"Bang Jeonghan mau kemana?!" tanya Dino heran.
Mereka saat ini berkumpul di kamar terluas di lantai dua rumah Jeonghan. Mereka berencana untuk tidur bersama malam ini. Saat mereka bersiap untuk tidur setelah puas bermain seluruh game yang mereka ketahui, tiba-tiba Jeonghan beranjak dari tempat tidur. Menarik seluruh perhatian yang lain.
"Kalian kan tahu kalo gue nggak bisa banget tidur rame-rame. Tapi, khusus malem ni gue tidur bareng kalian. Gue mau ngambil minum dulu ke bawah, siapa tau takut entar tengah malem kalian haus. Tapi, kalo gue nggak balek. Berarti gue di kamar bawah, hehehe…" jawab Jeonghan dengan kekehan senyum jahilnya.
Seungcheol menatapnya penuh selidik. "Yaelah, Han! Ini Minghao yang susah tidur, anaknya uda mau kelelep. Malah lo yang nggak betah, padahal ni rumah lo sendiri," ejek Seungcheol.
"Bang Jeonghan kalo nggak curang tidur di kamarnya sendiri malam ni, ya mustahil, Bang." Tambah Hoshi.
"Mana tadi gue sama Seungkwan dibodoh-bodohin mulu pas main game," Sambung Mingyu.
"Ye… ntu mah lo nya aja yang bodoh. Gue mah, cuma kurang fokus aja tadi," Sangkal Seungkwan tidak terima.
Jeonghan hanya tersenyum. "Tau aja kalian sama ide gue," Ujarnya lalu berlalu pergi.
Sisanya hanya menatap pasrah Jeonghan yang tidak kembali bergabung dengan mereka malam ini.
Mereka mengambil posisi masing-masing dan mulai terhanyut dalam mimpi. Minghao, si yang selalu ribet kalau mau tidur, kini sudah terlelap di dekat Joshua dan Vernon.
Dokyeom, Mingyu, dan Hoshi saling berbagi selimut. Sisanya sudah tertidur pulas.
Tak berlangsung lama, Seungcheol duduk perlahan. Dirinya keluar dari kamar tersebut dengan pelan, menuju dapur. Dirinya tidak tega jika hanya Jeonghan yang menyiapkan air minum untuk yang lain.
Meskipun dirinya yakin, bahwa Jeonghan berada di kamarnya sendiri bukan berada di dalam dapur. Seungcheol menggelengkan kepalanya pelan. Ada-ada aja alesan yang bakalan lo pake, Han. Lo pasti lebih enakan tidur di kamar lo sendiri, biar luas. Ckckck…
Seungcheol hanya menatap heran dapur Jeonghan yang sedikit berantakan. Ada beberapa tumbler yang berisi air dan ada yang setengah. Beberapa botol air minum yang berserakan. Satu hal yang menarik perhatian Seungcheol adalah jejak sepatu yang sangat kotor sekali, dari arah pintu utama menuju dapur ini.
Seungcheol mengikuti arah jejak sepatu tersebut, dan semakin menumpuk saat di depan wastafel.
Sepertinya jejak ini hanya berawal dari luar, lalu dapur, lalu keluar kembali.
Seungcheol menatap seisi dapur, Seungcheol membolakan matanya saat tidak sengaja melihat sebuah pisau buah di dekat wastafel, dengan sedikit darah.
Seungcheol semakin memperhatikan jejak lumpur yang ditinggalkan. Ada sedikit darah disana.
Jantung Seungcheol seketika berdegup kencang. Dirinya refleks menatap kamar Jeonghan yang tidak jauh dari sana.
Sejak kapan Jeonghan nggak nutup pintu kamarnya? Tanya Seungcheol heran.
Dirinya seketika mengecek keberadaan Jeonghan. Seungcheol terdiam saat kamar Jeonghan hanya hening. Tidak ada tanda-tanda jejak apapun di dalam kamarnya.
Seungcheol kembali terdiam. Menatap dapur dan jejak tersebut dalam keadaan sunyi.
Sepi melanda. Hanya suara detak jantungnya dan detik jam yang kian berputar. Membuat Seungcheol berkeringat dingin.
Dirinya tidak ingin menyimpulkan sesuatu dengan tergesa.
Tau aja kalian sama ide gue.
Entah mengapa suara Jeonghan saat terakhir kali terngiang. Membuat Seungcheol tiba-tiba mencari Jeonghan di seluruh kawasan lantai satu. Seungcheol mencarinya dalam diam. Berusaha tidak membangunkan yang lain.
Seungcheol menatap bingung lantai satu rumah Jeonghan yang sepi, dan kosong melompong.
Seungcheol menatap pintu utama tersebut dan berjalan menuju pintu dengan pelan. Berusaha tidak menginjak jejak sepatu yang bercampur lumpur. Membuat jejak sepatunya terlihat jelas, dengan kontras lantai rumah Jeonghan yang berwarna abu-abu.
Seungcheol membuka pelan pintu tersebut.
Ia seketika berteriak nama Jeonghan. Membuat pintu kamar lantai dua terbuka lebar dengan tergesa.Seungkwan dan Mingyu muncul pertama. Disusul yang lain turut penasaran ada apa dengan Seungcheol yang berteriak sebegitu kencangnya di malam hari.
Seungcheol hanya terdiam kaku. Dirinya tidak mampu mendekat ataupun menjauh. Dirinya hanya menggenggam erat gagang pintu dengan tangan yang bergetar. Peluh sudah membanjiri seluruh tubuhnya.
Seungcheol tidak tahu harus berbuat apa.
Hingga Joshua menarik paksa pintu tersebut agar terbuka lebar.Entah tangis, teriakan, isakan, bahkan ada yang shock jatuh terduduk. Berbagai macam reaksi yang mereka berikan. Setelah melihat keadaan sesuatu disana.
Wonwoo berhasil maju, keluar dari pintu.
Melihat dengan jelas.
Bahwa memang benar, sesuatu yang menggantung tersebut adalah Jeonghan. Digantung pada pohon yang tepat berada didepan rumahnya. Dengan kedua sisi telapak tangan yang berlumuran darah, dan sebagian tubuhnya yang terkena lumpur.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEONGHAN SHORT STORY✔️
FanficHanya berisi cerita pendek di setiap bab. Tidak ada kelanjutan atau apapun, semua alur cerita hanya selesai di satu bab cerita. 📌Jangan lupa untuk mengisi papan percakapan di profil saya, bab mana terfavorit kalian ya🥰 ⚠️alur cerita murni ide dari...