05. Dream

394 57 8
                                    

Pikirannya tidak fokus, tidak ia harus fokus pikirnya. Tapi pikirannya tidak mau bekerja sama dengannya. Kathrina sedang dalam perjalanan kembali ke Kastil, setelah makan siang, ia memutuskan untuk berjalan jalan dan membeli beberapa makanan jalanan dikota. Ia bahagia, betul ia bahagia. Tapi kenapa pikirannya terus memikirkan kadet tadi. Mengapa? Kathrina juga tidak tau.

Selama perjalanan menuju Kastil ia terus melamun. Sampai saat ini, di atas tempat tidurnya, Kathrina masih terus memikirkan kadet wanita itu. Kenapa terasa sangat familiar? Ia sangat familiar dengannya. Kathrina tidak tahu kenapa, Rindu? Mungkin seperti itu? Ia menggelengkan kepalanya dengan cepat. Tidak Tidak Tidak pikirnya. Kenapa rindu? Ia bahkan tidak mengenal kadet tadi, lalu mengapa? Semalaman ia terus memikirkannya hingga ia terlelap dalam tidurnya.

Kakinya sakit, ia telah berjalan lama sekali. Takut ia ketakutan. Kathrina kecil sedikit terisak, ia terpisah dari kakak-kakaknya. Saat melewati hutan beberapa pembunuh bayaran menyerang kereta kuda mereka. Saat pertarungan terjadi ia tidak sadar terpisah. Kata Irene dan Jeremy "Lari! Kathrina Lari!" Ia lari tanpa mempedulikan teriakan kedua kakaknya yang berteriak, "Kathrina! Bahaya, jangan kesana." Namun tidak ia pedulikan. Toh nanti kedua kakaknya akan menyelamatkannya, bukan?

Namun salah, ia malah tersesat dihutan ini. Kathrina lelah, namun ia harus menemukan jalan pulang sebelum malam tiba. Hari hampir gelap dan ia kalut. Ia tersandung, lalu menangis. Ia tidak peduli dengan adanya hantu atau hewan liar lainnya. Ia takut, Ia ingin pulang. "Kenapa menangis?" Ia membelalakan matanya, takut, ia menangis lebih kencang. "Hey, Hey, maaf apakah aku mengagetkanmu?" Suara gadis kecil didepannya sungguh tenang. Membuat Kathrina berhenti menangis.

Masih sesegukan ia bertanya, "Kau...siapa?"

"Aku? Hantu."

"Jangan bohong, ma..mana ada hantu disini." Suaranya bergetar takut. "Lucu." Kata gadis didepannya itu. "Aku ini adalah warga Kekaisaran Heilder. Rumahku ada disana." Gadis kecil itu menunjuk arah rumahnya, arah jalan tadi. "Kau sepertinya tersandung, lututmu berdarah." Lalu gadis kecil itu mengeluarkan sesuatu dari tas-nya. Ternyata obat.

"Kalau sakit bilang saja, ya.."

"Kathrina"

"Oke, Kath, aku akan memanggilmu Kath. Namaku Winter."

Dahinya penuh dengan peluh, dadanya naik turun, nafasnya memburu. Kathrina bermimpi, ia bermimpi saat pertama ia bertemu dengan pahlwan kecilnya-teman kecilnya- Winter yang tidak ia ketahui dimana sekarang. Kenapa ia bermimpi itu lagi? Kenapa?

Walaupun ia hanya bertemu dengan Winter hanya sekali dan sangat singkat. Ia dan Winter dalam kurun waktu setahun selalu berkabar melalui surat. Tentu kertas dan pena-nya Kathrina siapkan, melihat keadaan desa Winter yang agak mengenaskan.

Tepat setahun setelah ia dan Winter bertukar surat, tidak ada lagi balasan dari Winter. Ia menunggu selama Setengah tahun, masih tidak ada balasan. Akhirnya ia menanayakan hal itu kepada Ayahnya. Namun bukan hal baik yang ia dengar.

Kata Ayahnya, desa tempat tinggal Winter itu sudah tidak ada, wilayah desa itu berada di selatan Kekaisaran dekat dengan benteng pertahanan. Dulu, Kerajaan Adler musuh Kekaisaran Hedler menyerang wilayah selatan, benteng pertahanan wilayah selatan tertembus. Banyak korban jiwa berjatuhan, banyak nyawa nyawa rakyat-nya hilang, tidak ada yang selamat-kata Ayahnya.

Kedua kakak-nya bilang kepadanya Bangsawan yang bertanggung jawab atas wilayah selatan dan Komandan benteng selatan kabur melarikan diri, saat banyak nyawa tidak bersalah dibantai. Kathrina menangis-ia menangis berhari-hari. Ayah dan kedua Kakaknya tidak tega, Kaisar menghukum Para bangsawan dan komandan yang kabur dengan hukuman mati. He did for his daughter above all he did for his people in this Great Hedler Empire.

"Tidak mungkin, Winter berjanji saat besar nanti akan menemuiku." Ia kembali terisak, Kathrina menangis dalam diam.

Sejak saat itu, Kathrina selalu mencari Winter, banyak orang bernama Winter ada juga yang mengaku menjadi Winter. Tapi kenapa dia tidak bisa menemukan Winter-Nya. Sejak setahun lalu ia berhenti mencari, bukan ia percaya bahwa Winter-nya sudah tiada, tetapi karena ia percaya Winter-nya akan pulang kepadanya. Karena WInter-nya hanya Milik-nya, Milik Kathrina, Kathrina Von Hedler.

Sekali lagi teriimakasih yang udah vote, walaupun egk ada yang baca. maaf kalo jelek yah.

For.everTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang