4. Johan dan Yusril

109 26 1
                                    

Cangkir berisi kopi yang tersisa setengah itu kembali diletakkan, fokus Johan masih belum beralih pada susunan kata juga chord gitar yang telah tercoret di lembaran kertas. Bahkan dia tidak sadar jika playlist-nya memutar lagu random, maklum saja, premiumnya sudah habis 3 hari yang lalu.

Johan mengangkat kepalanya saat menyadari presensi seseorang di sebelahnya. Yusril, temannya itu tengah melihat isi dari buku yang tengah dia garap, membuatnya sedikit lebih dekat dengan wajah si pemilik buku. Bukan sedikit sih, terlalu dekat tepatnya, membuat Johan mendorong wajah itu menjauh.

"Terlalu deket, cok!" Semburnya yang merasa terganggu.

"Lagu baru?" Yusril malah menanyakan perihal tulisan Johan di buku itu.

"Iyo. Tapi belum rampung." Johan kembali melanjutkan kegiatannya, berusaha mengabaikan sosok Yusril yang kini mengintip dari atas kepalanya.

"Keju banget, Han. Buat siapa? Soulmate-mu?"

Johan mengangguk menanggapi komentar itu. "Buat siapa lagi."

"Udah ketemu sama orangnya?"

Kali ini Johan menggeleng. Mengundang tatapan aneh dari sosok Yusril yang sudah duduk di sebelahnya.

"Terdeteksi bucin sebelum tau orangnya." Lagi-lagi Yusril mencibir, membuat Johan meliriknya sekilas lalu kembali pada bukunya.

"Ndak papa, seenggaknya dengan lagu ini dia bakalan tau kalo aku ini ada." Jawabnya yang sudah benar-benar kehilangan fokus untuk melanjutkan menulis lirik. Ditutupnya buku itu dan kembali meminum kopinya.

"Iya kalo dia pengen ketemu kamu. Kalo enggak gimana?"

Helaan nafas terdengar berat saat Johan mengeluarkannya. Ditatapnya pemuda yang sudah menjadi karibnya sejak SMA itu.

"Ndak semua orang kayak kamu, Yus." Balas Johan yang paham betul dengan apa maksud dari ucapan Yusril.

Namun ada hal yang membuat Johan terganggu karena pertanyaan Yusril perihal soulmate-nya tadi. Tentang eksistensi jodohnya yang masih abu-abu bagi Johan. Jujur, dia tidak tahu apakah dia memiliki soulmate atau tidak. Tidak ada tanda-tanda apapun yang Johan rasakan, tidak ada lagu yang terdengar dari ikatan takdirnya barang sedetikpun. Bahkan Johan sudah menunggu sejak dirinya belajar mengenai soulmate thingy yang gurunya katakan di masa SMP. Namun kekecewaan yang dia dapat saat dirinya tidak juga mendengar apapun ketika usianya genap 17 tahun, bahkan hingga sekarang.

Johan pernah berpikir jika soulmate-nya tidak lagi hidup di dunia ini, namun asumsinya dipatahkan dengan kenyataan bahwa benang merah di kelingkingnya yang masih berwarna merah menyala, benang yang seharusnya berwarna putih bersih jika jodohnya benar sudah meninggal.

Drrrtt!

Ponsel Johan yang sejak tadi memutar lagu Eminem itu bergetar tanda adanya sebuah pesan masuk. Dibukanya pesan itu, dan bibirnya tersenyum kecil setelah membacanya, pesan itu dari Juan yang merengek ingin dibelikan Martabak. Johan pun membereskan barang-barangnya untuk dimasukkan ke dalam tas slempang, tak lupa mematikan spotify yang masih memutarkan lagu-lagu random itu, dia harus segera pulang sebelum Juan marah padanya.

"Wes kate balik?" (Udah mau balik?)

"Iya, Juan udah neror aku nyuruh balik, minta martabak katanya."

Yusril mengangguk paham dan kembali memperhatikan Johan yang kini tengah celingukan mencari kunci motor.

"Cari opo?"

"Kunci motor, perasaan tak deleh sak." (Perasaan aku taruh saku.)

"Kan tadi dipinjem Satria sama Hansen buat nyamperin Hendra di warungnya Adam."

Soundless Love [HoonSuk]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang