Happy Reading
Hari ini, sekolah dipulangkan lebih cepat. Tepatnya setelah Ganesh menekan kembali tombol yang pernah di tekannya, mengembalikan keadaan kelas seperti semula, suara pengumuman dari pengeras suara di sudut atas terdengar.
"Pengumuman kepada seluruh siswa-siswi Treasure High School. Untuk hari ini dipulangkan lebih cepat. Diharapkan segera kembali ke rumah masing-masing, dan yang memiliki jadwal menginap di asrama, diharapkan segera masuk ke kamar asrama masing-masing. Sekian, terimakasih."
"Gara-gara insiden tadi, ya?" tanya Gio reflek.
Naresh mengangguk. "Pasti sekarang pihak sekolah lagi sibuk mikirin cara buat jelasin ke pihak keluarga korban."
Cakra tersenyum tipis. "Pasti. Mereka lagi mikirin cara yakinin pihak keluarga buat ngasih segala urusan ke pihak sekolah, biar reputasi sekolah gak tercemar."
Anak-anak 10 IC saling bertukar pandang, sedangkan kelima kakak kelas yang lain terdiam.
Dillon mendengus. "Bener! Reputasi yang utama. Gue yakin, bokap gue bakal turun tangan untuk ngajuin beberapa keuntungan sebagai kesepakatan. Kira-kira dia bakal bilang, kami akan menanggung semua biaya pengobatan siswa dan mengurus insiden ini sampai tuntas, kalian cukup duduk manis dan jangan menyebarkan tentang hal ini, maka semuanya akan baik-baik saja." Kalimat panjang darinya semakin membuat semua yang ada di sana tak berkutik. Semuanya membeku. Tidak tahu harus bereaksi seperti apa.
"Dil?" Yang terucap hanya namanya, tapi sorot mata Luna menggambarkan pertanyaan 'you okay?'
"Gue oke kok, Lun. Udah biasa denger kata-kata bokap yang selalu mentingin keuntungan. Dia gak bakal mau reputasi THS tercoreng, karena itu jelas akan merugikan dia. Tenang aja, gue di sini bukan mata-mata Pak David."
Ganesh berdeham untuk mencairkan suasana yang tegang. Laki-laki itu berjalan mendekat ke arah Dillon. Menepuk pundaknya beberapa kali. "Lo juga, tenang aja. Kita semua percaya sama lo."
Dillon mengelilingkan pandangan. Bibirnya ikut mengukir senyum ketika mendapati semua orang tersenyum padanya.
"Thank you."
"Ayo! Siapa yang mau ikut gue pesen makan siang? Tadi belum sempet makan, laper banget ini," ajak Cakra mengalihkan pembicaraan.
"Eh iya, bener! Gue tadi mau nyuap, tiba-tiba semua orang pada keluar, ya gue otw lari, ngikut orang-orang. Padahal tadi makanan penutupnya eskrim coklat." Vivian cemberut. Menyayangkan es krim rasa coklat yang sudah ditunggu-tunggunya sedari pagi.
"Hah? Es krim? Beneran?" Sebagai pecinta es krim garis keras, Ryuka langsung saja memberi pertanyaan bertubi-tubi.
Vivian mengangguk cepat. "Iya! Beneran! Es krim coklat kesukaan gue!"
Sebagai pecinta coklat, Zoe tidak mau ketinggalan. "Bisa nggak kita ke Diamond dulu buat minta es krim coklatnya aja?"
Begitu pun dengan Khai. "Iya. Kebayang banget lagi seenak apa."
Sayangnya, Ganesh menggeleng. "Nggak boleh. Kalian gak dengar tadi pengumuman? Bahkan sekarang ini kita harusnya cepat-cepat masuk ke kamar. Lagian kan ngapain harus jauh-jauh ke Diamond kalo kalian bisa pesan di cafetaria IC?"
"Loh? Emangnya bisa?" tanya Gio.
"Bisa, dong! Kalian gak tau?" Retoris. Tentu saja pertanyaan dari Clarina mendapat gelengan dari anggota 10 IC.
KAMU SEDANG MEMBACA
99 Isn't 100 (On Going)
Roman pour AdolescentsSebelum baca jangan lupa follow ✅ Cerita murni hasil imajinasi, maaf bila banyak kekurangan dan kesalahan 🙏 Jangan dikaitkan dengan dunia nyata ya, ini fiksi!! *** Treasure High School. Sekolah menengah atas terbaik di Nusantara. Seperti namanya...