Hari ini terasa begitu lambat, Hesa yang seharusnya sudah berada di kamar tidurnya pun terpaksa menghabiskan waktunya di kampus. Jarum panjang pada jam telah menunjuk angka empat, sore ini Hesa terpaksa harus mengikuti kerja kelompok bersama teman-temannya.
Hesa memang begitu keras kepala, dia memang anak lelaki yang dididik keras oleh orang tuanya. Namun, kini dia harus perpisah, lantaran dia telah merantau ke Ibu kota untuk menempuh pendidikan tinggi.
Ya, memang sampai sini semua kerja kerasnya terbayarkan. Walau tetap dibantu oleh orang tuanya, tetapi Hesa juga membanggakan dirinya sendiri.
Dia tinggal di sebuah appartement milik orang tuanya.
Keluarganya memang bukan keluarga yang memiliki segalanya, namun perekonomian mereka lumayan cukup untuk membiayai kebutuhan Hesa. Sementara Appartement yang Hesa tempati itu memang appartement milik orang tuanya, saat masih ada kegiatan bisnis di ibu kota.
Itu pun sudah lebih dari cukup untuk memberikan Hesa tempat tinggal, toh tidak harus yang mewah dan yang mahal kalau cuma untuk tidur dan berteduh. Asalkan nyaman, itu sudah cukup untuk Hesa sendiri.
▪︎▪︎▪︎
"Mahesa! dari tadi lo ngapain aja si?! ini cuma dapet segini doang?! cari lagi deh! yang banyak!" titah teman kelompoknya Hesa.
"iya iya, bawel" balas Mahesa.
Yap, nama lengkap nya Hesa adalah Mahesa Putra Aditya. Dia dibesarkan di tanah surabaya. Dan sedang merantau di Ibu kota, yang penuh dengan hiru-pikuknya kehidupan.
Itu memang resikonya, kalau tidak mau, ya dia bisa jadi anak berandalan. Dan berakhir di coret dari kartu keluarga. Tipe gaya hidup yang dianut keluarganya Hesa itu sangatlah sederhana sebenarnya. Tapi perlu di garis bawahi jikalau tidak siap mental.
Asalkan Mahesa mau sukses dan mengejar apa yang dicita-citakan oleh orang tuanya, ia juga pasti akan mendapatkan benefit yang menguntungkan.
Tidak hanya akan hidup nyaman, aman, sentosa saja. Hesa juga pasti akan dilimpahi kesenangan, walau memang hanya kesenangan dunia saja.
Orang tuanya selalu melarang Hesa untuk mendekati sesuatu yang memungkinkan dirinya terkecoh dan tidak fokus untuk mengejar karirnya itu. Maka dari itu, Hesa pun tidak punya pengalaman atau keberanian untuk menyatakan cinta duluan.
Tapi kalau soal banyaknya yang menyatakan cinta kepadanya, itu jangan diragukan lagi.
Dia memang dijadikan incaran dan juga dijadikan pedoman bagi cewe-cewe yang memiliki tipe ideal seperti dirinya. Karena Hesa juga bisa dibilang menguasai semua bidang, alias dirinya ini sudah seperti Kartu As. Kartu yang sangat spesial dan istimewa.
Sudah tampan, pintar, jago bermain basket, tingginya saja sudah di atas rata-rata cowo pada umumnya. Dia ini sudah seperti idola-idola kebanyakan. Dan sangat jarang sekali menemukan seseorang seperti dirinya, yang merupakan bukan selebriti terkenal.
▪︎▪︎▪︎
Kini langit sore pun sudah bergilir menjadi gelap. Waktu pada jam sudah menunjukkan pukul enam lewat tiga puluh satu menit. Hesa seorang diri berjalan keluar dari kelasnya, sedangkan teman-temannya sudah pamit pulang duluan dari pukul enam tadi.
Hesa memang di perbudak oleh teman-temannya, karna teman-temannya tahu bahwa Mahesa memiliki kemampuan di atas rata-rata, dan alhasil dia yang mengerjakan sisanya. Walau sedikit kesal, tapi ya mau tidak mau dia harus menyelesaikan tugasnya.
Dia berjalan menyusuri jalanan trotoar, sambil berjalan Hesa mengeluarkan benda kecil dari saku celananya. Ia kenakan benda itu pada ke dua telinganya, lalu ia juga menghidupkan layar ponselnya dan memutar playlist favoritnya.
Hal tersebut memang salah satu dari sekian banyaknya hobi yang ia gemari, selain menghabiskan banyak waktunya untuk belajar, di sisi lain ia juga sering mendengarkan musik untuk merefreshkan fikirannya.
Karena menurut Mahesa "no music, no life", mungkin maksudnya yaitu suasana hatinya akan menjadi lebih baik ketika ia mendengar alunan musik. Dan aliran musik yang sangat dia sukainya adalah Indie atau Pop.
Tapi akhir-akhir ini Mahesa ingin mencoba mendengarkan aliran musik Country atau R&B.
▪︎▪︎▪︎
Tujuan Mahesa berjalan di trotoar adalah untuk menghampiri halte bus yang ada di pinggir jalanan alternatif.
Sebelum sampai di halte bus, tidak jauh jarak Mahesa dengan halte tersebut sudah terlihat bahwa ada seseorang juga yang sepertinya sedang menunggu bus datang.
Tanpa berlangsung lama, ia pun sampai di halte nya dan benar saja dugaannya.
Orang itu perempuan, dari jarak yang tidak terlalu berdekatan, Mahesa sudah bisa menebak bahwa perempuan itu habis minum.
Ya, tidak usah di deskripsikan lagi. Tidak sedikit anak ibu kota memang suka menghabiskan uang, foya-foya bahkan sampai minum-minum dan ada juga yang hamil di luar nikah. Mereka sudah tercemari oleh pergaulan bebas, dan yang di hadapan Mahesa kini adalah contoh nyata dari pergaulan bebas.
Sungguh di luar akal manusia, Mahesa sendiri menyebut semua hal itu dengan sebutan 'Lingkaran Setan'. Dan dengan yakin Hesa sudah pastikan ia tak akan pernah terjerumus ke dalam lingkaran setan itu.
Mahesa tau segala aspek maupun faktor yang dapat menyebabkan pergaulan bebas, karna dia juga sudah memperlajarinya saat masih sekolah menengah atas, maupun saat belajar mandiri.
Bukan maksud yang negatif, Mahesa mempelajarinya agar bisa tau dampak dan penyebab dari hal tersebut, kemudian dia akan meneliti dan mengintrospeksikan diri agar menjauhi hal tersebut.
Karna hal tersebut apabila di dekati, akan menimbulkan dapat negatif bagi dirinya. Dan hal itu sendiri merupakan hal yang tidak diinginkan oleh Mahesa.
Tak lama, bus yang dinantikannya pun akhirnya tiba. Saat hendak berdiri, tiba-tiba perempuan yang tadi itu hampir terjatuh di hadapannya. Karna, sepertinya perempuan itu memaksakan diri untuk berjalan.
Untung saja Mahesa tidak terlambat, dengan refleknya ia langsung sigap menangkap perempuan itu agar tidak terjatuh.
"Aduh, sorry-sorry~ maaf yaa, tapi makasih jugaa~" ucap perempuan itu dengan memaksakan dirinya berjalan, namun jalan nya saja terlihat gontay* menaiki tangga bus,
*gontay: lemas, tidak bertenaga
Mahesa yang tepat di belakangnya pun, mau tidak mau mengikuti langkah perempuan itu, karna tujuan mereka sama yaitu menaiki bus.
Setengah sadar, setengah tidak sadar perempuan itu mengeluarkan kartu bus dari tas selempangnya. Ia nampak kesusahan, namun tetap berhasil mengeluarkannya, naasnya tiba-tiba saja kartu itu terjatuh, dan dia pun harus berjongkok untuk mengambil kartu busnya yang terjatuh.
Namun pak sopir nampak sedikit risih oleh tingkah perempuan itu, dan dengan sedikit mental yang sudah Mahesa siapkan dari tadi, ia pun membantu perempuan itu, dengan men-tap terlebih dahulu kartunya untuk perempuan itu kemudian disusul tap-an untuk dirinya.
"Maaf ya pak," ucap Hesa sambil menunduk, dan kemudian membantu mengambilkan kartu bus milik perempuan itu.
"Lho! bukan nya~ kamu yang tadi nolongin juga?~ makasih ya udah nolongin lagi~" kata perempuan itu, saat menerima kartu busnya yang dibantu oleh Mahesa.
Mahesa pun hanya menganggukkan kepalanya untuk merespon ucapan perempuan itu, karena Mahesa masih memutar musik dari earphone yang ia kenakan.
◆◆◆
to be continued!Hai-hai~
aku update dengan story baru dari Mahesa a.k.a Lee Heeseung dari ENHYPEN!Yeay.. aku seneng banget karna bisa publish book baru, ini tuh karna perkiraan untuk ending dari Isanghae masih lama, jadi aku seling pake story ini~ gitu deh,
Hope u guys enjoy this story and don't forget to click a star logo and comment! tysm~
KAMU SEDANG MEMBACA
ACE CARD ; but Not For LOVE
TeenfikceMahesa Putra Aditya adalah anak rantau dari kota Surabaya, untuk memenuhi keinginan dan cita-cita dari ke dua orang tuanya dia rela merantau ke tanah Ibu kota. Seperti di Ibu kota kebanyakan, kultur di kota tempat tinggal Mahesa sebelumnya sangatla...