BAB 3 - Innocent

65 9 4
                                    

Aleta bersungut-sungut ketika dia di paksa Nara untuk bertemu dengan orang tuanya. Ancaman Nara tidak main-main jika Aleta menolak. Yakni, karir Aleta akan hancur karena dia sudah melakukan tindakan pelecehan terhadap anak di bawah umur. Alan dan Gala hanya bisa memijit pelipis ketika mendengar perdebatan Nara dan Aleta.

"Ini rumah kamu?" tanya Nara menilik rumah dua tingkat yang tampak mewah dengan pilar kokoh yang besar di kanan kiri sebagai tiang penyangga.

"Bukan, rumah setan! Ya rumah siapa lagi, Tante?" erang Aleta kesal.

Aleta mendesah kasar sekaligus kesal. Dia keluar dari mobil. Aleta menarik napas panjang sebelum menekan bel. Dia harus menebalkan telinga mendengar repetan orang tuanya ketika dia tidak pulang semalaman.

"Ale? Kamu ke mana aja? Mama khawatir," panik Mama Aleta.

Netra Nara membulat," Aruna?"

Perhatian Aruna beralih pada Nara. Dia menilik penampilan Nara yang tampak lebih anggun memakai midi dress.

"Nara? Alan?"

Aleta dan Gala melongo ketika orang tua keduanya saling mengenal satu sama lain.

"Oh, jadi kamu Mama wanita penggoda ini? Pantesan! Anak kamu ini nurun dari sifat kamu yang suka menggoda," tuduh Nara blak-blakan.

Aruna menyipitkan mata mendengar ucapan Nara," maksud kamu apa Nara?"

"Nggak usah sok lugu! Anak kamu ini udah lecehin anak aku yang masih di bawah umur," lontar Nara berapi-api.

"Apa?"

"Siapa yang datang Ma?"

Suami Aruna menghampirinya karena tidak kunjung kembali ke meja makan.

"Alan?"

"Tommy?"

Keduanya saling melempar senyum dan berpelukan. Aleta dan Gala semakin bingung.

"Ini maksudnya apa? Mama udah kenal sama orang tua Gala?" tanya Aleta penasaran.

Aruna mengangguk," dulu, kami satu SMA. Dan, kisah cinta kami terlalu rumit untuk di jelaskan."

Nara menyela," bukan terlalu rumit. Kamu yang gatel pengen rebut Alan kan?"

Gala mengusak rambut," ini ceritanya reunian?"

"Diam kamu!" kompak Nara dan Aruna.

Tommy mengajak Alan masuk ke rumah. Meski Nara bersungut-sungut, dia masih memiliki adab bertamu yang baik.

"Ada masalah apa, Lan? Nara kelihatan emosi," tanya Tommy penasaran.

Alan menghela napas pasrah," kami menangkap basah Gala dan Aleta tidur bersama di apartemen."

"APA?" Aruna seketika shock. Dia melayangkan tatapan maut pada Aleta yang meringis.

"Bukan tidur dalam artian yang Mama pikirkan. Ini hanya salah paham," terang Aleta.

"Benar Tante, semalam Ale-Ale mabuk. Jadi, Gala menolongnya," sela Gala.

Aruna mengalihkan perhatian menatap Gala," jadi, kamu mengambil kesempatan di saat dia mabuk?"

"Eh, Aruna! Anakku masih polos. Nggak seperti anak kamu yang liar! Aku heran, kenapa banyak orang di dunia ini harus bertemu dengan kamu lagi," gerundel Nara.

Saat sekolah menengah atas, Alan, Nara, Aruna dan Tommy bersahabat. Ke empatnya sering menghabiskan waktu bersama. Benih-benih cinta hadir di antara persahabatan mereka. Alan yang diam-diam menyukai Aruna, Nara yang diam-diam jatuh hati pada Alan, dan Tommy yang sejak lama menaruh rasa pada Aruna. Cinta segiempat yang membuat persahabatan mereka hancur. Sikap Nara yang bar-bar dan galak berbanding terbalik dengan sikap Aruna yang lemah lembut. Namun, Alan dan Nara sudah di jodohkan oleh orang tua masing-masing yang ternyata teman baik. Di sisi lain, Aruna tidak terima jika Alan begitu saja menerima perjodohan itu karena Alan hanya mencintainya. Berbagai cara Aruna lakukan untuk mengganggu hubungan Alan dan Nara, hingga Tommy menjadi tameng pelindung dan mengikat Aruna menjadi istrinya.

"Nara, lupakan masa lalu," pinta Tommy.

"Lupakan masa lalu? Gimana aku bisa lupakan masa lalu saat Aruna berusaha menggoda Alan? Kamu tahu kan, saat itu posisi dia udah jadi istri kamu Tom?" komentar Nara kesal.

Tommy mengangguk. Dia menangkup tangan Aruna yang ada di pangkuan," aku udah lama maafin Aruna. Kejadian itu juga udah bertahun-tahun yang lalu. Bagi aku, kita melihat ke depan bukan ke belakang."

Nara mencibir. Alan angkat suara," tuh, kamu dengar kan? Kamu nggak ingat, kita sahabatan berempat loh. Nggak kangen masa-masa SMA?"

Nara merengek," tetap aja aku kesal! Sekarang tambah lagi anaknya yang bikin aku kesal. Pokoknya, aku nggak mau Gala di lecehin Aleta."

Aleta membulatkan mata," Tante, Ale nggak lecehin Gala. Kami nggak melakukan apapun pada malam itu."

Nara menatap Aleta dengan sorot mata tajam," nggak bisa! Kamu udah buat Gala kesayangan Tante udah nggak polos."

Tommy memijit pelipis. Aruna menatap Tommy untuk menanyakan jalan keluar dari permasalahan yang sedang di hadapi.

"Oke, Nara. Kalau kamu nggak tenang kita bisa adain tes dan pemeriksaan untuk Gala dan Aleta di rumah sakit. Kamu setuju?"

Alan memandang Nara yang mengangguk," kalau terbukti Gala udah nggak suci lagi, aku mau minta pertanggung jawaban Aleta!"

Aleta membuka mulut. Dia mengusak rambut mendengar ucapan Nara yang aneh.

"Tante, di mana-mana yang tanggung jawab itu laki-laki. Mana ada perempuan?" protes Aleta.

"Ada! Kamu yang goda Gala lebih dulu. Kamu wanita dewasa. Sudah pasti, Gala tergoda untuk melakukan hal yang tidak seharusnya dia lakukan," pungkas Nara.

Aleta merasa geram setengah mati. Dia melototkan mata memandang Gala yang tidak melakukan pembelaan sama sekali.

"Ma, Gala nggak melakukan apapun sama Ale-Ale. Meski, semalam Aleta liar di kasur, Gala masih bisa mengatasinya," ungkap Gala kelewat jujur.

"Alan," rengek Nara.

Aruna dan Tommy meringis mendengar ucapan Gala. Aleta melempar bantal sofa ke arah Gala.

"Eh, Gelo! Lo ngomong apa sih? Jangan ngada-ngada. Gue nggak liar," elak Aleta.

Gala mendengkus," nggak liar gimana? Lo mabuk, mana sadar. Sean... aku akan melakukan apapun yang kamu minta. Malam ini, aku akan menyerahkan diriku asal kamu mau kembali," tutur Gala menggerakkan bibir menirukan ucapan Aleta malam itu.

Netra Aruna melotot galak menatap Aleta," benar apa yang dikatakan Gala, Ale?"

Aleta menggeleng kuat," nggak, Ma. Gala bohong. Ale nggak mungkin bilang kayak gitu."

Gala mendesis," jangan percaya Tante. Aleta grepe-grepe Gala malam itu. Kalau Gala ikut hanyut dalam suasana, pasti Aleta tinggal nama."

Tanpa Gala sadari, Aruna dan Nara mengerang bersamaan melihat tingkah laku Gala dan Aleta yang sudah tidak benar.

Aleta menepuk kening. Dia mengusap wajah kasar. Rasa geramnya semakin menjadi. Ingin rasanya Aleta mencakar wajah Gala yang innocent. Pagi itu, Aruna dan Nara membawa Gala dan Aleta ke rumah sakit untuk memastikan jika keduanya tidak melakukan seperti apa yang mereka pikirkan.

"Kamu lihat kan? Anak kamu yang gatal grepe-grepe anak aku yang masih polos," serang Nara.

"Kamu yakin Gala masih polos? Kalau dia masih polos kenapa dia pergi ke klub? Gala bilang dia nolong Aleta yang mabuk di klub kan?"

Berondong TengilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang