Yang sebenarnya

26 4 0
                                    

"Sayang, bunda pulang sebentar ya nanti bunda kesini lagi jagain kamu." Aretha mengusap kepala Asha.

Sudah 1 minggu pasca operasi tapi putrinya itu masih enggan membuka matanya juga.
Seseorang masuk dengan membawa beberapa kantong belanjaan.

"Biar aku yang jagain Asha, Tha." Nicholas beralih berdiri di samping brankar putrinya.

Jujur Aretha masih belum bisa memaafkan lelaki itu tapi ia teringat akan putrinya yang selalu merindukan sosok ayah bahkan sedari kecil Asha tidak pernah merasakan hangatnya pelukan ayah.

Aretha tidak boleh egois walau hatinya selalu terasa sesak saat melihat Nicholas ia teringat penderitaan sahabatnya.

"Jadilah ayah yang bertanggung jawab, Nicho. Ini kesempatan terakhirmu." Aretha melenggang pergi setelah mengatakan itu.

Nicholas mengangguk, ia duduk di kursi sebelah brankar Asha.

"Pantas saja papah merasa nyaman saat berada didekatmu, Nak. Maafin papah karena papah kamu dan mamahmu menderita. Asha rindu pelukan seorang ayah kan? Papah janji akan selalu memeluk Asha." Buliran bening itu jatuh mengenai tangan pucat Asha yang ia genggam.

Cha, aku sudah bertemu putri kita. Dia sangat cantik sama sepertimu, aku janji tidak akan menyia-nyiakannya.

***

"Gini nih kalo punya ayang ngambekan. Heh, Prity udah dong ngambeknya idup napa capek gue ngegandeng lu!" gerutu Venus.

"Apa lo liat-liat?!" sungutnya pada orang yang melihatnya mendorong motor kesayangannya sambil menggerutu tak jelas.

Udah mirip kek orang gila sih kalo di lihat-lihat si Venus ini, tampang doang yang cakep tapi otaknya gesrek naudzubillah.

Venus berniat ke rumah Asha untuk mengecek kondisi disana setelah itu ia akan kerumah sakit tapi Prity kesayangannya ini malah ngambek dan mogok di jalan, alhasil ia harus mendorong motor sportnya itu.

"Mana berat! Aishh."

Venus berhenti di pinggir jalan, ia mengelap keringat di dahinya. Sebuah motor sport berwarna hijau berhenti tepat di sampingnya.

"Ngapain?"

Venus menoleh lalu menghela nafas, "Mulung!"

"Gak liat apa ayang gue lagi ngambek gini," ketusnya.

"Yey! PMS lu!" sarkas Arkan lalu hendak melajukan motornya, ia akan mengunjungi rumah Asha dengan membawa kantong berisi makanan dan minuman untuk anak-anak yang nunggu disana.

"Heh! Mau kemana lu?"

"Rumah Chalondra."

"Lu kagak ada niatan gitu mau bantuin gue?"

"Ogah!"

"Jahat bener dah tidak berperikemotoran lu! Kasian nih si Prity udah sekarat."

"Kelamaan jomblo jadi gila kan! Udah ah gue mau ke rumah Chalondra, bye!" Arkan menggas motornya dengan kecepatan diatas rata-rata meninggalkan Venus yang masih setia mendorong kekasihnya itu.

"Oasuuu lu!" maki Venus.

Izza duduk termenung di dalam kamarnya, matanya sangat sembab bahkan sekarang perutnya sudah menyembul keluar. Bagaimana ini? Walaupun ia memakai pakaian oversize tapi tetap saja perutnya tidak bisa disembunyikan lagi. Ia terus menangis sejadi-jadinya, rasa penyesalan itu terus menghantuinya.

"Kak Asha," lirihnya.

"Gue gak pantes hidup, gue manusia hina hikss gue bejat gue udah fitnah bahkan nembak kakak gue sendiri ARGHHH." Izza mencengkram rambutnya sendiri bermaksud untuk meluapkan emosinya.

REYSHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang