Gadis di dalam mimpi

910 143 4
                                    

Adel menghempaskan tubuhnya di sofa, sesekali ia mengusap kasar wajahnya dan menghela nafas cukup kasar.

"Kenapa Rev..?"

Adel melirik seseorang berambut pirang yang tadi bertanya padanya.

Adel tak menjawab, ia hanya menepuk sofa di sebelahnya, pertanda meminta wanita itu untuk duduk di samping nya.

"Kenapa? Hmm..?" Tanya wanita itu yang kini sudah duduk disamping Adel.

Adel bergeser hingga duduk berhadapan dengan wanita tadi.

"Foto anak perempuan yang ada di diary warna coklat itu siapa?" Tanya Adel.

Wanita itu mengerutkan keningnya, ia terlihat berfikir sebelum akhirnya ia teringat sesuatu, lalu memicingkan matanya menatap selidik pada Adel.

"Kamu masuk kamar kakak tanpa ijin?"

"Ah.. i..itu.. "

"Ngaku !"

"Itu... Ah.  Iya.. iya aku masuk kamar kakak minggu lalu waktu kakak masih di Belanda, aku ga sengaja liat buku diary di meja belajar kakak, aku penasaran sama foto anak kecil yang ada disitu, soalnya.."

"Apa?"

"Anak itu wajahnya mirip sama teman baru aku kak"

Wanita itu terdiam, cukup lama ia termenung sampai akhirnya dering handphone nya membuatnya tersadar.

"Halo Ci.. iya sebentar lagi aku berangkat... Oke Ci.."

Adel masih terdiam, tatapan nya terlihat penuh harap. Ia ingin tau lebih dalam tentang sosok anak kecil di buku diari kakak nya itu.

"Kakak  pergi dulu ya"

Walaupun sedikit kecewa tapi Adel hanya bisa mengangguk dan membiarkan kakak nya itu pergi.

Adel kembali menyandarkan tubuhnya di sofa pikiran nya kembali teringat sosok Ara yang ia temui tadi

Sementara itu Ara tengah duduk sendirian di kursi halaman rumah nya. Pandangan nya menatap kosong jalanan, tak ada siapapun disana selain hanya desiran angin dan perlahan suara jangkrik yang bermunculan.

Hiks ..

Tangisan itu tak bisa ia tahan lagi, di genggaman nya terdapat sebuah botol obat.

"Aku ga pernah mau dia hilang Tuhan, aku mau dia ada, walaupun itu hanya halusinasi ku saja"

Air mata itu semakin deras, bahkan tetes demi tetes nya membasahi botol obat yang ia genggam.

Ara membuka botol itu, ia melahap dua butir obat sekaligus tanpa air, bahkan ia terlihat memaksakan obat itu lewat di kerongkongan nya.

Ara tertunduk, ia masih menangis, menangkupkan kedua telapak tangan nya seakan berusaha agar air mata itu tak keluar namun hasil nya sia-sia.

"Zahra..."

Ara perlahan membuka kedua tangan nya, dalam pandangan yang buram karena air mata, ia masih bisa melihat sosok seorang wanita yang berdiri tepat di depan matanya.

"dokter Shani" suara Ara melemah, bahkan ia tak lari seperti kemarin saat Shani ada di hadapan nya.

Ara mendongakkan kepalanya menatap dalam wajah Shani dengan air mata yang tak kunjung berhenti.

"dokter..." Ara semakin menangis.

Shani meraih tubuh Ara kedalam pelukan nya, berkali - kali ia mengelus punggung wanita yang lebih kecil darinya itu.

"Ssssttt... Ada aku"

Shani melepaskan pelukan nya, ia menghapus jejak air mata di pipi Ara.

Ara melihat kearah sekitar, sekitar rumah nya terlihat berbeda dari apa yang Ara rasakan kemarin - kemarin, rumah yang kumuh, kotor, halaman yang penuh dengan daun - daun kering yang berguguran dari sebuah pohon besar di depan rumahnya.

CygnusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang