Altair part 15

1K 42 2
                                    

Yuk bersedekah untuk author dengan menggunakan waktu satu detik kalian untuk vote chapter yang satu ini.

--

Happy Reading ✨

Tak perlu mencari yang sempurna, cukup seseorang yang membuatmu bahagia dan membuatmu berarti lebih dari siapapun.

---


Alana merasa perutnya keram hingga dia memutuskan untuk berdiam diri di dalam UKS. Hari pertama datang bulan memang semenyakitkan sekarang, hingga bibirnya pucat, kening berkeringat dan badannya sedikit bergetar.

Bibir gadis itu terus meringis sekaligus merutuki dirinya yang seharusnya tadi pagi tidak usah berangkat ke sekolah, seharusnya dia menitipkan surat izin kepada Adel untuk diberikan kepada guru.

Kring~

Ponselnya berdering nyaring di atas brankar tempat dia mendudukkan badannya sekarang.

Adel
Al lo dimana? Lo dicariin Altair nih.

Difya
Al lo masih di sekolah 'kan?

Altair
Lo dimna?

Semua pesan masuk secara bersamaan. Alana mengabaikan semua itu karena perutnya yang entah kenapa bisa sesakit ini. Hingga tanpa disadari, air mata gadis itu keluar sedikit demi sedikit.

Dia meringis sambil menekan perutnya sekuat yang dia bisa. Awh kok bisa sesakit ini yah? Aku gak kuat. Alana mengigit bibir bawahnya dan menghembuskan nafasnya secara perlahan. Hari-hari sebelumnya, kalau sedang datang bulan, Alana belum pernah sama sekali merasakan perutnya sesakit sekarang ini.

Bruk

Tiba-tiba pintu UKS terbuka dan kejadian sekarang benar-benar de javu dengan di mana Altair menendang pintu UKS tempo itu. Sekarang juga, di ambang pintu ada Altair yang berdiri dengan wajah datarnya dan melangkahkan kaki lebarnya mendekat kepada Alana.

"Lo kenapa?" tanya Altair dengan tangan yang memegang pundak Alana.

"Sssh sakit Al," kata Alana masih memegang perutnya.

Altair bisa melihat ekspresi Alana yang menahan sakit perutnya. Bibir tipisnya yang awalnya berwarna pink indah sekarang sudah berubah menjadi pucat, kulitnya juga sudah dipenuhi dengan keringat tipis-tipis.

"Lagi dapat hm?" tanya Altair menarik Alana untuk turun dari atas brankar. Dia langsung membuka jaketnya dan melilitkannya di pinggang gadis yang mengangguk itu. "Kita pulang sekarang!"

"Al ... Sakit!" rengek Alana lagi meremas lengan kemeja Altair dan satu tangannya lagi masih setia memegang perutnya.

"Ayo gue gendong." Altair langsung menggendong Alana ala bridal style keluar dari UKS dan untungnya saat itu masih jam pelajaran hingga tidak terlalu ada banyak orang-orang yang melihat mereka berdua. Altair membawa Alana ke parkiran, dan membawa gadis itu memasuki mobil miliknya.

Alana di dalam mobil masih setia meringis dan hampir saja pingsan kalau dia membiarkan rasa sakit itu melelahkan dirinya. Mobil dimajukan oleh Altair membela jalanan Jakarta dengan kecepatan tinggi. Cowok itu sudah dipenuhi dengan rasa khawatir yang tinggi.

Hingga tak terasa sebagian perjalanan menuju ke rumah Alana sudah ditempuh oleh mereka, dan Altair menghentikan mobilnya di depan Alfamart untuk membelikan pembalut untuk Alana. Dia menoleh ke kiri, melihat Alana yang menyenderkan kepalanya di kaca jendela dengan mata yang terpejam. Wajahnya masih sama seperti sebelumnya, menahan rasa sakit hingga kedua alis matanya hampir bersatu.

Altair So Badboy || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang