Hari itu juga, Aleta dan Gala di boyong ke rumah sakit untuk melakukan tes keperawanan. Meski, Aleta sangat yakin dia masih perawan. Sedangkan, Nara sudah mencak-mencak menunggu hasil tes yang akan segera keluar.
"Gara-gara lo nih, Ale-Alea! Coba lo nggak pakai mabuk, nggak bakal gini kejadiannya," gerundel Gala.
Aleta menimpuk Gala dengan tas tangan miliknya," Lo salahin gue? Siapa suruh, lo nolongin! Gue nggak minta."
Nara menyeletuk," Tuh, kamu dengar 'kan Gala? Ngapain sih, kamu tolong perempuan yang nggak tahu diri ini?"
Tommy dan Alan tampak frustrasi melihat bagaimana istri dan anak-anak mereka yang saling bermusuhan. Dering ponsel Aleta memecah kesunyian. Dia menilik nama si pemanggil, lalu menolak panggilan.
"Berisik lo! Mending buang tuh ponsel ke tong sampah," protes Gala ketika berulang kali mendengar nada dering ponsel Aleta.
Aleta yang geram menggerakkan tangan mencomot bibir Gala," Lo bisa diem nggak? Kayak cewek lo, berisik!"
"Gala, Aleta. Kalian jangan bertengkar. Ini rumah sakit," tegur Alan.
Keduanya tampak membuang muka satu sama lain. Setelah menunggu dua jam, akhirnya hasil tes keluar. Hasil tes ada di tangan Aruna. Nara merampas kertas dari tangan Aruna.
"Sini, aku yang baca!"
"Aku duluan!" Aruna kembali merampas kertas dari tangan Nara.
Alan menahan tangan Nara saat ingin kembali merampas kertas di tangan Aruna. Tommy mengusap pundak Aruna ketika membuka kertas di tangannya. Tangannya gemetar setelah membaca keseluruhan tulisan di kertas. Aruna terhuyung ke belakang. Kertas di tangannya terjatuh di lantai.
"Aruna! Ada apa?" tanya Tommy khawatir.
Nara memungut kertas di lantai. Dia penasaran dengan tulisan yang ada di kertas. Bola matanya melebar ketika menatap ke arah Aleta.
"Kamu masih mau ngelak Aleta? Hasil tes ini kamu sudah nggak perawan!"
"HAH?"
Aleta merampas kertas dari tangan Nara. Gala menggeser tubuhnya merapat pada Aleta ikut membaca hasil pemeriksaan Aleta. Sedangkan reaksi Aleta menggeleng ketika membaca setiap tulisan di kertas. Dia kembali menatap Nara.
"Ini pasti ada kesalahan tes, Tante. Aleta dan Gala nggak melakukan apa pun malam itu," aku Aleta.
"Ale benar Ma. Gala bersumpah! Mana mungkin, Gala yang polos ini di polosin Ale-Ale," celetuk Gala.
Aleta menggebuk lengan Gala dengan kesal," Mulut lo lemes! Lo pikir, gue nafsu sama bocah ingusan kayak lo?"
"Setop! Kita bisa bicarain ini di rumah," lerai Alan.
Tommy mengangguk ketika mendapat kode dari Alan. Dia menggiring Aruna meninggalkan rumah sakit. Gala mengusak rambut kasar ketika di mobil.
"Ini yang Mama takutkan, Gala. Kamu ke klub terus terlibat pergaulan bebas kayak gini. Sekarang, harus gimana? Aleta udah nggak perawan," keluh Nara dengan raut wajah cemas.
"Ma, pasti rumah sakit salah diagnosis. Gala dan Aleta benar-benar nggak ngapa-ngapain," bela Gala.
Nara mendelik sinis. Dia menoleh ke belakang menatap Gala," Kamu pikir Mama bodoh? Mama sudah lebih dulu makan asam garam dari pada kamu, Gala. Mana mungkin, rumah sakit salah diagnosis."
Raut wajah Gala semakin gusar. Alan melirik Gala dari kaca spion tengah atas dasbord.
"Kita akan cari jalan keluarnya. Jika kamu memang benar, semua masalah pasti selesai."
Sementara itu di mobil keluarga Aleta. Aruna bersungut-sungut," Aleta, Mama udah bilang 'kan? Jangan pernah pergi ke klub lagi."
"Ale stress! Jadi, Ale butuh hiburan," elak Aleta.
"Bukan karena kamu ada masalah dengan Sean?" terka Tommy.
Aleta menghela napas kasar menyandar di jok. Dia membuang arah pandangan ke luar jendela.
"Jangan sebut nama cowok brengsek itu lagi, Pa. Ale muak dengarnya," kata Aleta.
Tommy hanya memperhatikan Aleta dari kaca spion atas dasboard melihat reaksi wajah Aleta.
"Sejak awal, Papa sudah tidak suka dengan Sean. Melihat attitude anak itu yang sedikit kurang sopan dengan orang yang lebih tua," pungkas Tommy.
Aruna mendengkus," Terus, menurut kamu attitude yang baik itu kayak Gala? Tom, apa kamu lupa apa yang sudah di lakukan Gala pada Aleta?"
Aleta mengurut pangkal hidung memdengar perdebatan orang tuanya. Dia menyumpah serapah Sean dalam hati.
Sean sialan! Gara-gara lo, gue ketimpa sial.
Dua puluh menit berkendara, Aleta kembali ke rumah. Rasa letih luar biasa Aleta rasakan. Seluruh tubuhnya terasa remuk begitu juga dengan hatinya yang hancur berkeping-keping. Meski dengan ogah-ogahan, Aruna tetap menjamu tamunya.
"Sekarang, kita akan selesaikan masalah ini dan cari jalan keluarnya," putus Tommy.
"Aku mau Aleta menikahi Gala!" putus Nara.
Bola mata Aleta melebar," Apa? Tante masih waras? Ale nggak mau nikah sama Gala."
"Gala juga nggak mau nikah muda, Ma. Semua ini hanya salah paham," imbuh Gala.
"Kamu pikir, aku biarin Gala lari dari tanggung jawab setelah apa yang dia lakukan sama Aleta?" sambung Aruna kesal.
Keadaan menjadi kacau balau. Gala menggaruk rambut bingung memikirkan jalan keluarnya.
Astaga! Ini gue pasti mimpi 'kan? Kenapa tiba-tiba gue dapat musibah gini sih? Nikah? Bahkan gue belum kepikiran sama sekali, batin Gala gelisah.
Aleta menyela," Udah deh, jangan ada drama lagi. Hasil tes itu pasti salah. Kita tes ulang lagi di rumah sakit lain."
Nara mendelik sinis ketika menatap Aleta," Tante jadi ragu, kalau kamu yang jebak Gala. Bisa aja 'kan, kamu memang udah nggak perawan?"
Emosi Aruna meledak-ledak. Dia bangkit dari sofa menatap Nara dengan nyalang," Tutup mulut kamu Nara! Meski Aleta nakal, dia masih bisa menjaga dirinya sendiri. Semua ini terjadi karena Gala yang mengambil kesempatan di saat Aleta mabuk."
Nara ikut bangkit dari sofa. Dia tidak terima jika Gala mendapat tudingan seperti itu dari Aruna.
"Eh, dengar ya Aruna! Gala masih polos, bukan seperti Aleta yang liar!"
"Polos apanya kalau Gala sering ke klub? Kamu nggak bisa bela Gala, Nara. Sebagai orang tua, kita hanya tahu perilaku anak kita ketika di rumah. Saat mereka di luar kita nggak pernah tahu apa aja yang mereka lakukan," cecar Aruna.
Nara terhenyak mendengar ucapan Aruna yang ada benarnya. Kelopak mata Nara berembun. Alan dan Tommy menenangkan istri masing-masing. Mereka tidak ingin ikut campur karena jika itu terjadi, maka mereka akan kehilangan 'jatah' selama sebulan.
Gala memijit pelipis, begitu juga dengan Aleta. Kepalanya berdenyut nyeri. Aleta menutup mulut kala rasa mual menyerangnya. Dia buru-buru berlari menuju wastafel pantri. Aleta memuntahkan cairan bening hingga mengeluarkan air mata. Raut wajah Aruna dan Nara seketika tegang. Mereka menyusul Aleta. Gala mengambil helaian rambut Aleta yang memenuhi wajahnya.
"Ale, kamu kenapa Nak?" tanya Aruna khawatir.
"Ale mual Ma. Mungkin--"
"Kamu hamil?" pekik Nara.
Aruna melototkan mata. Dia menutup mulut," A-Ale?"
"Nggak mungkin Ale hamil! Gala aja belum nyoblos. Anak Sean kali," celetuk Gala.
Aleta melototkan mata. Dia menggeram kesal. Terlintas ide untuk membuat Gala mencak-mencak. Dia memasang raut wajah sendu.
"Kalau aku hamil, kamu mau tanggung jawab 'kan, Gala?"
***
Gimana part bab ini? Seru? Mau lanjut nggak? Koment ya! 😇
KAMU SEDANG MEMBACA
Berondong Tengil
Teen FictionMendapati kekasihnya selingkuh, membuat Aleta sakit hati. Aleta memutuskan pergi ke klub menghilangkan kesedihannya. Dia bertemu dengan Gala, sepupu kekasihnya. Namun, nasib naas menimpa Aleta ketika orang tua Gala mendadak mendatangi apartemen put...