Angin di sore itu menerpa halus helai rambut sosok seorang gadis kecil yang tengah terpejam dengan posisi duduk di sebuah ayunan.
Di kepalanya masih terpasang headphone berwarna putih dan entah apa yang sedang ia dengar, tapi wajahnya menampakan sebuah rasa damai untuk siapapun yang melihatnya."Araaa, aku cari dari tadi, ngilang mulu deh"
Gadis bernama Ara itu membuka matanya perlahan, dengan ekpresi yang datar ia hanya melirik sebentar pada gadis bertubuh tinggi dan berambut pirang yang tadi menyebut namanya itu.
Ara kembali memejamkan matanya, tangan nya ia lipat di dada. Dengan ekpresi kesal, gadis tadi duduk di ayunan sebelahnya lalu menggerakkan kakinya perlahan agar ayunan itu bergerak, dan menatap wajah samping Ara yang masih betah terpejam.
"Dengerin apa?" Tanya gadis itu lagi namun Ara masih saja diam.
"Araaa, ooiii!"
Sepertinya Ara mulai terusik, ia kembali membuka matanya dan kali ini benar-benar menoleh kearah gadis di sebelahnya itu.
"Apa Chika?"
Gadis bernama Chika itu pun mendengus sebal.
"Udah sore neng geulis, pulaaang"
Ara tersenyum kecil, entah kenapa ia merasa gemas setiap Chika berbicara dengan logat sunda yang merupakan tempat kelahiran nya.
Ara beranjak, menepuk nepuk rok SMA nya yang ia rasa banyak debu yang menempel disana.
"Yuk"
Chika tersenyum lebar, ia pun ikut berdiri hingga terlihat jelas tinggi badan mereka yang lumayan jauh.
"Eh Ra liat, ada orang di semak - semak"
"Astagfirullah"
Dengan wajah memerah, Ara langsung menarik tangan Chika untuk menjauh dari tempat itu dan memilih jalan lain untuk pulang.
"Ish, padahal mau aku video tuh biar viral" ucap Chika
"Biarin aja, bukan urusan kita"
"Gini nih, gimana mau maju kalau generasi penerus nya aja diem aja liat perilaku menyimpang kayak gitu"
"Aku ga diem aja tadi, aku langsung pergi"
Tak!!
"Aw, apa sih" protes Ara saat sebuah sentilan jari lentik Chika mendarat di kening nya.
"Ya bertindak dong Araaa, gerebek kek biar jera tu orang, punya sahabat dingin banget deh, heran"
"Ada kalanya kita ga perlu ikut campur urusan orang lain" ucap Ara, lalu kembali melangkah untuk pulang, sementara Chika hanya bisa mendengus sebal dengan sikap acuh sahabat nya itu.
Jarang rumah mereka dari taman lumayan dekat, tak perlu waktu lama Ara dan Chika sudah sampai di depan rumah nya masing-masing karena kenyataan nya rumah mereka berdampingan bahkan jarak kamar Ara dan Chika sangatlah dekat.
"Daah Ara" Chika melambaikan tangan nya pada Ara lalu hendak membuka pintu gerbang. Ara yang sepertinya sudah paham situasinya sengaja diam memperhatikan Chika.
"Lupa lagi?" Tanya Ara dengan tatapan jengah pada sahabatnya yang sangat pelupa itu.
Chika hanya menunjukan cengiran nya lalu berjalan menghampiri Ara yang masih berdiri di depan gerbang rumah nya.
Ara dan Chika pun akhirnya masuk ke dalam rumah, disana seperti biasa ibu nya Ara sudah menunggu sambil menyiapkan makanan di atas meja.
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam, eh Chika, kunci rumah nya ketinggalan di loker kampus lagi?" Sahut ibunya Ara yang sudah hatam dengan kelakuan anak tetangganya itu.
"Iya bunda, jadi nginep lagi boleh ya Bunda"
"Ya boleh dong, setiap hari juga boleh, ayok kalian bersih-bersih dulu, setelah itu makan ya"
Chika mengangguk dan tersenyum senang lalu mengekori Ara yang sudah lebih dulu berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.
"Masih bau bayik nih kamar" sindir Chika karena sampai saat ini pun beberapa perlengkapan yang di pakai Ara masih produk-produk yang seharusnya nya untuk bayi, seperti minyak telon, parfum bayi, dan bedak bayi.
"Berisik!"
Chika hanya tertawa sambil meletakan tas nya di kursi belajar Ara. Ia lalu membuka pintu menuju balkon. Seketika angin menerobos masuk begitu saja saat Chika membuka lebar kedua pintu itu, bahkan hingga rambut pirang nya itu bergoyang seirama dengan sentuhan angin.
"Udah mau magrib malah buka pintu" timpal Ara yang kini tengah bersiap untuk mandi dengan handuk yang bergantung di lehernya.
"Malam ini ada konjungsi bulan dan venus, aku mau nunggu mereka disini" ucap Chika sambil melihat kearah langit yang mulai menampakan bentuk bulan.
Ara hanya mengangguk kecil lalu masuk kedalam kamar mandi. Sementara Chika masih betah menatap langit yang sebentar lagi akan berubah menjadi gelap.
Selang beberapa menit, Ara yang telah selesai mandi mengerutkan kening nya karena tak ada Chika di sana, pandangan nya menuju kearah Balkon, dan benar saja dugaan nya, Chika masih betah duduk di lantai, memeluk lutut dengan pandangan mengarah pada langit malam saat itu.
Ara meraih selimut dan membawanya menghampiri Chika, ia memutar selimut itu hingga menutupi punggung nya dan punggung Chika saat ia ikut duduk di samping sahabat nya itu.
"Mana venus nya?" Ucap Ara yang sambil membenarkan posisinya di samping Chika.
"Itu" Chika menunjuk kearah langit tepat di hadapan nya.
"Cantik.." gumam Ara yang juga terpana dengan pemandangan lagit di hadapan nya."Mereka lagi ngobrolin apa ya?"
Pertanyaan Chika membuat Ara langsung melihat kearah nya, menatap wajah samping sahabat nya itu lalu kembali menatap ke arah langit
"Mereka lagi numpahin rasa kangen, karena beberapa saat lagi mereka harus kembali pisah"
"Kasian ya, padahal mereka cantik kalau bareng gitu"
"Mereka tetap cantik walaupun ga bareng Chik, mereka bisa terlihat cantik di orbit nya masing-masing"
Ara tersentak saat merasakan bahunya yang berat, Chika sengaja menyandarkan kepalanya di bahu Ara.
"Capek ya?" Tanya Ara
Chika tak menjawab, tapi Ara bisa merasakan jika Chika menganggukan kepalanya.
Ara tersenyum tipis, memiringkan kepalanya hingga bersandar di kepala Chika lalu kembali menikmati venus dan bulan yang perlahan merenggang, larut kedalam suasana dingin nya angin malam dibalik selimut yang menutupi tubuh mereka.
******
KAMU SEDANG MEMBACA
Cygnus
FanfictionCygnus rela menjadi angsa agar dia bisa berenang menyelamatkan sahabatnya, dan kamu tau, itu yang sedang aku lakukan sekarang~ GxG