6

1.5K 173 14
                                    

mengandung adegan 20+ tapi engga sampe inti.

***

Mark mendorongnya pelan hingga punggungnya menabrak kasur empuk di belakang.

Pria itu menatapnya dalam-dalam, berusaha bercerita melalui bola matanya.

"Aku enigma."

"Kau ... apa?"

"Enigma. Dan alpha enigma tidak akan pernah melanggar sumpahnya."

Helena menelan ludah, pikirnya Mark hanya alpha biasa yang memiliki aura dominan terlalu banyak. Tidak pernah sekalipun terbesit dalam benaknya bahwa dia akan berakhir dengan enigma.

"Dan aku bersumpah hanya akan bersamamu dan menyayangimu sepanjang hidupku."

Ujung ibu jarinya digigit hingga mengelurkan darah segar, Helena terpekik kecil saat pria itu mengoleskan darahnya disekitar kelopak matahari pada lengannya.

"Aku sudah bersumpah. Jika aku melanggarnya, maka kita akan mati bersama karena darahku telah mengalir dalam darahmu."

Mata Helena terpejam saat bibir pria itu menyapu bibirnya dengan lembut, membawanya dalam pagutan hangat yang membuat darahnya berdesir.

Aroma tajam cedarwood dan gardenia mengisi ruangan, Helena tidak melayangkan protes saat Mark membuka hoodienya dan membuangnya ke lantai.

"Kau siap?"

"Hanya jika kau pelan-pelan."

Pria itu terkekeh tanpa suara, tangannya meraih tubuh gadis itu untuk duduk di atas pangkuannya.

"Can i?"

"Yes ..."

Ciuman Mark pada lehernya membuat lenguhan keras muncul begitu saja. Di sana, tepat pada perpotongan leher dan bahunya, Mark mengigit pelan, mengisapnya dengan lembut, membuat kepala Helena tersentak.

"Mark ... oh."

Dan hanya bisa mendesahkan nama pria itu.

Rasa hangat mengalir di sekitar lengannya, Helena berteriak kecil saat merasakan sulur-sulur yang menghias kelopak bunga matahari itu mulai terlepas.

Punggungnya melenting saat Mark memberi tanda di lehernya, membuat pheromone pria itu menyatu dengan miliknya, menciptakan wangi baru yang terasa segar namun tetap misterius.

Seperti rumpun bunga yang mekar di tengah gelapnya hutan selepas hujan.

"Mark!"

"Ini mungkin terdengar seperti omong kosong, tapi aku mencintaimu, Helena."

Dia bisa merasakan tubuh bagian bawahnya basah tatkala tangan pria itu mampir ke dadanya, mengelus sepasang payudara miliknya dari luar bra.

Helena memejamkan mata saat Mark meremas dadanya, syarafnya seperti terbakar saat bibir pria itu melumat bibir bawahnya penuh gairah, membuatnya membuka mulut dan membiarkan lidah Mark mengacak-ngacak bibirnya.

"Oh, Mark ..."

Hanya ada desahan yang mengudara dalam ruangan, panas dari tubuhnya membuatnya sesak namun yang keluar hanya lenguhan tertahan.

Bibir Mark berpindah ke bawah, mencium dadanya dengan lembut, memberi kuluman sensual bagi putingnya yang sudah mengeras, menjilat dan mengisapnya dengan manis.

"Mark!"

Pekikan itu muncul saat jemari milik Mark kini mengelus bagian tubuhnya yang paling sensitif dari luar celana.

"Sudah basah sekali di sini, sayang."

Harusnya dia malu.

Namun yang dia lakukan adalah menarik tengkuk Mark dan menciumnya lebih dalam.

"Ah, hngg Mark."

"Hmm?"

Geraman kecil muncul saat perempuan di atasnya bergerak liar mencari kepuasan, nafsu menguasai pikirannya, membuat dia mengeratkan peluk pada pinggang Mark.

Menekan penis pria itu yang masih terbungkus celana dan menggesekkan lubang senggamanya yang sudah basah di sana.

"Fuck," Mark mengumpat pelan, menahan punggung Helena untuk tetap stabil.

"Mark ..."

"Yes, baby?"

"I want you inside me."

***


udah. fin.

enigmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang