Hai, hai, apa kabar semua??
Kembali lagi, nih, dengan kisah Mars dan Karang. Rasanya udah lama banget, nih, aku ninggalin mereka, sampai Last Twilight udah kelihatan, tuh, hilalnya. Sebentar lagi kayanya mau syuting, tuh. Gak sabar banget, mau lihat JimmySea 😋😋Dahlah, panjang cerita. Yuk, langsung baca kelanjutan Sunshine Hurricane. Happy reading 💫✨
***
Mars menunjukkan deretan gigi putihnya di depan seorang wanita dengan tangan yang terlipat di depan dada. Netranya membulat sempurna saat beradu tatap dengan wanita yang terlihat menatap emosi padanya, begitupula pada Karang yang berstatus sebagai adiknya.
"Kenapa kamu ada di sini? Bukankah seharusnya kamu kembali ke rumah?" Kinar bertanya heran pada Mars yang beberapa saat lalu pergi meninggalkan rumahnya. Akan tetapi, beberapa jam setelahnya, lelaki itu kembali. Ia tidak sendirian, melainkan kembali bersama Karang.
"Karena aku udah tahu semuanya. Aku akan tinggal di sini sampai temanku memberi kabar bahwa orang yang menghajarku telah ditemukan," jawab Mars seadanya.
Sebelah alis Kinar terangkat. "Siapa yang mengizinkanmu tinggal di sini? Jangan seenaknya, ya."
"Karang yang mengizinkan. Kalau gak percaya, tanya aja dengan orangnya langsung. Udah, ya, badanku berkeringat. Aku mau mandi biar segar." Mars berucap seenaknya sebelum pergi meninggalkan kakak beradik itu.
Kinar melongo menatap kepergian Mars. Ia lalu beralih pada adiknya yang bergeming dengan takut di tempatnya. "Karang, apa maksudnya ini?"
Karang tidak dapat mengelak lagi. Ia memberitahukan kronologis kejadian mulai dari ia yang ketahuan membuntuti Mars, sampai Mars memilih tinggal di rumahnya. Akan tetapi, ada satu hal yang tidak diceritakan Karang pada Kinar, yaitu tentang Mars yang berusaha mendekati dan mendapatkan hatinya. Karang sendiri tidak tahu apakah Mars berkata jujur atau ia hanya ingin main-main saja. Itu sebabnya Karang tidak memberitahukan hal tersebut pada Kinar.
"Kakak sebenarnya gak keberatan kalau Mars tinggal di sini lebih lama, karena dia cukup membantu Kakak, tapi melihat dia yang bertingkah seenaknya itu membuat Kakak kesal," komentar Kinar di akhir penuturannya.
[Dia senang bermain-main, Kak. Saat lelah nanti, Mars akan berhenti.] Tulis Karang pada catatan ponselnya.
Kinar mengembuskan napas panjang. "Kamu yakin gak papa dengan adanya Mars di sini? Setelah semua yang terjadi, Mars malah mengetahui kalau kamu yang menyelamatkan nyawanya."
[Gak papa, Kak. Karang akan baik-baik saja. Kakak gak perlu khawatir.]
"Kakak harap begitu, ya. Kakak gak mau kamu sedih lagi. Siapa pun itu, gak ada yang boleh menyakiti adik Kakak, meski cuma sesenti dari ujung rambutmu."
Karang mengulas senyum sebelum memeluk Kinar erat. Makasih, Kak, ucapnya dalam hati.
***
Mars kembali tinggal di rumah Kinar. Namun, kali ini, Mars mengetahui bahwa Karang juga tinggal di rumah itu. Selama proses penyembuhan, Karang selalu mengendap-endap keluar dan masuk rumah guna menghindari Mars mengetahui keberadaan dirinya. Tidak hanya tinggal satu atap dengan teman lama, tetapi Mars menetap di kamar yang sama dengan Karang. Mars memberikan berbagai macam alasan yang membuat Kinar mau tidak mau menyetujui permintaannya tidur sekamar dengan Karang.
"Rasanya nyaman banget," komentar Mars sembari merengkuh tubuh Karang yang membelakangi dirinya.
Risih, Karang berbalik sambil menyingkirkan tangan Mars di perutnya. Bukannya melepaskan, Mars malah semakin mengeratkan pelukannya. [Lepaskan. Aku gak suka jika ada yang memelukku.]
Mars tertawa kecil setelah membaca pesan yang tertulis pada layar ponsel. "Tapi aku suka. Aku juga suka kau, Karang. Aku gak bisa tidur jika gak memeluk sesuatu."
Karang menyipitkan matanya lalu bangkit dari posisi tiduran. Melihat itu, Mars tanpa sadar mengendurkan tangannya yang melingkar di perut Karang.
Secepat kilat, Karang beranjak dari tempat tidur. Tidak lama setelahnya, ia membawa sebuah boneka berbentuk lebah dan melemparkannya pada Mars. [Peluk itu. Jangan peluk aku. Jika kau masih memelukku, aku akan menendangmu keluar dan sini!]
Ekspresi kesal yang tergambar di wajah Karang terlihat lucu di mata Mars. Ingin sekali ia memeluk Karang dengan lebih erat, tetapi hal tersebut tidak bisa dilakukan jika ia ingin tinggal lebih lama bersama Karang.
Tenang, Karang. Pelan-pelan aja gak papa. Kali ini, peluk boneka lebah dulu, sebelum peluk boneka hidup yang lucu dan menggemaskan itu, ucap Mars dalam hati sambil memeluk erat boneka lebahnya.
Karang merasakan Mars melihatnya dengan intens. Sejujurnya ia merasa tidak nyaman, tetapi Mars tidak akan melakukan hal-hal di luar batas, karena ia telah memperingatkan lelaki itu.
Pemikiran Karang benar, karena Mars tidur anteng di tempatnya. Padahal, kasur itu sudah tidak seempuk saat pertama kali dibeli, malah tidak terasa empuk sama sekali. Karang yakin jika kasur di rumah Mars beratus-ratus kali lebih empuk dari kasurnya, tetapi Mars menikmati tidurnya di kasur butut itu.
"Kenapa kamu bersikeras tinggal di sini? Kamu sebegitu inginnya aku menjadi milikmu? Apakah itu benar, atau kamu hanya ingin main-main?" Karang bertanya pada dirinya sendiri. Ia tahu betul tabiat Mars seperti apa. Itu sebabnya ia tidak menganggap serius ucapan Mars, karena ia tahu Mars senang bermain.
Setidaknya, itulah pemikiran Karang terhadap Mars. Akan tetapi, sikap yang ditunjukkan Mars sangat berbeda. Mars membantu pekerjaan Kinar dan Karang. Tidak hanya itu saja, terapi Mars juga memberikan perhatian-perhatian lebih pada Karang. Contohnya saja, Mars dengan sigap membersihkan keringat Karang, memberikan pijat ringan saat Karang merasa kelelahan atau mengambilkan lauk dan meletakkannya di piring Karang. Semua tindakan Mars sangat berlebihan dilakukan, apalagi mereka berdua hanyalah sebatas teman lama saja.
[Mars, kuminta kau berhenti.]
"Berhenti memanen jagung? Bukankah tenagaku juga dibutuhkan di sini? Gak seharusnya aku berhenti bekerja," ucap Mars menatap heran sang kawan. Ada banyak jagung yang harus dipanen, tetapi Karang memintanya untuk berhenti memanen jagung.
[Bukan itu maksudku. Kuminta kau berhenti melakukan hal-hal yang gak masuk akal. Kau boleh bermain-main dengan orang lain, tapi enggak denganku. Apalagi dengan perasaanku.]
"Karang, sepertinya kau salah paham. Aku gak pernah bermain-main denganmu, apalagi dengan perasaanmu. Jika yang kau maksud itu adalah perhatian-perhatian yang kuberikan, bukankah wajar? Itu adalah salah satu cara agar aku bisa menarik perhatianmu. Aku gak mungkin bermain-main dengan perasaanmu."
[Itu sebabnya aku minta kau berhenti. Aku gak bisa membalas perasaanmu. Pada akhirnya, kau akan menganggapku sebagai orang jahat.]
"Hah? Kenapa pula aku harus berhenti? Kukatakan sebelumnya, bahwa aku akan memperjuangkan perasaanku. Sampai kau lelah dan bosan, aku tetap akan mengejarmu. Aku akan menjadikanmu milikku."
[Pemaksaan. Kau gak boleh memaksa orang lain, apalagi demi kepentingan dirimu sendiri.]
"Aku gak memaksa, melainkan aku optimis. Hatiku mengatakan kau akan jadi milikku. Itu sebabnya kau aku perjuangkan, bukan demi diriku sendiri, tapi demi kita. Aku gak akan mengucapkan janji apa-apa, tapi aku akan menjadikanmu sebagai orang yang paling bahagia, mulai hari ini, sampai nanti," ucap Mars tanpa lupa menyematkan senyumnya.
Karang terdiam sejenak di tempatnya. [Terlalu percaya diri.] Tulisnya lalu berbalik meninggalkan Mars.
Lelaki itu bergerak mengikuti langkah Karang. "Aku memang sepercaya diri itu, hei, calon pacar," ucapnya dengan bibir yang merekah lebar.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunshine Hurricane
De TodoPerayaan kemenangan Mars dalam olahraga tinju kelas Welter membuatnya tidak bisa pulang dengan selamat. Ia terbangun di sebuah ruangan asing dengan kondisi tubuh dipenuhi luka. Seorang wanita bernama Kinar menyelamatkan serta membantu proses penyem...