9. Seperti Puzzle

1.1K 66 0
                                    

Tok... Tok... Tok...

Suara ketuk pintu kamar menggema di kamar Alexa. Gadis itu sudah terbangun beberapa saat, tapi pandangannya yang menatap langit kamarnya yang berwarna putih terlihat kosong.

"Lex, Kak Arsen masuk ya." ucap Arseno.

Meskipun tak ada sahutan dari pemilik kamar, namun Arseno tetap membuka pintu dan masuk. Membawa nampan berisi roti, selai, dan susu untuk Adik tersayangnya itu. Senyum tampannya terlihat ketika Adik kecilnya itu tersenyum menatapnya.

"Makasih, Kak Arsen."

"Oke." jawab Arseno sembari meletakan nampan di atas rak sebelah tempat tidur Alexa. "Gimana kondisi kamu? Udah enakan?"

"Udah lumayan, Kak!"

"Lex, uhm... semenjak kejadian barusan, Kak Arsen pikir kayaknya Kak Arsen harus lebih ekstra lagi buat jagain kamu."

Alexa tersenyum kecil, "Aku beneran gak apa-apa kok, Kak, kemarin kebetulan aja ketemu."

"Kak Arsen takut kamu di apa-apain sama dia, apalagi..."

"Kak..." potong Alexa lembut. "Aku beneran udah gak apa-apa kok! Karena untung aja Kak Arsen sama Kak Kean dateng buat bantuin aku."

Arseno memberikan roti yang sudah diberikan selai coklat untuk Alexa, yang langsung diterima dan di makan oleh gadis itu.

"Lagian lusa kan Kak Arsen udah balik ke London. Kamu harus fokus sama studi kamu, Kak! Lexa janji akan jaga diri Lexa sebisa mungkin."

"Kak Arsen gak sabar nunggu kamu kelulusan dan mau langsung bawa kamu ke London, Lex!"

Alexa terdiam. Entah kenapa kalau mendengar London hatinya terasa sesak. Tidak tahu ada apa, tapi akhir-akhir ini perasaannya tidak karuan. Mimpi itu selalu datang seperti puzzle yang belum terpecahkan. Dia tahu sepertinya dia melewatkan sesuatu yang penting, tapi tidak semudah itu mengingatnya.

"Lex, hari ini kamu free gak? Kita jalan yuk!"

"Kemana?"

"Aquarium date? Gimana?"

Alexa tersenyum. Dia sangat beruntung mempunyai seorang Kakak yang sangat mengerti dirinya. Alexa mengangguk setuju.

Arseno tersenyum, dia mengelus kepala Alexa dengan lembut.

"Yaudah sekarang sarapannya di abisin, terus siap-siap. Kak Arsen tunggu di bawah ya."

"Oke."

"Oh iya, Manda pulang hari apa ya?"

"Kayaknya lusa, Kak."

"Yah, kayaknya bakalan bentrok sama jadwal berangkat Kak Arsen. Yaudah, Kak Arsen siap-siap dulu ya."

Arseno berlalu setelah Alexa mengangguk setuju.

* * *

Keano mendapati Alexa baru saja keluar dari pintu kedatangan luar negeri dan menarik kopernya. Masuk ke dalam sebuah mobil sedan berwarna putih. Dia tidak tahu siapa pemilik mobil sedan tersebut, tetapi Alexa bersamanya.

Keano masih mengikuti mobil sedan tersebut, namun seketika pengendara mobil itu tancap gas. Keano baru sadar kalau ada yang mengikuti mobil itu selain dirinya. Karena setelah sedan yang ditumpangi Alexa melesat dengan kecepatan tinggi, ada sebuah mobil sedan lain berwarna hitam mengejarnya, yang membuat Keano otomatis ikut mengejarnya juga.

Keano menginjak pedal rem nya dalam-dalam, tubuhnya bergetar hebat. Tidak percaya dengan apa yang di lihat di depan matanya. Sedan putih yang ditumpangi Alexa mengalami kecelakaan.

Mata Keano terbelalak sempurna, menatap langit kamarnya. Nafasnya tersengal, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, wajahnya berkeringat.

Dia duduk, terdiam. Kedua tangannya memegang kepalanya. Tangisnya hampir pecah. Dia tidak ingin kejadian ini terulang lagi.

Buru-buru dia mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Hallo?" terdengar sahutan dari si penerima telepon.

"Dimana?" tanya Keano. Sedikit memberi penekanan pada pertanyaannya.

"Kenapa, Kak?"

"Dimana?" ulangnya, masih dengan nada yang sama.

"Aku lagi mau keluar sama Kak Arsen."

"Share live!"

"Oke."

Setelah mendapat lokasi tempat Alexa berada, Keano siap-siap seadanya dan melesat mendatangi lokasi Alexa. Kedua tangannya menggenggam stir mobil erat-erat. Dia tidak ingin menunda lagi. Tidak ingin kehilangan Alexa lagi.

* * *

Arseno selalu tersenyum saat melihat Alexa tersenyum melihat hewan laut di depan mata mereka saat ini. Senyum Alexa sangat candu menurutnya. Apalagi setelah kejadian kemarin. Dia cukup tenang karena Alexa akhirnya kembali tersenyum.

"Kak, tolong fotoin Lexa disitu ya." kata Alexa sambil memberikan ponselnya.

Sedang asik memotret Adiknya, ponselnya berdering, dari Kak Keano. Arseno mengerutkan kening. Mau apa dia? Tanyanya dalam hati.

Tanpa basa-basi dia mengangkat sambungan teleponnya.

"Lex, aku udah sampe, kamu udah di dalem ya? Aku langsung masuk aja ya?" tanya Keano.

"Mau apa lo?"

Alexa yang sepertinya mengerti situasi buru-buru mengambil ponselnya.

"Ya, Kak?"

"Lex, aku langsung masuk aja ya?"

"Oh, oke, Kak!"

Keano mematikan sambungannya secara sepihak. Arseno menatap Alexa meminta penjelasan.

"Kak, maaf! Kayaknya ada sesuatu yang penting sampe Kak Keano minta aku buat share live. Gak apa-apa kan, Kak?"

Arseno menahan amarahnya. Dia tahu dia tidak bisa marah dengan Adiknya. Apalagi Alexa baru saja mengalami kejadian tidak mengenakan. Pasti Keano mendesak Alexa sampai Alexa akhirnya memberikan lokasi mereka saat ini. Arseno hanya tersenyum sekenanya. Dia harus segera mengusir Keano begitu urusan mereka selesai.

"Ah, itu Kak Kean!" ujar Alexa sambil melihat ke arah Keano yang berjalan cepat ke arah mereka.

Tanpa basa-basi, Keano langsung memeluk Alexa, di depan Arseno. Dia tidak peduli dengan keadaan sekitar. Baginya, saat ini bisa memeluk Alexa sudah cukup untuk menenangkan perasaannya yang tidak nyaman.

"Kak?" tanya Alexa sambil sedikit berusaha melepaskan pelukan Keano yang tidak pada tempatnya. Keano malah mempererat pelukannya.

"Aku sayang kamu, Lex! Aku gak mau kehilangan kamu lagi. Be mine?"

Alexa cukup terkejut dengan pernyataan Keano dan permintaan Keano barusan. Sedangkan Arseno mengepalkan tangannya dengan kuat saat mendengar kata-kata yang keluar dari bibir Keano barusan.

Brengs*k!

* * *

Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang