"Kau terlihat ceria sekali."
Jasmine mengangkat alis, "Iya?"
"Hmm, auramu sangat ... cerah."
"Ah ... heatku segera tiba."
"Oh ..."
Heat bagi omega yang sudah memiliki mate seperti Jasmine adalah sebuah kebahagiaan.
Dia akan ditemani oleh belahan jiwanya selama satu minggu penuh di mansion pack mereka yang berada di tengah hutan, kemudian kembali dengan suasana hati yang jauh lebih baik.
Tapi, baginya yang masih sendiri, heat adalah neraka.
Helena akan menghabiskan satu minggu penuh bersama supresan sialan yang akan menekan pheromonenya di siang hari.
Kemudian, memuaskan dirinya di dalam kamar yang selalu terasa panas, entah berasal dari suhu tubuhnya atau jiwa omeganya yang haus sentuhan di malam hari.
"Kalian akan berangkat kapan?"
"Menunggu Jeno menyelesaikan pekerjaannya terlebih dahulu."
Senyum Jasmine mekar seperti mawar yang bersemi. Begitu indah, cantik dan megah.
Wajar saja, mengingat dari pack mana gadis itu berasal.
Denting lonceng yang bersumber dari pintu mengalihkan perhatian Helena, sosok pria masuk dengan segala angkuh yang membungkus bahunya.
Lee Jeno.
Mate Jasmine.
Pria itu adalah pewaris dari Blue Star, perusahaan farmasi terbesar di negara mereka.
Seorang alpha dominant yang memiliki postur tubuh bak Dewa Yunani.
Dewa dan Dewi pasti sangat menyayangi mereka, memberikan keduanya hidup sempurna yang kadang membuat Helena melirik iri.
"Helena! Aku dan Jeno akan bicara sebentar di atas. Apakah tidak apa-apa jika kutinggal sendiri?"
Helena menggeleng heboh, ini toko bunga milik Jasmine, perempuan itu bebas melakukan apa saja yang dia inginkan.
"Aku akan berjaga. Nikmati waktu kalian."
Pasangan itu menghilang dibalik anak tangga, Helena duduk di meja counter memotong tangkai bunga yang baru tiba tadi pagi.
"Permisi?"
"Jasmine florist! Ada yang bisa kami bantu?"
Mata Helena terbelalak saat melihat siapa yang sedang melangkah penuh intimidasi, bahkan tubuhnya nyaris bergetar dalam pandangan dua bola mata berwarna arang.
"Ada yang bisa kami bantu, Tuan?"
Dia berusaha untuk bersikap professional, meskipun jemarinya mendingin.
"Satu buket bunga untuk perempuan yang sedang berulang tahun. Ada rekomendasi?"
"Apakah perempuan ini adalah kekasih? Sahabat? Atau, keluarga?"
"Ibu."
"Ah ..." senyum Helena terlihat lebih berseri, "Saya merekomendasikan rangkaian peony, anyelir dan tulip. Mungkin dengan sedikit sentuhan marigold."
"Tolong buatkan."
Helena dengan sigap mengumpulkan bunga-bunga yang dia sebutkan, tak lupa mengambil beberapa hiasan yang sekiranya dia butuhkan, berusaha sebisa mungkin merilekskan tubuhnya dalam tatapan pria yang wajahnya sering kali menghiasi layar televisi.
"Kau sudah membaik?"
"Ya?"
"Minggu lalu di depan minimarket."
"OH!"
Helena buru-buru membungkukkan badan, merapalkan terima kasih berkali-kali pada pria yang duduk tenang di depannya.
"Maaf karena tidak mengenali anda."
"Wajar sih, kau terlihat sangat pucat, linglung dan ketakutan. Alpha-alpha kurang ajar itu memang harusnya diberi sedikit sentilan."
Dia mengangguk setuju, entah sejak kapan jalanan di malam hari menjadi begitu mencekam. Padahal beberapa tahun sebelumnya, Helena merasa aman berjalan sendirian.
"Namamu Helena, kan?"
"Ya, Tuan."
"Mark. Panggil aku Mark."
Siapa yang tidak mengenal pria ini!?
Jika Jeno adalah pewaris maka Mark adalah pemilik.
Pria ini sudah menjalankan bisnisnya sejak tujuh tahun lalu dan berhasil menjadi salah satu perusahaan tambang paling berpengaruh di negara mereka.
Helena menggulung lengan bajunya, kembali fokus pada bunga warna-warni yang jadi pesanan Mark.
Sementara pria itu terfokus menatap lengannya—lebih tepatnya melihat lambang omeganya yang masih terperangkap.
"Bunga matahari?"
"Maaf?"
"Lambangmu."
"Ah ..." Helena mengusap lengannya, ada bunga matahari yang masih terikat sulur di sana.
Bagi para omega, mereka memiliki lambang khusus yang jadi ciri khas pack masing-masing.
Contohnya, dia.
Bunga matahari adalah simbol packnya, para omega yang berasal dari pack yang sama akan memiliki lambang yang sama.
Jika mereka sudah menemukan mate, maka sulur-sulur yang mengikat kelopaknya akan hilang sepenuhnya, membiarkan bunga tersebut mekar sempurna, pertanda seorang omega telah siap untuk memulai hidup baru bersama pasangannya.
"Lucu sekali, namamu Helena tapi kau adalah matahari."
Helena terkekeh pelan, meraih gunting untuk memotong pita merah muda yang dia pegang.
"Mungkin karena aku lahir saat bulan sedang terang-terangnya. Mereka bilang, aku terlahir dari cahaya Moon Goddess, maka dari itu orang tuaku memberi nama Helena."
"Menarik."
Senyum tipis terbit di bibirnya, "Sudah selesai, Mark."
"Cantik. Terima kasih."
Pria itu mengulurkan kartu kredit untuk membayar.
"Sama-sama. Terima kasih juga bantuanmu."
"Bukan masalah."
Pria itu berlalu, meninggalkan Helena yang masih berdiri, menatap mobil hitam yang membawa pria itu berlalu dari pandangannya.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/343773896-288-k313467.jpg)