3-Asrama

54 14 11
                                    

Happy Reading

Sesuai yang diberitahukan oleh Bu Sesya, hari Minggu—tepatnya satu hari sebelum back to school dimulai, murid-murid baru IC melakukan perpindahan ke asrama. Mengisi kamar asrama dengan barang-barang. Hal ini dilakukan supaya besok nya atau hari Senin bisa langsung ditempati. Begitu pula dengan anak-anak Saintek 1 dan 2 yang melakukan hal sama.

Sebuah mobil putih memasuki area Treasure High School. Terdapat seorang gadis di dalamnya sedang berkendara. Hanya seorang diri. Matanya fokus menatap depan hingga suatu pemandangan mengalihkan fokusnya. Terlihat Leola bersama kedua orang tua nya tengah berjalan ke arah pintu utama IC. Beralih sedikit ke samping, terlihat Alka baru saja turun dari mobil. Setelahnya pria yang diketahui sebagai Ayah dari Alka juga turun dan membantu putra nya mengeluarkan barang-barang dari bagasi. Tidak di bantu sampai ke kamar seperti Leola, hanya sampai depan gedung.

Memang tidak di wajibkan untuk diantar oleh orang tua. Namun jika memang ingin, silahkan saja. Sebenarnya Averyl juga ingin. Dia begitu ingin diantar oleh Papa nya untuk pindahan ke asrama. Tapi dia cukup tahu bahwa itu tidak akan pernah terjadi. Tanpa berlama-lama lagi, Averyl memarkirkan mobil nya dan bergegas keluar dari sana. Usai menurunkan sebuah koper serta tas kecil, Averyl berjalan memasuki gedung IC sembari menyeret koper nya.

Lagi lagi, Averyl harus melihat interaksi yang membuat nya iri. Ketika akan memasuki pintu utama, dia melihat seorang gadis sedang berbincang dengan kedua orang tuanya seraya mengeluarkan barang-barang. Sangat terlihat bahwa gadis itu memiliki keluarga cemara. Keluarga yang sangat diidamkan oleh Averyl.

Itu Ryuka. Averyl mengenalnya. Mereka pernah bertemu di beberapa perlombaan dan berkenalan di pertemuan pertama.

"Andai keluarga gue kayak gitu, pasti gue bahagia banget," gumam Averyl tanpa sadar.

"Papa, apa Papa gak bisa untuk sekadar antar Averyl? Setidaknya cuma antar sampai depan gedung, Averyl pasti seneng banget ... Udahlah, itu gak akan mungkin. Lo gak usah ngehayal, Ryl!" sambung nya kemudian berlalu pergi dari sana. Tidak ada gunanya juga dia mengharapkan sesuatu yang tidak akan pernah terjadi di hidupnya.

———

"Biar Papa yang bawain koper, kamu bawa tas aja." Ryuka menurut, menenteng tas kecil berisi barang-barang yang akan di bawa ke asrama nya.

Ryuka tidak menyangka jika Bunda dan Papa nya benar-benar mengantarkan nya dan akan ikut membantu membereskan kamar asrama Ryuka. Padahal kemarin Ryuka hanya iseng bertanya apakah orang tua nya ingin ikut membantu nya pindahan ke asrama. Respon nya mereka ingin, dan tentu saja dilaksanakan.

Sebenarnya Ryuka oke oke saja, tapi Papa nya sampai rela datang terlambat ke kantor hanya untuk mengantarnya. Pria itu kekeh ingin ikut walaupun sudah Ryuka larang dan suruh pergi saja ke kantor. Makanya Ryuka hanya bisa pasrah.

Hendak memasuki lift, ketiga nya berpapasan dengan Alka yang menyeret koper nya sendiri.

Saling melempar senyum kemudian Alka menyalimi orang tua Ryuka. "Sendiri aja, Ka?" tanya Arumi basa-basi. Tentu wanita itu masih mengingat nya, Alkaezar teman dekat masa taman kanak-kanak Ryuka.

"Iya Tante, Papa sibuk soalnya."

"Oh ya? Sedang ada proyek?"

"Kayaknya sih, gak tau juga. Aku gak terlalu ngerti masalah gituan."

Perbincangan mengalir seraya mereka bergerak menuju lift. Dan berakhir ketika Ryuka dan orang tuanya turun di lantai 3 sementara Alka masih harus naik sampai lantai 4.

Ryuka menempelkan kartu khusus pada tempat scan di pintu kamarnya hingga pintu tersebut terbuka. Sebenarnya pintu itu bisa juga di buka dengan memasukkan pin yang tertera di kartu tersebut. Tapi menurut Ryuka itu ribet. Kalau ada yang mudah kenapa harus yang susah?

99 Isn't 100 (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang