ALDHEIRA-16

206 5 0
                                    

Sebuah motor berhenti tepat didepannya. Eira menghentikan langkah kakinya dan menatap motor tersebut yang tak asing baginya. Pemilik motor itu membuka helm full face nya dan menyugarkan rambutnya kebelakang.

Tatapan tajam itu jatuh pada Eira yang sedang menatap nya juga. Eira meringis dalam hati, mengapa ia harus bertemu Athar saat ini juga?

"Eh, kak Athar kok bisa tau aku disini?" gugupnya sambil memilin jari jemarinya.

"Ngehindar?"

Eira dengan cepat menggelengkan kepalanya serta tangannya. "Engga"

Alis athar terangkat satu menunggu reaksi gadis itu lagi.

"Aku pikir kak Athar gak jadi makanya aku pulang duluan" cicitnya, lalu menunjukkan senyum kecilnya.

Tadi sebelum pulang, Athar menitipkan pesan ke Alven pada Eira untuk menunggu nya sebentar. Ia tadi dipanggil Pak Bayu sebentar sehingga jadwal pulang nya terlambat. Athar meminta agar eira menunggu nya dikelas. Namun, saat lelaki itu datang, ia tak melihat siapapun disana. Athar menghampiri salah satu murid yang sekelas dengan Eira dan menanyakan apakah ia melihat Eira ternyata jawabannya Eira telah pulang.

Athar masih setia menatap Eira yang berdiri gugup didepannya kini.

"Aku pulang sendiri aja ya kak, makasih ajakannya"

"Ga" tolak Athar.

"Naik" lanjut Athar yang menyuruh Eira untuk segera duduk di jok belakangnya. Ia kembali memakai helm nya.

Dengan terpaksa Eira naik di motor itu. Ini demi kerahasian identitas pribadinya.

Eira memegang ujung tas lelaki itu saat motor perlahan dijalankan. Angin sore itu menerpa wajahnya yang mulus dan cantik itu. Ia menatap punggung tegap Athar dari belakang, mengapa kakak kelasnya ini suka sekali mendekatinya?

Motor itu membelah jalanan raya yang terlihat ramai karena banyaknya lalu lalang kendaraan yang baru pulang kerja. Diam diam Athar melirik Eira dari spionnya. Entah apa yang sekarang dirasakan Athar, intinya dia senang Eira selalu didekatnya.

Eira panik saat mengetahui Athar memasuki perumahan yang ia tinggali kini.

"Kak, disini ajaa. Biar aku lanjut jalan sendiri"

Tak ada jawaban dari Athar. Lelaki itu tak menggubris sama sekali.

Eira menatap sinis pada Athar setelah ia turun dari motor itu. Bagaimana Athar bisa tau tempat tinggalnya? Mengapa Athar selalu bersikap seenaknya dengan dirinya?

"Kak Athar ngapain lagi disini? Udah sana pulang" usir nyaa setelah merasa tak ada pergerakan dari Athar.

"Makasih" ujar Athar.

Dahi nya berkerut lalu menepuk pelan kepalanya. "Makasii ya kak Athar. Sekarang kakak pulang yaa"

Eira tak ingin jika Laura atau siapapun itu melihat Athar ada disini sekarang. Nasib nya tentu akan malang nanti.

Athar mengangguk kecil. Ia menghidupkan kembali motornya dan segera pergi dari perumahan mewah itu. Eira bernafas lega setelah tak melihat Athar lagi.

Eira masuk ke rumahnya. Eira merasa rumah ini terasa sepi. Ia tak melihat Dira dan Laura. Bahkan, disekolaj tadi ia tak bertemu Laura.

Sesampainya dikamar, Eira langsung membuang asal tas nya. Ia membaringkan sejenak tubuhnya dikasur. Eira memainkan handponenya dan membuka aplikasi instagram miliknya.

Perasaannya sedih saat mengetahui Papanya dan Laura serta mama tirinya berada di Swiss. Eira tak tau apakah papa nya sedang liburan atau mengurus masalah perusahaan. Dhaffin tak pernah menolak saat Laura meminta ikut untuk pergi ke negara yang Dhaffin datangi mengenai urusan perusahaannya. Katanya, tak masalah papa nya sibuk bekerja ia akan berlibur menghilangkan stres nya disekolah.

ALDHEIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang