[END]
"Jadi Bu Nyai mudah, iya kan susahnya saya sensor" Kata Syifa
"Kalau ikhlas karena Allah, semua pasti enjoy." Sahut Arvan.
Syifa dan Gus Arvan terpaksa menikah sebelum waktu yang ditentukan. Sebuah insiden terjadi tak terduga. Yang menyebabk...
Assalamualaikum sahabat semua. Semoga menyukai cerita ini.
Minimal habis baca vote ✅️
🍃SELESAI REVISI KAMIS, 6 JUNI 2024
Peraturan membaca cerita :
⚠️DILARANG KERAS MEMBACA DIWAKTU SHOLAT.
"UTAMAKAN SHOLAT TERLEBIH DALUHU. KARENA SE ASIK APAPUN SEBUAH NOVEL. LEBIH ASIK BERKOMUNIKASI DENGAN SANG PENCIPTA"
JADI, KALAU BACA CERITA INI PAS WAKTU SHOLAT, SILAHKAN SHOLAT TERLEBIH DAHULU
⚠️ DILARANG KERAS MELAKUKAN PLAGIAT! JIKA ANDA MELAKUKAN PLAGIAT, URUSAN ANDA SAMPAI DI AKHIRAT. WALLAHI, SAYA TIDAK RIDHO JIKA ADA YANG MELAKUKAN PLAGIAT
⚠️ BIASAKAN SHOLAWAT DAN DZIKIR
⚠️ BIASAKAN AMBIL KEBAIKAN CERITA INI, DAN CERITA INI ADALAH TANGGUNG JAWAB SAYA KELAK. JADI, JANGAN MEMBERATKAN SAYA DENGAN KOMENTAR NEGATIF KALIAN.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Aku hanya gadis biasa yang mengharapkan seorang Gus sepertimu tapi, aku sadar sainganku itu Ning"
~Asyifa Tsabita Humaira
"Ning dan Gus itu hanyalah sebutan. Masih ada harapan seorang gadis biasa untuk bisa menikah dengan seorang Gus"
~Muhammad Arvan Al-Faqih
° ° ° ° °
Teklekteklek teklek
Suara heels menggema disuatu bangunan. Bangunan sunyi dan dingin. Yaps, ndalem. Seorang wanita muda dengan abaya hitam serta hijab segiempat berwarna cream berdiri di dekat sofa. Ia terlihat sangat dingin, namun anggun.
"Pondok Pesantren Al-Faqih"
Wanita ini terus berdiri menunggu kedatangan sang pemilik rumah. Menunggu tanpa reaksi apapun. Ia jenuh menunggu, dan akhirnya memilih untuk berjalan menyusuri rumah.
"SIAPA LO? MALING!?"
Seorang pria muda keluar dari kamar. Kulitnya putih bersih. Rambutnya di belah dua berwarna hitam kecoklatan. Namanya Arvan. Tingginya sekitar 175 cm lebih. Dan ia menggunakan jubah berwarna hitam.
Wanita itu menoleh ke seluruh arah. Ia pikir yang pria tuduh itu orang lain, ternyata dirinya sendiri. "Siapa?"
