2. Unpredictable

738 70 6
                                    

Aku sudah sampai di penginapan mengikuti jalan yang pria berambut merah katakan tadi.

"Permisi, apa ada kamar kosong di sini?"

"Masih ada 2 kamar dengan biaya 10.000 Berry permalam sudah termasuk dengan sarapan, apa nona ingin memesan 1?"

"Ya"

"Baik. Atas nama?"

"Kairi"

"Ini kuncinya, kamar anda berada di pintu nomor 49 lantai 4"

"Baik, terima kasih"

Aku sampai di kamar dan mulai menuju balkon kamarku, hujan baru saja reda, malam yang dingin dengan suasana kota yang ribut, aku jadi sulit terlelap karenanya.

Tapi apa benar itu penyebabnya? Padahal biasanya aku adalah tipe orang yang mudah terlelap bahkan saat di hutan. Pikiranku terus tertuju kepada pria dengan mata elang itu, tapi kenapa?

Aku mengusap kasar wajahku lantaran bingung dengan diriku sendiri. "Aku kenapa sih?!"

.

.

.

Keesokan harinya aku sedang berjalan menuju pelabuhan mencari kapal untuk kutumpangi. Namun, aku tak dapat menemukan kapal nelayan di sana.

"Hey kau di sana! Sedang apa nona sepertimu di sini? Ini daerah rentan bajak laut untuk sekarang, menjauhlah dari sini" Ujar seorang angkatan laut padaku

"Ah...begitu ya, pantas saja tak ada kapal nelayan di sini, padahal biasanya banyak"

"Untuk apa nona mencari kapal nelayan?"

"Untuk menumpang"

"Arara...ada nona cantik dengan 'semangat' yang besar, apa kau ada waktu malam ini?" Ujar seorang pria berkulit gelap dengan tubuh tinggi semampai.

"Vice Admiral Aokiji-san, wanita ini mencari kapal untuk ditumpangi"

Dia seorang Vice Admiral Angkatan Laut? Jika bukan seorang dengan jabatan dia pasti hanya terlihat seperti om-om aneh yang mengajak gadis muda berkencan saat pertama kali bertemu.

"Apa kau muak dengan suasana kota yang sedang kacau, nona? Sayangnya kau tidak bisa pergi setidaknya 5 hari dari sekarang". Ujar om angkatan laut itu dengan wajah yang malas, apa dia bahkan menyukai pekerjaannya? Dia terlihat seperti akan tertidur sekarang.

"Ah...begitu ya, terima kasih informasinya". Aku berjalan kembali ke kota, apa yang harus aku lakukan sekarang? aku sudah bosan menonton kekacauan di sini, aku ingin suasana baru.

Aku memutuskan untuk kembali ke hutan, sekarang aku hanya duduk di sebuah pohon besar sambil menatap laut,

"aaghhhh! Aku kenapa sih?? Kenapa jantungku terus berdebar kencang sejak kemarin? Apa aku sedang sakit?"

Aku mulai bangkit sambil memotong-motong pohon yang ku lihat dengan kesal, tak lama dengan kenbunshouku yang kumiliki, aku dapat merasakan sebuah benda melayang ke arahku.

Namun, tanpa perlu menghindar sebuah pisau kecil hanya lewat di samping wajahku. Dengan cepat aku menangkap pisau yang hanya berjarak beberapa senti dari wajahku,

"Pisau ini?" Ujarku melihat pisau yang tak asing itu, pandanganku teralihkan melihat orang yang tak asing pula menuju arahku dengan ancang-ancang ingin menyerang.

"Kau lagi?! Kau punya dendam padaku atau apa?!" Ujarku sambil menahan serangan pedangnya

Aku semakin kesal karena dia tak menjawab pertanyaanku, ditambah lagi dia menyerangku dengan wajah datarnya yang terlihat tidak serius sama sekali, apa dia sedang meremehkanku?

"Bertarunglah denganku, Dojigiri"

"Namaku bukan Dojigiri!"

"Lalu?"

"Aku Kai-...ehh kenapa aku harus memberitahum?!-... aaaghhhh" Dia lagi-lagi memojokkanku sama seperti malam itu. Sial! Kenapa dia begitu kuat?

Namun ini berbeda dengan waktu itu, dia sedang mengunci pergerakanku tapi...aku terbaring di tanah dan sekarang dia sedang menindihku, penguncian macam apa ini?

Aku masih terdiam menatap matanya yang berada di atasku, aku tidak pernah dikunci dengan cara seperti ini sebelumnya, aku jadi bingung.

"Kau tidak serius melawanku, kan? Aku tahu kau bisa membunuhku kapan saja sekarang, tapi serangan mu itu selalu kau layangkan dengan meleset". Ujarku membuka suara karena bingung dengan perlakuan dari pria mata elang itu.

"Pintar juga" Ujarnya sambil sedikit menyunggingkan bibirnya

"Tidak bisa kah kau menjawab pertanyaanku dengan benar?"

"Kenapa aku selalu bertemu denganmu?"

"Kenapa kau bertanya balik padaku?! Aku juga tidak tahu!"

Sebenarnya sekarang jantungku berdebar lebih kencang dari sebelumnya karena mata elang itu terus menatapku tanpa berkedip.

Aku memalingkan wajahku sambil berpikir apa yang harus kulakukan untuk keluar dari suasana aneh nan canggung ini?

Sebuah ide terlintas dipikirkan ku, dengan cepat aku menaikkan lututku dan menendang burung pria itu. Wajahnya terlihat terkejut dan dia langsung terbaring di sampingku "aghhhh".

Dengan kesempatan ini aku langsung bangkit dan berlari menjauhinya,

"Haha! Rasakan itu dasar pria aneh!"

Tawaku sambil berlari sekuat tenaga,

"Oh iya...kenbunshouku-nya sangat hebat, tapi kenapa tadi dia tidak bisa memprediksi saat aku akan menendang burungnya?"

Aku berlari menuju kota lagi, aku sudah bolak-balik dari kota dan hutan sejak kemarin, hidupku rasanya menjadi sulit diprediksi sejak bertemu pria mata elang itu.






Taka's Ocean (Mihawk x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang