BAB 1 - Malam Naas

168 12 6
                                    

Seorang gadis yang memiliki wajah oriental menilik arloji di tangan kurusnya. Dia berdecak kesal setelah menunggu selama satu jam di depan gedung kantor, kekasihnya belum menampakkan diri. Perhatiannya teralihkan pada mobil Marcedes yang berhenti di depannya. Gadis itu menghela napas panjang, membuka pintu samping kemudi dan membanting pintu dengan keras.

"Heh, Ale-Ale! Lo mau rusak pintu mobil gue?"

"Nama gue Aleta! Bukan Ale-Ale!" ketus Aleta.

Laki-laki di sebelah Aleta itu mengangguk pelan. Aleta menelengkan kepala pada laki- laki itu.

"Kenapa lo yang jemput? Kenapa bukan Sean?"

Laki-laki yang memiliki wajah simetris itu mengemudikan mobil keluar dari gedung kantor.

"Sean sibuk! Dia nyuruh gue jemput lo."

Aleta mengepalkan tangan geram di pangkuan. Raut wajahnya terlihat menahan amarah.

Laki-laki di samping kemudi itu melirik ekspresi Aleta yang terlihat marah.

"Serem gue, lihat wajah lo kayak mau makan orang."

"Diam lo, Gelo!"

"Nama gue Gala, bukan Gelo!"

"Bodo amat! Beda tipis kan?"

Gala mendengkus. Sejujurnya, dia sangat menghindari Aleta karena sikap Aleta yang judes dan galak tak ada lembutnya menjadi perempuan. Namun,  sepupunya itu meminta Gala menjemput kekasihnya karena dia sedang ada rapat penting yang tak bisa di wakilkan.

Ponsel Aleta berdering. Dia pikir, Sean memberinya kabar. Namun, alarm ponsel pintarnya yang mengingatkan tanggal hari ini yang sudah ditandai Aleta.

"Astaga! Sean ulang tahun hari ini. Kenapa gue bisa lupa?" gumam Aleta menepuk kening.

"Faktor umur, biasa," lontar Gala.

Aleta yang kesal menimpuk lengan Gala dengan tas tangannya.

"Lo udah galak, sadis lagi. Lo nggak lihat gue lagi nyetir?" protes Gala.

Aleta menggerakkan tangan ke depan, dia mengepalkan ke sepuluh jari menahan geram seolah ingin mencakar wajah Gala.

"Antar gue ke toko kue," perintah Aleta.

"Dih, emang gue supir lo? Berani bayar berapa?"

Aleta menatap Gala dengan kesal," lo di tugasin Sean buat jemput gue kan?"

"Eh, dengar ya cewek galak. Gue emang jemput lo. Bukan berarti gue mau antarin lo ke mana-mana," sewot Gala.

Aleta sangat geram pada Gala. Setiap Sean berhalangan menjemput Aleta, Gala yang ditugaskan Sean menjemputnya. Entah mengapa, Sean selalu meminta bantuan pada Gala. Aleta menghubungi Sean sembari mengerling sinis pada Gala.

"Sayang?"

Gala mendelik pada Aleta sekilas. Nada suaranya berubah lembut ketika menelepon Sean.

"Iya, kenapa Sayang? Kamu udah sampai di rumah?"

"Gala nggak mau antar aku ke suatu tempat. Padahal, aku mau beli sesuatu."

Gala berlagak muntah ketika mendengar nada suara Aleta mendadak manja, yang menggelikan di telinganya. Aleta me-loudspeaker ponsel agar Gala mendengar suara Sean dengan jelas.

"Turuti apa kata Aleta, Gala. Kalau kamu tidak ingin--"

"Fine! Ngancam mulu bisanya," putus Gala.

Aleta tersenyum miring, me-nonaktifkan speaker dan menempelkan benda pipih itu ke telinga.

"Kamu udah siap rapat?"

Berondong TengilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang