𝐏𝐚𝐫𝐭 𝟎𝟒

1K 80 0
                                    

Terjadi perselisihan antara Su-hyeok dan Cheong-san karena perihal Nam-ra yang digigit oleh Gwi-nam.

“Su-hyeok, Cheong-san. Kalian diam!” bentak Je-mi dari sudut kelas.

“tidaklah kalian tahu? Suara kalian mengambil perhatian zombi di luar! Kita bahas ini dengan kepala dingin. Aku akan melihat dari sisi Cheong-san dan Su-hyeok. Kita tidak bisa menyimpulkan suatu kejadian dengan satu bukti saja. Cheong-san, apa yang kau lihat pada Gwi-nam?”

“saat di perpustakaan aku berkelahi dengan nya. Aku menusuk mata nya dengan handphone yang aku bawa. Lalu aku melemparkan nya ke arah zombi. Aku melihat banyak zombi yang mengerubungi nya. Dia berteriak kesakitan dan meminta tolong. Dia sudah tergigit oleh zombi.” jelas Cheong-san.

“Su-hyeok?” tanya Je-mi.

“Gwi-nam menusukkan pisau pada zombi yang menyerang ku. Dia terlihat baik-baik saja, walau matanya berdarah. Dia tidak linglung, Gwi-nam masih bisa mengenal ku, bahkan kita sempat berkelahi. Dia juga mencekik leher Je-mi hingga badan Je-mi terangkat. Tidak mungkin zombi seperti itu.” ucap Su-hyeok.

“sebentar. Cheong-san, apakah kau melihat Gwi-nam yang berubah menjadi zombi?” tanya Je-mi.

“tidak. Aku sibuk melarikan diri,”

“tapi kau benar melihat dia di gigit zombi?”

“ya. Dia teriak kesakitan karena di gigit zombi,”

Je-mi pun terdiam selama tiga menit, lalu berkata;

“ada satu kemungkinan. Di beberapa film zombi, ada orang yang telah di gigit zombi namun tidak berubah menjadi zombi, alias dia kebal. Tetapi ketika ia menggigit orang, namun orang itu tidak kebal, orang yang digigit bisa langsung menjadi zombi. Dari yang aku simpulkan, seperti nya Gwi-nam sudah digigit oleh zombi, tetapi ia kebal terhadap zombi. Sehingga ia tak berubah menjadi zombi.” jelas Je-mi.

“bagaimana dengan Nam-ra?” tanya Hyeo-reong.

“kuharap ia juga kebal,” jawab Je-mi.

“tidak. Ia bukan zombi. Aku akan mengikatkan tangan ku pada tangan Nam-ra. Jika ia berubah menjadi zombi, ia akan menggigit ku.” ucap Su-hyeok.

“kita tidak bisa menyimpulkan secepat itu, Hyeokki,” jawab Je-mi.

“terserah.”

Su-hyeok dan Nam-ra pun duduk menghadap ke arah luar jendela. Sedangkan yang lain nya duduk dekat pintu masuk. Je-mi pun mengambil kursi sebelah Woo-jin.

“kau tidak apa-apa? Mata mu seperti habis menangis, dan leher mu merah,” ucap Woo-jin pada Je-mi.

“ah, tidak apa-apa. Tadi Gwi-nam sempat mencekik leher ku, tapi tidak apa-apa,” jawab Je-mi.

“kurasa Nam-ra bukan zombi, tapi sembi. Setengah zombi,” celetuk Dae-su.

“kita sudah dua hari tidak makan dan minum, tersisa satu hari lagi,” ucap Hyo-reong.

“kita harus cepat pergi ke atap sebelum waktu nya habis. Kita tidak bisa berada di sekolah ini terus menerus. Yang ada kita akan mati perlahan.” jawab Je-mi.

“bagaimana caranya?” tanya Joon-yeon.

“aku tidak tahu,”

Ji-min, ia sedang membuat video dari kamera yang terletak di lantai ruang musik. Ia membuat video untuk orang tuanya, walau ia tahu bahwa orang tuanya tidak akan melihat nya. Setelah selesai, Hyo-reong pun mengambil kamera nya dan giliran membuat video, lalu di susul oleh Woo-jin, Dae-su, Joon-yeon,  On-jo, Cheong-san, dan terakhir Je-mi.

𝐇𝐞'𝐬 | 𝐒𝐮-𝐇𝐲𝐞𝐨𝐤 × 𝐫𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang