11. Puisi : Dengar

31 0 0
                                    


Dengarmu yang sering kau hilangkan, Seringmu ku diabaikan.
Ceritaku yang tak terdengar,
hanya dirimu yang menggambarkan.

Sakitku yang kusembunyikan,
Karena salahku yang masih kusesalkan.
Mewajarkan, mungkin mestinya memang ini yang harus kuterima, kan?

Jam 5 pagi subuh, terbangunkan.
Ceritaku, "baru sejam tidur, sepertinya ku butuh cukup mengistirahatkan", yang tak kau dengarkan.
Kau hanya menggengam gadai mu, sembari mengetikkan pesan yang kamu pedulikan.
Dan pastinya bukan aku, kan?, dan setelah itu kamu membentakku, mungkin karena memang aku salah ucap, kan?

Ku di sampingmu di warung nasi goreng itu, kembali mewajarkan. Mewajarkan, karena kamu juga memang sering begitu, kan? Dan aku pun memang sering tak didengarkan semua orang, bedanya hanya saja itu sakit, karena kamu yang melakukan.

Mungkin, ekspetasi ku yang berlebihan, kan?
Mungkin, memang kamu saja yang tidak mendengarkan, kan?
Mungkin, suaraku yang sering tersamarkan, kan?
Mungkin, memang layak tak didengarkan, kan?
Mungkin, ini semua memang semua salahku.

Pasti, aku yang tak pandai bercerita, kan?
Katamu, wajar membalas sebuah cerita dengan cerita lain, kan?
Tapi, aku merasa tak pernah dihiraukan, meski sekali.
Pasti karena ceritaku juga, tak penting, kan?
Oh iya, aku memang sering bercerita tak penting, mungkin di situ masalahnya, kan?

Tapi, sakit, Nan.
Jam 5 subuh, terbangunkan.
Sakit, tapi ku mewajarkan. Hanya bisa kuceritakkan di sini saja, kan?.
Ini semua tulisku, karena biasanya suara ku tak terdengar. Mungkin tulis, dapat terbaca. Kan?

cerita pendek.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang