Namanya Haikal, pemuda berusia 23 tahun yang bekerja sebagai Pattisier di salah satu toko kue di Surabaya Timur. Haikal begitu mencintai pekerjaannya, selain karena karyawan lain yang begitu baik, bossnya pun tak kalah baik karena mau menerima Haikal dengan keterbatasan yang dia miliki untuk bekerja di toko kue ini.
Berawal setahun yang lalu dimana Haikal sedang butuh-butuhnya uang. Dia memutuskan untuk melamar pekerjaan di berbagai perusahaan sebagai petugas kebersihan, namun tidak ada satupun perusahaan yang menghubunginya hingga dia menemukan brosur lowongan pekerjaan yang tertempel di jendela kaca sebuah toko kue tempatnya berdiam diri sejak 10 menit terakhir.
Dengan semangat dan harapan yang besar, Haikal memasuki toko roti itu. Bermodalkan perasaan nekat dan pengalaman amatir (dia sering membantu sang ibu membuat kue pesanan.) Haikal berhasil menjadi salah satu trainee disana.
Namun karena keterbatasannya yang tidak bisa berkomunikasi, akhirnya sang owner menempatkan Haikal di dapur. Awal masa trainee Haikal hanya akan membantu bersih-bersih dan mondar-mandir mengambilkan bahan-bahan kue di gudang. Sesekali juga dirinya mengamati bagaimana para Pattisier itu meracik adonan kue. Hitung-hitung sekalian belajar.
Bulan selanjutnya, Haikal resmi menjadi karyawan itu toko itu. Semua temannya pun orang-orang baik yang tidak memandang rendah dirinya karena ketidaksempurnaan yang dia miliki.
Iya, Haikal tidak sempurna, Dia tuna rungu.
Beruntungnya, rekan kerja Haikal begitu telaten membantu dan mengajarinya untuk membuat kue. Hingga disinilah Haikal sekarang. Satu tahun bekerja, dirinya berhasil menjadi salah satu Pattisier yang kue buatannya selalu laku terjual.
Tepukan pelan di bahu membuat Haikal mendongakkan kepala, mengalihkan atensinya pada salah satu rekan kerja bernama Juna. Juna memberi isyarat pada Haikal untuk menggantikannya berjaga di depan sebentar, karena Juna ingin ke kamar mandi. Haikal tersenyum dan mengangguk paham. Dia tahu perut Juna sedang bermasalah hari ini.
Haikal menempati space kosong yang biasa diisi oleh Juna. Beruntungnya Toko tidak begitu sibuk, hanya ada beberapa pelanggan yang sudah ditangani oleh karyawan lain.
Merasa jika dirinya hanya berdiam diri saja, Haikal memutuskan untuk menata dan mengisi ulang kue yang ada di dalam display fridges. Haikal begitu fokus pada kegiatannya hingga dia tidak sadar ada dua pemuda yang baru masuk ke dalam toko.
"Permisi." Panggil salah satu dari dua pembeli itu.
"Kak. Permisi." Ulangnya dengan sedikit keras, membuat beberapa pembeli yang ada di sebelah mereka menatapnya, berbeda dengan Haikal yang masih belum sadar dengan dua pembeli ini.
"Buset. Tuli apa gimana sih dipanggilin gak nyaut." Gumamnya jengkel karena malu juga ditatap oleh beberapa orang disana karena suara kerasnya. Sedangkan temannya yang diam sejak tadi mengambil inisiatif untuk berjongkok di depan display fridges dan mengetuknya. Mencoba menarik perhatian Haikal yang masih sibuk dengan kue-kue.
"Kak." Panggil pemuda itu yang lagi-lagi dihiraukan, sama seperti temannya tadi.
Pemuda itu mencoba menarik perhatian sang Pattisier dengan melambaikan tangan, berharap hal itu mampu ditangkap oleh mata Haikal. Dan benar saja, Haikal segera berdiri dengan wajah sungkan yang begitu kentara. Terlebih saat matanya melirik sosok dengan wajah tidak ramah di depannya.
"Kak, bisa dine-in?"
Haikal mengerjap, mencoba mencerna di kepala apa yang diucapkan pembeli itu setelah membaca gerak bibirnya, lalu Haikal mengangguk mantab penuh semangat lengkap dengan senyuman hangatnya, mengundang tatapan aneh dari kedua orang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soundless Love [HoonSuk]
FanfictionSemua orang tahu jika Haikal adalah seorang tuna rungu, namun tidak ada yang tahu jika Haikal juga bisa mendengar lagu-lagu yang selalu terputar dikepalanya. HoonSuk Soulmate local AU warning! bxb deaf! hyunsuk (if this isn't your cup of tea, pls go...