O1

388 66 2
                                    

Jaemin menatap ayahnya yang nampak bersemangat sekali untuk mengusir dirinya. Hari ini Jaemin akan pergi dari rumah menuju asrama tempat dirinya bersekolah.

Sebenarnya Jaemin kebingungan kenapa ada sekolah yang menerima murid saat sudah semester genap, tetapi sang ayah mengatakan bahwa dirinya dengan bersusah payah dan membayar mahal agar bisa masuk ke sekolah yang bahkan tidak ada di google maps.

Jaemin jadi bingung, informasi sekolah itu tidak ada sama sekali di forum internet manapun. Entah darimana sang ayah mendapatkan alamat serta bisa mendaftarkan dirinya disana.

"Pokoknya kamu sudah harus bersekolah!" Perintah sang ayah.

"Tapi sekolah mana yang menerima murid di semester genap? Bukankah itu aneh? Lagipula di mana papa menemukan sekolah aneh itu hah? Bahkan di forum internet saja tidak ada datanya!" Cecar Jaemin dengan banyak pertanyaan.

Ayah Jaemin hanya menggeleng dan mengangkat bahunya acuh seakan-akan tidak peduli dengan pertanyaan Jaemin.

"Tidak tahu, tapi setahu papa seluruh siswa harus tinggal di asrama. Ah satu lagi seluruh siswa di sana berhasil menjadi orang sukses!"

Jaemin menghela napas, kalau benar kenapa data sekolah itu tidak ada di dalam forum internet atau sebenarnya data sekolah itu ada hanya saja bukan di internet yang biasanya orang-orang akses melainkan di dark web.

Sepertinya Jaemin harus mencari tahu melalui dark web, lagipula hal itu bukanlah sesuatu yang sulit bagi Jaemin yang merupakan seorang peretas ulung.

"Bagaimana jika sekolah itu berbahaya, Pa?" Tanya Jaemin sedikit sanksi.

Walaupun memiliki kemampuan meretas, Jaemin tidak memiliki kemampuan yang lainnya. Bahkan Jaemin cenderung seperti orang biasa-biasa saja yang tidak ada keistimewaan sama sekali.

"Papa tidak mau tahu! Papa sudah membayar sangat mahal agar kau bisa bersekolah, lagipula mau bagaimanapun kau harus tetap bersekolah. Papa sudah berjanji pada mamamu agar anaknya bersekolah sampai menjadi seorang yang berhasil."

Jaemin hanya menghela napas melihat ayahnya yang membereskan semua barang-barangnya. Jaemin menatap figura di mana dirinya tersenyum bahagia bersama papa dan mamanya yang telah tiada.

"Apakah papa akan mengantarku ke sana?" Tanya Jaemin.

Sang ayah menggeleng, "Sekolah itu biasanya menjemput siswanya, sebentar lagi kau akan dijemput oleh mereka. Jadi persiapkan dirimu, Son! Oh, ngomong-ngomong jika kau bertemu pria manis atau wanita cantik yang menarik perhatianmu pacari saja mereka."

Jaemin mendengus mendengar perkataan ayahnya, sungguh pria tua yang menyebalkan. Lebih sayangnya lagi, pria tua itu adalah ayahnya, keluarganya satu-satunya setelah kepergian sang ibu.

Setelah beres-beres Jaemin akan melakukan pencarian di laman dark web. Tapi sayangnya tidak bisa karena sang ayah mengatakan bahwa pihak sekolah telah menunggu dirinya.

"Jaemin, ayo cepat! Mereka sudah datang!" Teriak ayahnya yang berada di lantai bawah.

Jaemin mendecih, dirinya akhirnya memutuskan membawa ponsel khusus yang biasanya dia gunakan untuk membuat dark web.

"Iya, tunggu sebentar!" Teriak Jaemin dari kamarnya yang berada di lantai dua.

Jaemin menghela napas, dirinya membuka pintu miliknya. "Semoga sekolah ini tidak mengerikan seperti apa yang aku bayangkan," monolog Jaemin.

School of Death Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang