ALDHEIRA-18

263 10 0
                                    

Sudah seminggu eira tidak lagi merasakan athar mendekatinya. Ia jadi merasakan ada yang aneh pada dirinya. Gadis itu bahkan sudah sempat mengajak nya mengobrol, tapi athar hanya diam tidak pernah menggubrisnya.

Laura juga semakin gencar menyiksanya, baik disekolah maupun di rumah. Perempuan itu selalu mendekati Athar. Ia memanfaatkan jauh nya Athar dari dirinya.

Seperti sekarang, matanya menatap fokus pada dua insan yang berdiri tak jauh dari nya. Athar diam saat wajahnya di lap handuk oleh Laura. Athar baru selesai latihan basket bersama yang lain mengingat jadwal tanding sebentar lagi.

Eira selalu bingung dengan dirinya. Harusnya ia senang dong jika Athar menjauh darinya? Harus nya ini menjadi kebanggaan untuk dirinya.

"Ga usah diliat ra"

Eira mengalihkan perhatiannya pada seseorang disampingnya. Ia tersenyum kikuk menatap Alven.

"Gue bingung, lo ada masalah apa sama Athar? Ga biasanya dia begitu" katanya sambil fokus menatap Athar.

"Ga ada apa apa kok kak"

"Baik lo atau athar, kalian gabisa bohongi gue. Jujur, gue gasuka lihat Athar sama Laura, gue lebih suka dia sama lo. Lo mau tau sesuatu ga tentang Athar?"

Eira mengangguk. Ia tertarik untuk mengetahui tentang Athar.

"Gue awalnya kaget waktu tau dia suka sama lo. Athar itu misterius Raa, dia selalu punya caranya sendiri tanpa kami tahu. Athar sekali suka sama orang, dia bakal perjuangin terus. Dia sama sekali ga ada hubungan apapun dengan Laura. Lo bisa pegang kata kata gue"

"Aku ga yakin kak Athar secepat itu suka sama aku, kak"

"Apa yang bikin lo ga yakin?"

Eira diam. Ia memilih untuk tidak menjawab. Wajah nya menunduk mengalihkan tatapan Alven.

Alven sekarang paham. Jadi alasan ini yang membuat mereka merenggang?

"Raa, mungkin omongan terdengar seperti bullshit, tapi lo harus coba nerima Athar dihidup lo. Gue kenal dia bukan sebulan atau setahun, gue tau betul bagaimana dia mencintai seseorang. Dia bahkan minta bantuan kita buat bisa miliki lo" alven tersenyum kecil diakhir saat mengingat betapa frustasi nya Athar ketika Eira menolak kehadirannya.

Eira kembali menatap Athar yang juga sedang menatap dirinya. Tatapan mata itu masih sama, datar seperti biasanya. Eira beralih melihat lengan lelaki itu yang dipeluk erat oleh Laura.

Alven merangkul nya. "Lo tenang aja Raa, urusan Athar biar gue aja. Lo hanya perlu pahami perasaan lo aja"

Hal itu tentu tak luput dari pandangan Athar. Setiap gerak gerik perempuan itu, selalu ia perhatikan.

Eira berjalan menghampiri athar yang berjalan menuju arahnya. Ia menghalangi langkah lelaki itu. Dirinya saat ini benar benar canggung berhadapan dengan Athar.

Eira mendongak, menatap Athar yang tinggi nya jauh dari nya. "Aku mau kembaliin hoodie kak Athar" ujarnya sambil menyerahkan hoodie tersebut.

"Ngapain lagi sih lo gangguin Athar!? Ga cukup yang kemarin gue bilang?" bentak Laura.

Eira menulikan pendengarannya. Yang ia pedulikan saat ini bagaimana Athar mau mengambil hoodie itu dan ia akan segera pergi dari sini.

"Telinga lo budek ya anjing" hardik laura sambil mendorong Eira.

Eira memegang Erat hoodie itu agar tak jatuh ke lantai. Ia berusaha menjaga keseimbangan tubuhnya. Ia menatap tangan seseorang yang memegangi lengannya.

"Lo sekali ga bikin ulah gabisa ya! Gue eneg hampir tiap hari lihat lo mulu, capek gue asli!" kesal Alven.

"Bacod! Salah sendiri jadi cewe gatal"

ALDHEIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang