Chapter 3

12.3K 845 3
                                    


Bahasa campur aduk!.
.

.

.

.

Saat ini fenzo telah sampai di perusahaan milik Kenzo pemilik tubuh yang ia tempati.

"Wahh, lihatlah bos di perusahaan ini sangat tampan"

"Ia termasuk cowok idaman para wanita"

"Aku iri pada istrinya nanti"

"Pasti istrinya sangat beruntung"

Sangat banyak ucapan para pekerja wanita di perusahaan nya itu tapi Fenzo lebih memilih abai dan terus berjalan dengan muka datar miliknya.

Saat telah sampai di ruangan miliknya ia langsung duduk dan memanggil sang sekertaris untuk mencari informasi yang ia inginkan, ia mengingat jika nama sekertaris di perusahaan tersebut bernama Udin.

Fenzo memencent sebuah tombol yang langsung terhubung oleh sang sekertaris "keruangan ku sekarang" Ucap Fenzo datar yang malah terkesan sebagai perintah.

"Baik Pak" Balas Udin dengan cepat lalu tak lama terdengar suara ketukan pintu.

(Maaf salah huruf soalnya saya tidak terlalu mmemperhatikan jadi mohon di maklumi🙏)

Tok..

Tok..

Tok..

"Masuk" Ucap Fenzo karna ia sudah mengetahui bahwa yang mengetuk pintu tersebut adalah sekertarisnya.

Setelah itu terbuka lah pintu dan muncul pria yang lumayan tinggi dan umur kisaran 25 tahun.

Udin sedikit membungkuk di hadapan Fenzo lalu berucap "ada apa pak? " Tanya Udin setelah berdiri tegak dari bungkuknya.

"Cari data atas nama Fenzo Ghavar Darendra, dan kondisinya sekarang" Jelas Fenzo seraya menatap wajah Udin yang begitu serius.

"Baik Pak, mohon ditunggu"

"Kalau begitu saya permisi" Ucap Udin setelah mendapat anggukan singkat dari Fenzo setelah itu ia langsung keluar menuju ruangan sekertaris miliknya untuk mencari data informasi yang di suruh oleh bosnya itu.

Butuh waktu cukup lama agar mendapatkan informasi data dari seseorang.

"Ini bos" Ucap Udin seraya menyerah kan sebuah kertas yang berisikan data informasi yang diinginkan oleh bosnya.

"Hmm, terimakasi" Ucap Fenzo setelah menerima kertas tersebut lalu ia membacanya dengan teliti.

Setelah pamit pada bosnya Udin langsung pergi untuk melakukan pekerjaanya yang tentu di ruangan miliknya.

"Ternyata tubuhku selama ini sedang mengalami koma. Hah... Jika sempat aku akan mengunjungi tubuhku" Ucap Fenzo dalam hari setelah membaca data dirinya sendiri yang tadi ia suruhkan oleh asistennya itu.

Kota yang sekarang ia tempati tak terlalu jauh dari kota yang dulu ia tempati mungkin hanya membutuhkan beberapa jam agar sempai ke kota tersebut.

"Lebih baik aku menjemput Angkasa" Gumam Fenzo ia akan menjemput Angkasa di sekolahnya karena ia sudah janji akan menjemput anak itu dan tentu saja pasti ia sudah menanyakan kapan anak itu pulang jika tidak pasti ia harus menunggunya sangat lama atau ia terlambat menjemput nya.

Setelah cukup jauh menempuh waktu agar sampai ke sekolah Angkasa kini ia telah tiba tepat didepan gerbang sekolah nya.

Saat ini Fenzo sedang melihat beberapa siswa yang sedang berlalu lalang untuk pulang dan tak lama ia melihat pemuda mungil sedang melambaikan tanganya kepadanya dan lihatlah wajahnya yang begitu tampak bahagaia dan senyum yang tak pernah luntur dari wajahnya.

"Abang" Teriak Angkasa yang saat itu jaraknya antara mobil milik Fenzo lumayan dekat.

"Jangan berlari, dan berteriak" Peringat Fenzo dengan nada datar saat Angaksa telah duduk tepat di sampingnya.

"Maaf" Cicit Angakasa ia masih lumayan takut pada Fenzo akibat dulu ia sering di hukum.

"Tak apa" Balas Fenzo seraya mengelus surai halus mulik Angakasa begitu sayang, sekarang sudah menjadi rutinitas bagi Fenzo untuk mengelus rambut halus milik Angaksa.

"Ingin makan" Tanya Fenzo seraya melihat wajah menggemaskan milik angaksa.

"Boleh" Balas antusias Angkasa dengan mata yang sudah berbinar senang.

Setelah itu mereka pergi di sebuah restoran yang lumayan terkenal di kota tersebut dengan Angkasa yang tidak henti-hentinya tersenyum.

.

Setelah memesan makanan yang mereka inginkan kini mereka sedang makan dengan Angkasa yang terus mengoceh dan tentu saja Fenzo setia mendengarnya dan sesekali menjawabnya.

"Asa sangat senang, kalena ini peltama kali Asa makan belsama abang" Ucap Angkasa yang awalnya ceria menjadi sedikit murung ia berucap dengan lirih.

Fenzo yang mendengar itu sedikit kasihan jadi ia akan membuat Angkasa kembali ceria "maafkan abang" Sesal Fenzo yang sebenarnya bukan ia sih yang memperlakukan Angaksa seperti itu tapi menurutnya tetap saja karna tubuh ini yang bersikap seperti itu.

"Tidak Apa-apa abang" Balas Angkasa.

"Baiklah, nanti kita akan makan bersama lagi" Ucap Fenzo sembari menatap wajah Angkasa yang seketika menjadi senang yang awalnya murung itu.

"Benal" Tanya Angkasa antusias, dan dibalas anggukan oleh Fenzo yang membuat Angkasa semakin bersemangat.

Setelah mereka makan mereka memutuskan untuk langsung pulang dan beristirahat.





712 kata...


Untuk part kali ini pendek dulu.
Dan maaf jika ada typo.

Transmigrasi boy [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang