Chapter 1

16.9K 1.2K 9
                                    

Heppy reading

Bahasa campur aduk!.


"Emmhh" lenguh seorang pemuda yang bernama Fenzo yaa dia adalah Fenzo yang tadi mengalami kecelakaan dan kini ia sedang mengerjabkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam matanya.

Terlebih lagi saat ia membuka mata seperti ada beberapa orang yang sedang mengelilingi tempat yang sedang ia tiduri itu.

"Kak kau sudah sadar hikss" ucap seorang gadis yang tepat berada di sebelah kanan tempat tidur miliknya.

"siapa" tanya Fenzo linglung pasalnya ia tak pernah melihat orang yang berada di depanya ini.

"K-kak hiks ngak inget Selly" ucap gadis yang sedang menangis tersebut bernama Selly putri magenta.

"Kenapa kau menanggis lebay sekali" serkas Fenzo dengan wajah datarnya yang mana membuat seluruh orang yang berada di kamar pemuda itu menatapnya dengan wajah terkejut kecuali satu seorang pemuda dengan badan begitu munggil dan wajah mengemaskannya sedang menunduk di pojok kamar miliknya.

"K-kak hiks maaf" jawab Selly sembari menunduk yang mana langsung mendapatkan pelukan dari seorang wanita paruh baya yang mana masih terlihat muda itu.

"Kenapa kau berbicara seperti itu boy?" Tanya pria di sana yang mungkin adalah kepala keluarga di keluarga itu.

"Benarkan" saut Fenzo dengan muka datarnya sembari mengangkat sebelah alisnya.

"Kak kenapa kau! " ucap pemuda yang sedari tadi berusaha menenangkan gadis yang bernama Selly tersebut dengan nada yang sedikit meninggi.

"Sudah-sudah" larai sang kepala keluarga.

"Kenapa saya bisa seperti ini" tanya Fenzo dengan muka datarnya tak mempedulikan wajah memerah adik pertama pemilik tubuh yang ia tempati.

Sebenarnya ia baru-baru saja mendapatkan ingatan dari sang pemilik tubuh jadi ia dapat mengenali mereka walau ia sangat jengkel terhadap gadis yang menanggis itu padahal ia hanya berbicara dengan santai tak ada nada membentak di kalimat yang ia lontarkan dan juga ia menjadi kasihan dengan pemuda yang sedang menunduk di pojokan tersebut.

"Anak itu yang membuat kau jatuh dari tangga" serkas pemuda yang sedari tadi menahan amarah miliknya.

"M-maaf Asa ngak sengaja" ucap pemuda mungil tersebut dengan badan yang sudah bergetar tapi tak menangis ia jadi mengingat apa yang akan kaka pertamanya lakukan jika ia membuat kesalahan.

"Kemari" ucap Fenzo dengan nada datarnya tapi tak di pungkiri di hatinya ia sedang menjerit menahan gemas karena wajah mengemaskan adik pemilik tubuh ini.

Ia jadi berpikir kenapa mereka tak memperdulikan anak se manis ini dan malah membela gadis bak iblis itu 'menurutnya'.

Dengan perlahan pemuda mungil itu berjalan dengan pelan takut - takut jika tiba-tiba di pukul.

"Heh rasakan sebentar lagi pasti kau akan di pukuli" ucap salah satu orang yang berada di ruangan itu dengan seringai puas miliknya yang sempat di lihat oleh Fenzo.

"Huh ternyata dia sangat licik" batin Fenzo sembari memandang wajah bak iblis milik salah satu orang yang berada di sana.

"Apakah kalian bisa keluar dulu" tanya Fenzo dengan wajah datarnya memandang anggota keluarga yang berada di sana.

Mereka semua yang berada di sana menetap wajah Fenzo ahh ralat wajah pemilik tubuh ini. Sekilah lalu mereka keluar dari kamar pemilik pemuda tersebut dengan bergilir, tiba saat pemuda mungil yang ingin keluar tiba-tiba ia berhenti karena mendegar suara.

"Siapa yang menyuruh mu keluar Hmm?" Tanya Fenzo dengan suara berat nan datar miliknya yang membuat siapa saja menjadi merinding.

"Tutup pintunya dan kemari" ucap Fenzo yang lebih terdengar dengan perintah yang tak terbantahkan.

Setelah pemuda mungil tersebut menutup pintu ia perlahan berjalan menuju Fenzo yang tenggah bersandar di kasur miliknya.

"Kemari" saut Fenzo sembari menepuk tempat yang berada di sebelahnya.

"T-tapi-"

Ucapan pemuda tersebut terhenti oleh perkataan dingin milik Fenzo "kemari saya bilang!" Ucap Fenzo dengan datar.

Pemuda mungil tersebut hanya menunduk takut lalu perlahan naik ke atas kasur milik Fenzo yaa walau agak susah akibat kasur miliknya yang lumayan tinggi dan badan pemuda mungil tersebut yang terbilang pendek untuk anak seusianya.

Setelah pemuda mungil tersebut duduk ia dikejutkan oleh elusan di kepalanya, perlahan ia mendonggok untuk melihat wajah Fenzo.

"Kenapa hmm" tanya Fenzo dengan suara yang sedikit melembut yang membuat mata pemuda mungil tersebut berkaca-kaca.

"Namamu" tanya Fenzo yang tak henti-hentinya mengelus surai milik pemuda mungil tersebut.

"A-Angkasa" ucap pemuda mungil tersebut bernama lengkap Angkasa alderan magenta.

"Panggil saya abang" ucap Fenzo dengan lembut sembari menatap wajah mengemaskan Angkasa yang mana dengan mata yang sedikit berair hidup yang memerah akibat menahan tanggis dan lihat pipi gembul miliknya yang siap tumpah kapan saja.

"A-Abang" cicit angkasa dengan pelan namun masih terdengar dengan jelas di telinga Fenzo.

"Tidurlah di sini" perintah Fenzo mutlak.

"Tapi bang"

"Ingin di hukum Hmm? " Tanya Fenzo dengan suara datar miliknya.

Angkasa yang mendengar itu langsung menggeleng dengan cepat ia sangat takut pada abang itu jika sudah menyangkut soal hukuman.

"Bagus, jangan pernah membantah perkataan saya" ucap Fenzo dan dengan gemas ia mencium pipi gembul milik Angkasa. Angkasa yang di perlakukan seperti itu hanya diam saja ia sudah sangat pasrah takut - takut jika nanti akan di hukum.

"Cepatlah tidur ini sudah malam"

Angkasa hanya mengangguk sebagai jawaban dengan perlahan ia merebahkan tubuh di kasur empuk bilik sang abang dan perlahan matanya tertutup menyuruh alam mimpi dan tak lama kemudian Fenzo juga ikut tertidur untuk menjelajahi alam mimpi yang begitu indah di bandingkan dunia asli.



842 kata...

Transmigrasi boy [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang