Part 16

376 45 0
                                    

Irene meninggalkan tempat kerjanya dengan cepat, bahkan tidak memberi tahu bos mereka bahwa dia pergi. Dia naik taksi, lalu pergi ke tempat Jisoo berada. Dia melihat mobil Jisoo di tempat parkir, pintu mobilnya sedikit terbuka. Sepertinya Jisoo sudah membuka kunci pintunya. Dia berlari ke sana dan begitu dia membuka pintu, dia melihat Jisoo, penuh memar dan pakaiannya berlumuran darah duduk di kursi penumpang.

"Jisoo!" Dia segera menghubungi ambulans. Irene dengan ringan menepuk wajah Jisoo, untuk membangunkannya.

"Jisoo..Jisoo bangun.." Air mata mulai menggenang di matanya, dia tidak ingin kehilangan Jisoo. Dia memegang tangan Jisoo. Jisoo sedikit membuka matanya, dia terluka parah dan dia juga kesulitan bernapas.

"I..Irene.." Ucapnya.

"Bantuan akan datang Jisoo. Jadi tunggu sebentar, oke?" Tak lama kemudian ambulan datang. Irene masih menggenggam erat tangan Jisoo, hingga mereka sampai di rumah sakit.

Bertahanlah, Jisoo. Aku tidak ingin kehilanganmu.


_____________






Jisoo membuka matanya, terbangun di sebuah kamar pribadi. Orang pertama yang dilihatnya adalah Irene.

"Jisoo kamu baik-baik saja? Bagaimana perasaanmu? Apakah kamu menginginkan sesuatu?" tanya Irene. Jisoo tersenyum.

"Aku benar-benar baik-baik saja."

"Siapa yang melakukan ini padamu? Apa yang terjadi?" Jisoo, mengingat ancaman senator memilih tutup mulut. Dia tidak meminta orang lain untuk terlibat di sini.

"Tidak ada apa-apa."

"Apa? Tidak ada?!"

"Jangan bicarakan itu. Aku bisa mengaturnya." Ucapnya.

"Baik jika itu yang kamu inginkan. Lisa datang, dia satu-satunya orang yang aku ceritakan tentang ini karena aku tahu kamu tidak akan membiarkan Yeri dan Ayah mengetahui hal ini." Jisoo meraih tangan Irene dan memegangnya erat-erat.

"Terima kasih. Terima kasih telah bersamaku dan langsung pergi saat aku membutuhkanmu."

"A-aku minta maaf karena tidak membukakan pintu untukmu kemarin. Aku hanya.. pikiranku penuh dengan pikiran." kata Irene.

"Tidak apa-apa, aku sangat mengerti. Aku juga minta maaf atas apa yang aku lakukan pada hari aku mabuk." Jisoo juga meminta maaf.

"Tapi setidaknya kamu ada di sini." Ponsel Irene tiba-tiba berdering.

“Maaf aku harus menjawab panggilan ini.” Kata Irene dan berjalan agak menjauh dari Jisoo kemudian menjawab telepon.

"Halo?"

"Irene-ssi!" Itu Jin.

"Jin? Apakah kamu mabuk sepagi ini?"

"Kamu istriku, jagalah aku!"

"Apa?"

"Maaf, Rene! Aku terbawa oleh emosiku!! Aku berjanji untuk tidak melakukan perselingkuhan lagi. Aku putus dengan dia!"

"Aku tidak peduli." Dia mendengar tangisan Jin.

"Tolong kembali..Maafkan aku! Jika kamu tidak mau masuk ke rumah ini, aku akan bunuh diri! Karena tanpamu aku akan mati!"

"Apa? Tidak!"

*Tutt.... Tutt...

"Siapa itu?" tanya Jisoo.

"Uhm..Jin membutuhkanku."

"Apa? Kamu meninggalkanku lagi?"

"Jisoo dia suamiku."

"Oh ya aku lupa. Aku hanya pilihanmu, bukan?"

"Jisoo.."

"Dia jelas tidak pantas untukmu! Dia memperlakukanmu seperti seseorang yang akan dia pilih setiap kali dia tidak punya pilihan! Irene, aku selalu di sini! Kamu pantas mendapatkan seseorang yang bisa memperlakukanmu lebih baik!"

"Maaf." Irene berjalan ke pintu dan hendak pergi.

"Irene..Irene kumohon.." Tangisan kecil keluar dari bibir Jisoo.

"Sekali ini saja.. sekali ini saja, Irene. Bisakah kau memilihku?" Kata Jisoo. Tapi Irene tetap pergi. Dia menangis lagi.

"Apa yang aku harapkan?"


_____________







Irene pergi ke rumah Jin tempat mereka tinggal. Pintunya terbuka, jadi dia masuk. Botol di mana-mana, rumah sangat berantakan. Jin ada di sofa.

"Rene!" Teriak Jin dan berlari ke arahnya lalu memeluknya.

"Kupikir kau tidak akan pernah kembali padaku." Dia menangis di bahu Irene, Irene memeluknya.

"Tidak apa-apa. Aku di sini."

"Kau tidak akan meninggalkanku lagi?" tanya Jin.

"Ya. Tidak akan pernah lagi."

Kamu sangat bodoh, Irene. Aku bisa dengan mudah memanipulasimu hanya dengan satu tangisan.

OPTION (JIRENE | JISOO) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang