Bab 3 : Hantu Misnah

3.6K 226 13
                                    


Pukul setengah dua dini hari, Atul terbangun dari tidur. Ia merasa sakit melilit di bagian ari-ari karena ingin buang air kecil. Di samping, si suami mendengkur kencang dalam lelap. Atul hendak membangunkan tapi segera mengurungkan niat. Ia tidak tega melihat suami yang sepertinya kelelahan setelah mengurus ibu mertua yang tadi berprilaku aneh. Atul lantas menoleh ke arah keranjang bayi, dilihatnya si buah hati tengah terlelap di balik kelambu kecil.

Atul beranjak dari tempat tidur, menyingkap kelambu lantas melangkah dengan tujuan toilet di ruang tengah. Belum sempat membuka pintu kamar, Atul mulai ragu. Suara burung hantu dan jangkrik yang bersahutan dari luar membuat bulu kuduknya merinding. Apalagi si mertua yang bertingkah aneh sewaktu tahlilan Misnah tadi, membuat rasa ragunya semakin bertambah. Cerita-cerita yang ia dengar tentang jasad madunya yang tidak mau menghadap kiblat tadi pagi, membuat rasa takutnya semakin menjadi-jadi.

Atul kemudian berbalik, membangunkan suami yang terlelap. Diguncang-guncangnya tubuh Jaya berkali-kali, tetapi lelaki itu malah semakin erat memeluk guling. Atul mulai kesal, sementara hajatnya sudah tidak bisa ditahan. Walau agak takut tapi karena tidak ada pilihan, Atul nekat menuju wc sendirian.

Sewaktu membuka pintu kamar, ibu muda itu menggigil. Dinginnya angin malam menerpa wajahnya serta terasa menusuk tulang. Atul mengigit bibir menahan dingin, lalu menoleh ke kiri kanan guna memastikan tidak ada hal yang menakutkan.

Kamar Atul ini berada di halaman belakang yang dikelilingi tembok. Sebetulnya kamar belakang ini sangat asri karena terdapat taman serta gasebo untuk bersantai. Selain itu, juga terdapat kolam kecil berisi ikan hias. Namun entah kenapa, dini hari ini Atul tiba-tiba merasa ngeri.

Atul terkesiap sewaktu matanya tanpa sengaja melihat sosok putih bergoyang-goyang pelan hanya beberapa meter di depan. Atul kemudian menarik napas lega, karena yang ia lihat hanyalah jemuran yang belum kering di sampung gudang. Lampu teras yang temaram membuatnya berpikir yang bukan-bukan. Setelah yakin keadaan aman, Atul melangkah tergesa menyusuri selasar.

Baru lima langkah, Atul merasa ada yang memperhatikan dari lantai dua, tepatnya dari kamar mendiang Misnah. Atul mempercepat langkah sembari berjalan menunduk. Sialnya, cahaya lampu yang tiba-tiba menyala dari kamar madunya membuatnya ingin melirik. Takut-takut, Atul menengadah ke atas.

Saat itulah Atul merasa jantungnya hendak copot. Kakinya gemetar dan tubuhnya kaku tak bisa digerakan. Dari balik tirai jendela, terlihat sosok wanita dengan rambut acak-acakan. Ia ingin menjerit sekencangnya, tapi mulutnya mendadak terkunci. Ia ingin lari, tapi kakinya benar-benar mati rasa.

Atul mulai terisak, sewaktu sosok itu menatapnya dengan pandangan tajam seolah penuh amarah. Atul benar-benar lemas tak berdaya dan ingin menjerit sekencang mungkin.

"Astagfirullahul azim!" pekiknya tertahan.

Setelah degub jantungnya teratur, Atul menarik napas lega. Ternyata yang di jendela adalah mertuanya, hajah Diana. Entah apa yang dilakukan si ibu mertua di kamar Misnah, sungguh aneh.

"Ma, ngapain di kamar kak Misnah?" tegur Atul.

Bukannya menjawab, si ibu mertua malah melempar senyum misterius. Atul bergidik ngeri, bisa jadi ibu mertuanya mulai tidak waras.

Atul berlari kecil menuju pintu belakang karena keinginannya untuk pipis sudah tidak bisa ditahan. Atul semakin tidak tenang, karena di kamar atas ibu mertuanya mulai tertawa sendiri, seolah menertawakan Atul yang ketakutan.

Begitu mencapai pintu belakang, Atul segera meraih gagang pintu dan membukanya tergesa-gesa. Namun sungguh sial, pintu dari kayu jati itu mendadak terkunci rapat. Biasanya, pintu itu hanya dirapatkan saja, karena biasa digunakan lalu lalang oleh Atul dan suami menuju ruang tengah.

Sandah ( Kuntilanak Berwajah Lebar ) TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang