terima kasih yang udah dukung aku ya!!
jangan lupa vote dan komen
***
Di Geurytra - Tempat Irene sedari tadi terdiam, Iya tempat itu biasanya Irene jadikan tempat termurah untuk seukuran harga catokan. Sehabis pulang sekolah tadi, Tania dan Irene berencana untuk membeli catokan baru. Tau kan kenapa? Catokan berwarna pink dengan hairdayer yang sama mendadak hilang. Entah, Irene telah mencari diseluruh penjuru rumah. Namun tidak menemukan catokan itu.
Gadis itu sedari tadi tengah memperhatikan beberapa merek catokan, "Kalau menurut saya, merek decinta bagus mbak. tapi ini cuman bisa catok lurus aja." Pekerja itu membuka kardus yang melindungi catokan berwarna hitam. Sementara itu, Irene masih diam.
"Ini harganya berapa mbak?" Bukan Irene yang menjawab, namun Tania. Segera gadis tersebut mengambil alih catokan yang berada ditangan sang pekerja dengan dalih ingin melihat kemulusannya. "Cepet panas kan?" Katanya.
"Iya, kak. Cepet panas kok kalau catokan ini."
"Boleh dicoba dulu, engga?" Tawar Tania yang dibalas dengan cubitan kecil Irene dipinggang, tidak sakit. Namun membuat Tania terkikik geli.
Sang pekerja itu mengangguk, lalu menyalakan catokan tersebut. "Mbak, ini gaada yang bisa buat curly apa? Kalau lurus doang, boring sih. Soalnya saya mau curly sama lurusin. Jadi paket komplit deh!"
Sedari tadi Tania asik berceloteh, hingga mau tidak mau. Irene berbisik kecil ditelinganya ketika Tania sedang mencoba catokan tersebut kerambutnya. "Gue kan yang mau beli, Napa jadi elo yang nanya-nanya?"
Masih fokus untuk hasil rambut yang bagus, "Lah, elo diem aja. yaudah gue bantuin. Lo jadinya mau yang mana? Yang lurus aja? atau mau sama curly?" Bak seorang pekerja disana, dua catokan yang digenggam Irene itu tetap fokus.
"Curly sih, berapa tadi kata mbaknya?"
"Delapan ratus lima puluh." Bisiknya, Tania sih agak shock dengan harga segitu. Namun untuk Irene apa yang tidak bisa dibeli?
"Mahal banget anjeng, tau sih bakal awet. Tapi gue duit dari mana?" Ini dia! Hal yang tidak bisa dipungkiri oleh Irene, Laganya saja memiliki pacar yang kaya raya. Namun untuk membeli catokan dengan harga segitu, Irene masih mengirit-ngirit. Jiwa orang kaya Irene belum bisa keluar, tapi benar katanya. Untuk seukuran anak SMA yang tengah membeli catokan, uang seharga delapan ratus lima puluh itu banyak sekali.
Kan, bukannya Irene pernah bilang? Di atm-nya saja paling besar saldonya mencapai tujuh ratus. Itu pun hasil menabung selama dua bulan. Ayahnya memang memberi uang saku untuk Irene perbulan satu juta, namun Irene kan mempunyai dana darurat terlebih keperluan untuk sekolah. "Sekarang kan mau awal bulan, bokap lo engga ngasih duit bulanan?"
"Belum, lagian kalau gue langsung beliin nanti gue jajan gimana selama sebulan? elo mau liat gua kurus kerempeng di sekolah?" Sementara itu Tania terkekeh, hampir saja melupakan Issac. Tania menepuk kecil pundak Irene.
"Kan laki lo kaya, dikasih duit dong pastinya sama dia."
"Iya sih.."
"Nah, pake aja duit itu!" Katanya.
Irene mendecak sebal. "Gaenak bego!"
"Tapi dia bilang engga, semua duit yang dia kasih buat lo?"
"Bilang sih.."
"Si bego bukannya di pake-- aduduhhh--" Setelah memaki, karma pun dibayar instan. Kalian tau tidak sedari tadi Tania asik berbicara dengan mencatok rambutnya. Anggap saja catokan gratis, karna pekerja itu pun tau mereka masih berdiskusi untuk tetap membeli atau tidak. Jadi pekerja tersebut tetap mematung memerhatikan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
EARNED IT
Teen Fiction(17+) kalau kalian pikir ini cinta dan kebaikan untuk Irene itu salah, hanya ada obsesi dan rasa kekangan yang didapatkan. Irene perempuan cantik, memiliki keterampilan dalam memasak, dirinya bercita-cita mempunyai toko bunga saat sudah lulus SMA na...