Bunda (flashback 1)

4 1 0
                                    

"Keluar! gak bisa bayar uang sewa ya tidak boleh tidur disini."

Jesifa langsung pergi meninggalkan kontrakan itu menggunakan sepeda motor tuanya dan pergi entah kemana. Jesifa emang apes nasibnya. Di usir dari kontrakan, ditinggal suaminya, urus anak sendirian.

Jesifa mengendarai sepeda motor dengan kecepatan sedang bahkan bisa dibilang pelan namun Jesifa mengendarai sepeda motor sembari melamun. Entah apa yang dia lamunkan. 

Sesampainya di lampu merah, bukannya berhenti Jesifa malah terus berjalan untuk menembuh perempatan itu. Banyak teguran yang didapatkan Jesifa, Tetapi Jesifa masih saja melamun.

"Bun, bun, jangan bengong, bun." ucap Bintang Karina yang saat itu masih kecil.

Sesampainya di tengah perempatan, semakin banyak orang yang memperingatinya. Jesifa tidak sadar bahwa dari arah kiri terdapat mobil yang melaju dengan cepat.

"Mbaaa...jangan disitu!!"
"Awas!!ada mobil"
"Awasss!!!!"

Semakin cepat truk itu menuju Jesifa dan semakin banyak pula yang meneriaki Jesifa.

"Mbaaaaa!!!!!"
"Awassss!!!!!!!"
"Ada mobil!!"

Jesifa masih tak bergeming sedikitpun. Banyak orang yang sudah meneriakinya. Banyak juga yang mengklaksoni nya, tapi tetap saja Jesifa masih asik dengan pikirannya. Hingga akhirnya Jesifa tersadar dari lamunannya, tetapi Jesifa terlambat. Kini mobilnya sudah cukup dekat.

"Aaaaaaaaaaa..." Jesifa berteriak seperti itu dan tiba-tiba

'brak'

Tubuh Jesifa terlempar jauh sekitar 5 meter. Perutnya juga terhantam tiang dengan keras. Bintang Karina berdarah cukup banyak, ia tak memperhatikan lukanya. Ia menangisi bunda nya yang sudah tak sadar. Sontak para wargapun berburu untuk menyelamatkan mereka berdua.

Bintang Karina jatuh pingsan.

'bruk'

***

Bintang Karina terbangun di ranjang tipis, Karina merasa seperti sedang berada di sebuah ruangan besar, ditemani dengan lampu terang benderang yang menyoroti tubuh Karina, serta tertutup tirai biru di sebelah kanan kiri ranjang tempat Karina kini beristirahat. Terpampang jelas lemari besar berada di hadapan mata Karina.

Terdengar suara tipis tipis dari luar tirai, Karina mencoba memanggil mereka dari dalam.

"H-halo," ujar Karina terbata-bata, terpampang jelas kalau dia sedang cemas.

Seseorang menyahutnya, "Ehh, udah bangun nihh!" teriaknya sembari seperti memberitahu seseorang.

Waktu berlalu begitu cepat, Seseorang menggeser tirai besar di sebelah kanan Karina, menggeser perlahan lahan, sehingga Karina dapat melihat Dokter. terpampang jelas wajah Dokter terlihat sedikit cemas atas kecelakaan ini.

"Dok? Bunda saya mana dok?"tanya-nya.

"Mohon maaf ya dek, adek harus tegar. bunda adek udah tenang disana."jawab Dokter tersebut.

Senyum Karina mulai menghilang, seketika luntur saat mendengar penuturan Dokter. Ia tidak menyangka bunda nya sendiri pergi meninggalkannya. Karina menghampiri bilik jenazah ibunda tercintanya.

"Selamat malam bundaku, cintaku, bobo yang nyenyak yaa, sweet dreams bun, and love u so much mom. Cepat sembuh ya mah." curhat Bintang Karina saat bundanya tertidur nyenyak disebuah ruangan rumah sakit tersebut sembari memberikan kecupan manis di dahinya, setetes demi setetes air matanya mengucur berjatuhan membasahi pipi bunda kesayangannya, bunda terhebat yang pernah ada di dalam hidupnya, hatinya hancur.

"Kenapa? Kenapa gua harus liat bunda gua sakit terus? Dulu harus liat mamah sendiri sakit gara-gara papah pergi, sekarang gua ngeliat kesedihan yang bahkan lebih dari itu. Argh, Dunia tai anjing."

'brak'

Tong sampah hancur, sampahnya berhambur-hamburan. kini, Karina tak tahan menyimpan air matanya, dirinya terjatuh sembari meluapkan tangisannya, "Ya Allah, dunia gak adil untuk bunda." teriaknya.

Bintang dan harapannyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang