya Karim balik kepada Shifa.

"Saya tidak lelah kalau Mas masih mau satu ronde lagi," jawab Shifa dengan nada santai, meskipun sebenarnya gadis itu juga sudah mulai merasakan lelah. Hanya saja, Shifa belum puas. Jika dia akan mengeksplorasi lagi, dia ingin tidak setengah-setengah.

"Kamu menang Shif. Kamu memang luar biasa," ucap Karim yang kelelahan. Pria itu harus memenuhi janjinya bahwa dia akan memberikan A+ jika 'Shifa mau melakukan apapun'.

"Kalau Mas mau kasih aku nilai A+ ke semua praktikumku, aku berkenan bermain untuk Mas selama semester ini," bisik Shifa menggoda Karim dengan permintaannya. Karim yang kelelahan menganggukkan kepalanya. Shifa benar-benar tangguh dan luar biasa. Memberi Shifa nilai terbaik praktikum untuk pelayanannya? Karim rasa tidak masalah. Akal sehatnya sudah rusak oleh Shifa. Jika itu yang diperlukan untuk mendekap Shifa, maka itu hal kecil saja.

"Aku tidak mungkin memberimu tanpa cacat," jawab Karim mengingatkan Shifa permintaannya itu berbahaya. Karim ingin melakukannya, tetapi dia harus bisa mencari cara menjelaskan Shifa memang pantas nilai tersebut.

"Ajarkan aku supaya terlihat pantas untuk nilai itu kalau begitu, Mas Karim," bisik Shifa. Karim merasakan Shifa benar-benar dengan kata 'apa saja' demi mendapatkan nilai sempurna. Lagipula, berduaan dengan Shifa dan bisa menikmatinya kapan saja? Sebuah tawaran yang sangat bagus bagi Karim. Otaknya yang putus akan sangat menyukai itu.

"Baiklah. Kita punya kesepakatan," ucap Karim, "jangan sampai Cahaya tahu tentang kita," lanjutnya. Shifa tersenyum sinis mendengar kalimat itu. Gadis itu memiliki banyak keunggulan dalam posisi ini. Dia telah berhasil mendapatkan banyak hal.

"Mas sudah beneran lelah?" tanya Shifa yang sekarang menggerakkan bagian intimnya, membuat pusaka Karim mendapatkan sensasi luar biasa. Gadis itu juga menggerakkan kedua tangan Karim untuk bermain dengan buah dadanya. Karim merasa dia benar-benar akan dibawa sampai tidak berdaya oleh Shifa. Shifa benar-benar kuat.

"Kamu yang pimpin, Shifa," ucap Karim pasrah. Menyentuh kedua buah dada Shifa membuat dirinya mulai merasakan nafsu lagi. Perlahan, pusakanya yang sudah lemah mulai menegak seiring dengan nafsu kembali memenuhi pikirannya. Shifa tampak menikmati mengarahkan tubuh Karim bermain dengan dirinya.

"Wah, Mas sudah bertenaga lagi ya," ucap Shifa seakan menantang Karim. Sepertinya Shifa menyadari pusakanya yang mulai berisi lagi.

"Bukannya itu maumu?" tanya Karim balik. Shifa membalikkan wajahnya dan mencium bibir Karim, membuat Karim terkejut tetapi menikmati ciuman mereka. Shifa tahu cara menggairahkan dirinya.

"Bagaimana Mas? Ronde berikutnya ya Mas," ucap Shifa saat mereka melepaskan ciuman. Karim tersenyum mendengar kalimat itu. Cahaya tidak pernah melebihi dua ronde bersamanya. Shifa membuatnya gila hingga dia tidak tahu lagi berapa ronde sudah dia bermain.

Yang Karim ingat adalahShifa meneriakkan namanya berkali-kali malam itu, dan dia berulang kali meneriakkannama Shifa. Karim hanya bisa mengingat Shifa selama pergumulan mereka malamitu.

Sentuhan Memabukkan Shifa [21+] [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang