TBB (05)

121 8 4
                                    

Sebelum baca ceritanya, vote dulu ya...
_____

Bel tanda istirahat berbunyi nyaring yang membuat para siswa dan siswi berhamburan keluar kelas. Untuk pergi ke kantin mengisi perut mereka, dan sebagian lagi untuk bermain ke kelas lain atau berolah raga.

Ervan dan Reno membereskan buku di mejanya. Setelah itu Reno mulai bertanya pada Ervan.

"Lo kenapa telat? Terus kenapa ga ikut upacara?" Tanya Reno sebal.

"Males," ucap Ervan sekenanya.

"Jawaban lo kaya cewek lagi pms aja Van, lagian kenapa ga bilang sih, kalo mau telat. Kan gue mau ikutan,"

"Agak laen ya, otak lo, Ren." Ucap Ervan dengan nada nyolot. Lalu Reno tertawa mendengar perkataan Ervan

"Iya, gue emang lagi pms, kenapa lo? Masalah?" Lanjut Ervan dalam hati.

Ternyata, Ervan memang mengalami datang bulan tadi pagi. Dia harus menyetok pembalut, agar tidak terlalu malu untuk membelinya lagi. Pembalut yang Ervan gunakan bentuknya seperti celana dalam perempuan.


"Ya udah, kantin yu, makan." Ucap Reno.

"Boleh,"

Mereka berdua pergi beriringan ke kantin. Sesampainya di kantin, Ervan mencari tempat duduk dan Reno memesankan pesanan.

Jika tempat duduk itu sudah di tempati oleh Ervan. Tidak ada yang berani duduk di tempat yang sama, apalagi mengusirnya.

Setelah lama menunggu, pesanan Ervan pun datang dibawa oleh Reno. Mendudukan pantatnya di kursi, Reno langsung memberikan mie bakso dan minuman ke arah Ervan.

"Lo ada masalah ya, sama bokap lo?" Reno tahu betul tentang kehidupan Ervan. Tentang papanya yang selalu mengabaikannya dan tidak pernah menganggapnya.

"Ya gitu lah, Ren." Ervan tampak tidak ingin membicarakannya di tengah-tengah kantin yang ramai oleh siswa.

"Sabar ya, Van. Nanti pasti ada masanya papa lo bakal nerima lo, dan nganggap lo ada." Ucap Reno menyemangati.

"Ya.."

Setelah menjawab perkataan Reno, sekarang mereka sibuk memakan makanan yang mereka pesan.

***

"Wiraa~" terdengar seorang siswi memanggil nama Wira dengan nada yang begitu riang.

Wira yang sedang berjalan sambil di ikuti oleh teman-temannya di koridor sekolah itu, langsung menolehkan kepalanya ke belakang.

Mendapati siswi dengan name tag Alea, sedang berjalan ke arah Wira ditemani temannya di belakang.

Alea adalah seorang siswi paling populer karena kecantikannya, semua orang tahu bahwa dia juga anak dari kepala sekolah. Tapi sayang, dia bukanlah seorang yang berhati malaikat.

Alea sering mengganggu siswi lain yang nekat mendekati Wira, dia juga tidak segan untuk melukaki dan mengancam siswi yang menyukai Wira. Tidak ada yang berani melawan pada anak dari kepala sekolah itu.

"Ya?" Wira menatap tak minat pada Alea. Perempuan itu jelas sekali ingin mendekati Wira.

"Kamu mau ke kantin, ya? Aku ikut dong." Ucap Alea dengan nada yang dibuat sok imut.

"Murahan." Wira mengatakannya di dalam hati. Karena tidak mungkin dia mengatakannya secara langsung. Wira tidak setega itu.

Wira tak menjawab, dia lebih memilih membalikan badannya dan melanjutkan jalannya disusul oleh Angga dan Galang.

"Wira tunggu," Alea mempercepat langkahnya dan menggeser badan Angga yang berada disisi kiri Wira. Lalu Alea menjajarkan langkahnya dengan Wira.

"Apa sih, ni cewe. Gatau malu banget." ucap Angga blak -blakan, merasa kesal atas prilaku Alea.

Galang menepuk punggung lebar Angga, memperingatinya agar tidak mengucapkan kata yang seperti itu.

"Mulut lo, kalo ngomong hati-hati."

Memang Angga ini orangnya kalo ngomong selalu blak-blakan dan ga pernah disaring dulu. Ga peduli yang di hadapannya cowo atau cewe.

Sesampainya mereka di kantin, Alea masih menempeli Wira. Mereka berlima duduk di sebelah pojok, dekat dengan pintu masuk kantin.

Alea duduk di sebelah Wira, mendempetkan badannya pada Wira. Disusul Angga dan Galang yang duduk di depan Wira.

Tiba-tiba, teman Alea yang bernama Nina itu menggeser tubuh Angga. Lalu dengan tidak tahu malunya, dia duduk di samping Galang, yang tadinya ditempati oleh Angga.

"Kalo bukan cewe, udah gue habisin lo berdua." Ucap Angga marah.

"Angga, udah!" Ucap Galang yang sedikit membentak, jelas sekali terlihat wajah Galang menahan amarah.

Merasa kesal pula Angga, temannya tidak ada yang mendukungnya. Mereka berdua malah tidak peduli dengan kelakuan dua perempuan itu.

"Gue mau pesen makan aja, lo berdua mau pesen apa?" Tanya Angga.

"Gue mau jus jeruk dong," bukan Wira maupun Galang yang menjawab pertanyaan Angga. Tapi, malah Alea yang menjawab.

"Gue juga sekalian ya," ucap Nina.

"Perasaan, gue ga nanya sama kalian deh".

"Pesenin aja, ga. Biar gue yang bayar. Gue pesen yang kaya biasa aja," Wira berkata seperti itu agagr mereka tidak membuat keributan di kantin.

Angga mendengus kesal, lalu kepalanya menoleh menatap ke arah Galang, menanyakan ia ingin dipesankan apa.

"Siomay deh, tolong."

Setelah Angga mengatakan 'oke' dia langsung pergi untuk memesankan pesanan mereka.

Tangan Alea memegang tangan berotot Wira, dan kepalanya bersandar pada pundak Wira. Merasa risih atas perlakuan Alea padanya, Wira putuskan untuk pergi ke toilet.

Tak lama, pesanan mereka datang dibawa oleh Angga, dibantu si penjual karena terlalu banyak. Angga meletakan makanan dan minumannya di meja.

"Wira kemana?" Tanya Angga.

"Ke toilet, dia".

Angga menatap pada Galang. Laki-laki itu tampak tidak merasa risih saat Nina menempelkan dadanya pada lengan Galang, sambil menyuapi galang dengan siomay yang di pesannya.

Angga menyuapkan makanannya dengan sedikit kasar, matanya menatap tajam pada Galang. Disana, laki-laki itu terlihat sangat tenang.

"Liat aja nanti lang, hukuman apa yang pantes buat lo, ini." Angga berkata dalam hati.

Setelah Wira kembali dari toilet, dia menghampiri Angga dan juga Galang. Lalu memberikan uang kepada Angga, untuk membayar makanannya nanti.

"Gue ada urusan, tolong titip absen nanti. Abis ini, gue ga bakal masuk ke kelas." Setelah Wira mengucapkan itu, dia langsung pergi.

"Wira! kamu mau kemana?" Tanya Alea kesal. Laki-laki itu malah pergi meninggalkan mereka berempat.

Angga dan Galang hanya membalasnya dengan mengangkat tangannya, dan jarinya membuat tanda 'oke'.

Alea berdiri, lalu menghentakkan kakinya kesal. "Ayo nin, kita pergi aja."

"Eh, tapi..." sebelum menyelesaikan ucapannya, tangan Nina di tarik oleh Alea, pergi dari kantin.

"Pulang nanti, ke apartemen gue dulu".

Galang memutar bola matanya dan menghela nafas, lalu mengatakan 'ya'. wajahnya terlihat jengah melihat sikap Angga.

Bel masuk berbunyi, semuanya masuk kembali ke kelas masing-masing. Angga dan Galang masuk ke kelas 12 Ipa 2, dan mereka duduk bersebelahan.

Sesuai dengan pesan Wira tadi, absennya di pelajaran kali ini ditandai izin. Entah kemana tujuan Wira pergi, disaat jam pelajaran ini.

****
Bersambung

Maaf baru update sekarang.
Sampai jumpa di chapter selanjutnya....🌸

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 14, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Two Badboys [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang