Dia Johan, pemuda jangkung yang memiliki senyuman yang mampu membuat siapapun yang melihatnya tersipu. Pemuda berusia 22 tahun yang tengah berada di semester akhir jurusan seni musik.
Disela kesibukannya sebagai mahasiswa, Johan menyempatkan diri untuk mengisi panggung disalah satu cafe yang cukup ramai di dekat kampus bersama beberapa teman sejurusan. Alasannya sih untuk cari pengalaman, padahal aslinya dia ingin menambah uang bulanan. Karena di usianya yang sekarang, Johan tentu sadar dengan kebutuhan hidupnya yang tidak bisa selalu bergantung pada sisa uang tabungan mendiang ayahnya juga gaji pensiunan sang kakek. Juan ─adiknya─ lebih membutuhkan uang itu, terlebih saat ini Juan sudah kelas 12, yang artinya sebentar lagi akan masuk kuliah.
Sedikit informasi saja, Johan hanya tinggal bersama kakek yang merupakan seorang pensiunan TNI, lalu nenek yang juga seorang pensiunan PNS, beserta sang adik yang masih SMA. Ibunya meninggal saat melahirkan Juan, sedangkan sang ayah yang merupakan seorang abdi negara harus berpulang karena kecelakan yang dialaminya 3 tahun yang lalu, membuatnya harus memutar otak agar kebutuhan keluarganya masih bisa terpenuhi meski hanya dengan sisa tabungan sang ayah yang semakin berkurang tiap harinya.
Itulah mengapa Johan rela jika waktu istirahatnya dia gunakan untuk bernyanyi diatas panggung, sekalian menyalurkan hobinya saat masih SMA dulu yang sering ikut festival dengan band amatir yang dia dirikan bersama teman-temannya.
"KOEN NGERTI GAK SE?!" (kamu ngerti gak sih?!)
Johan sedikit terpancing karena teriakan nyolot salah satu temannya yang merupakan seorang drummer di bandnya, meskipun dia tahu betul jika itu semua sudah direncanakan sebelum ini karena salah satu dari mereka ada yang berulang tahun, tapi entah kenapa emosi Johan benar-benar tersulut.
Beruntung salah satu dari lima orang itu peka dengan kondisi Johan dan segera menariknya keluar studio yang mereka sewa selama 3 jam itu.
"Awakmu kan ngeti lek Yusril iku cuma acting, Han. Kenapa kok baper beneran?" (Kamu kan ngerti kalo Yusril itu cuma acting, Han.) Tegur temannya. Hendra namanya, posisinya di band adalah sebagai gitaris.
"Gak ngerti juga aku. Kayak e stress mikir skripsi." Balas Johan masih dengan wajah yang tidak bersahabat.
"Yo wes. Aku udah WA Yusril, kita aja yang beli kuenya." Pungkas Hendra. Johan hanya mampu menurut karena tidak mungkin dirinya kembali ke dalam dengan suasana hati yang masih panas seperti sekarang. Yang ada nanti dia dan Yusril yang adu jotos.
Mereka pergi ke toko kue dengan motor Vario 150 milik Hendra, karena tarikan gasnya lebih enak katanya. Motor Beat keluaran tahun 2018 milik Johan mana bisa bersaing.
Sesampainya di toko kue dengan nama "the bites" Johan dan Hendra pun langsung masuk dan berjalan menuju counter yang kosong dari pembeli lain. Terlihat salah satu karyawan yang berjaga di bagian itu tengah berjongkok menata kue-kue.
"Permisi." Panggilnya. Namun belum ada respon apapun dari karyawan yang masih berjongkok itu.
"Kak. Permisi." Ulangnya dengan sedikit keras, membuat beberapa pembeli yang ada di sebelah mereka menatap Johan, namun tidak dengan karyawan ini.
"Buset. Tuli apa gimana sih dipanggilin gak nyaut." Gumamnya jengkel karena malu juga ditatap oleh beberapa orang disana karena suara kerasnya. Sedangkan Hendra yang diam sejak tadi mengambil inisiatif untuk berjongkok di depan display fridges dan mengetuknya. Mencoba menarik perhatian Mas-Mas itu yang masih sibuk dengan kue-kuenya.
"Kak." Panggil Hendra yang lagi-lagi dihiraukan, sama seperti dirinya tadi.
Ck, kalau seperti ini, Johan makin emosi jadinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soundless Love [HoonSuk]
FanfictionSemua orang tahu jika Haikal adalah seorang tuna rungu, namun tidak ada yang tahu jika Haikal juga bisa mendengar lagu-lagu yang selalu terputar dikepalanya. HoonSuk Soulmate local AU warning! bxb deaf! hyunsuk (if this isn't your cup of tea, pls go...