O9. Bicara

688 51 6
                                    

Bagian mana yang paling menyedihkan dalam suatu kisah cinta kehidupan seseorang? Bagian susah payah mengejar dengan penuh perjuangan tapi endingnya nice try.

Demi mendapatkan apa yang dia mau, Pond rela menunggu dua jam di luar ruang IT. Karena dia tidak mau kehilangan kesempatan untuk membenahi hubungan. Seperti yang dikatakan Dunk tadi sesaat setelah Phuwin memilih pamit untuk melanjutkan langkah menuju kelasnya tanpa mempedulikan permintaan maafnya.

"Kalau sayang jangan dilepas. Masih cinta tidak?" Dunk memberi pertanyaan sederhana pada Pond yang sejak awal tidak berpindah tempat, masih berdiri di daun pintu.

"Saranku, kau yang memulai. Karena kalau sama-sama tutup mulut dan memilih pasrah, ya berarti kau harusnya sudah ikhlas kalau Phuwin punya pasangan lain. Turunkan ego, beritahukan segalanya yang belum pernah kau beritahu pada Phuwin. Dengan begitu dia mengerti apa yang sesungguhnya kau rasakan."

Pond mulai tidak sabar kini beranjak dari tempat duduk. Berjalan mondar mandir dengan gigi sibuk menggigiti kuku jempol tangan. Tiga putaran terakhir sebelum pintu ruangan terbuka membuatnya sigap membalik badan, menaruh fokus pada setiap orang yang satu per satu keluar dari dalam. Sesekali tersenyum dan membalas wai dari orang-orang yang menyapa. Hingga kedua mata menemukan sosok yang dia tunggu-tunggu terlihat sedikit kesusahan menutup ritsliting tas laptopnya sementara satu ketiak menjepit kuat buku-buku tebal. 

Pond berinisiatif terlebih dahulu menarik lembut buku-buku yang dibawa laki-laki tersebut sembari berkata, "Aku bawakan."

Yang kesusahan menutup rit tentunya terlonjak kaget, segera menoleh. Keduanya jadi terdiam seperti sebelum-sebelumnya.

"Phuwin, bisa kita bicara berdua?" Pond meminta. Memegang lengan Phuwin sebagai tameng, jaga-jaga kalau Phuwin tiba-tiba lari meninggalkan dia.

"Mau membiacarakan apa, Kak?" Phuwin balik bertanya. 

"Membicarakan perasaanku." Pond menggigit bibir bawahnya. "Phuwin yang waktu itu aku... aku tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya asal bicara. Aku tidak menyangka kau akan menghilang setelahnya. Aku jadi berpikir kita sungguhan berakhir. Aku tidak bisa. Itu menakutkan. Aku tidak mau. Tapi tiba-tiba aku kepikiran. Aku terlalu egois padamu. Aku sudah membuatmu menderita begitu lama. Aku tidak pernah memikirkan perasaanmu. Aku bahkan tahu kau dirundung banyak orang. Dicap playboy. Dibully karena dianggap halusinasi memiliki hubungan lebih dari sekedar teman denganku. Aku rasa kau tidak bahagia karenaku. Aku membuatmu menderita. Aku—"

"Aku masih sama, Kak." Phuwin memotong.

"Hah?" Pond menganga dengan dahi mengerut nampak kebingungan. "Apanya yang masih sama?" dia kemudian bertanya.

Phuwin tidak menutup-nutupi lagi, kedua matanya menatap pada Pond dengan berkaca-kaca. "Perasaanku." memberi jawaban dengan satu tangan mulai mengusap kedua mata yang terasa sudah tidak kuat menahan air mata yang siap tumpah ruah. "Aku masih sangat menyukaimu, Pond. Aku benar-benar galau takut jika kau serius memutuskanku. Apalagi aku sering menduakanmu tanpa memberi alasan yang gamblang kenapa aku melakukan itu. Aku takut kau lelah dengan tingkahku."

Pond tidak mempedulikan sekitaran memilih membawa tubuh Phuwin untuk masuk dalam dekapannya. Mengusap punggung yang lebih muda dengan lembut. Mengecup puncak kepala Phuwin sekilas kemudian berucap, "Aku menyayangimu."

Selesai.

Akhirnya selesai juga ini cerita. Mungkin kemarin ada yang sempet udah baca sebelum aku unpublish??? Well ya... aku unpublish karena aku pikir ceritanya lebih baik dipublish sekali selesai. Soalnya per chapter juga wordsnya di bawah 1000, jadi daripada tanggung-tanggung, mending dipublish sampe selesai.

Sama alasan lainnya juga ada beberapa yang aku revisi sih. Tapi gak yang mengubah cerita. Cuma di bagian chap O7 ada tambahan lain. Jadi mungkin buat yang baca langsung ke chap O8 karena merasa udah baca sebelumnya siapa tau mau ngecek ulang. Tapi gak dicek ulang pun gak merubah sih, soalnya di chapter ini aku parafrase.

Ya pokoknya gitu aja....

Aku suka bikin cerita Pondphuwin hehehe...

Ya walaupun yang minat baca ceritaku gak seberapa, tapi entah kenapa pengen aku share aja. Siapa tau kan yang baca terhibur.

Jadi, gimana tanggapan sama buku ini?

White Lies - PondPhuwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang