Page 2: Lebih baik daripada tidak sama sekali (TL)

15 2 0
                                    

Page 2 ini khusus untuk laki-laki yang berusia dua puluh sembilan tahun, Moon Taeil

Page 2 ini khusus untuk laki-laki yang berusia dua puluh sembilan tahun, Moon Taeil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

14 Juni

Aku menunggu terlalu lama di stasiun sampai petugas disini bertanya sedang menunggu siapa gerangan, pasalnya sudah hampir pukul sebelas malam dan sudah ada enam kereta datang serta pergi tapi tetap saja jika bukan kereta yang dituju maka aku pun tidak bisa naik. Tapi ini bukan perihal kereta. Samar-samar indra penglihatan ini mendapat bayangan seorang dari arah kiri, langkahnya tergesa, dipundaknya ada tas ransel besar. Lalu tangannya melambai dengan senyum merekah cerah berbanding dengan langit malam ini yang ingin bertumpah.

"Maaf menunggu lama" katamu tetap dengan senyum yang sama sejak dua puluh satu detik yang lalu. Aku sudah tidak sabar, jadi aku peluk saja tubuh laki-laki dewasa ini, persetan dengan tatapan mereka, aku hanya merindukannya.

"Lama sekali"

"Maaf ya sayang."

Kali ini saja biarkan aku menikmati waktu tanpa diganggu. Kamu tertawa, entah dimana letak lucunya. Lalu mengusap punggung yang lama tidak kamu sentuh. Tidak ada yang akan mengganggu, mereka biarkan pasangan ini saling melampiaskan rindu, karena sudah lama sejak keberangkatan laki-laki ini jarang sekali pulang bahkan bisa jadi tidak pulang. Perihal kepulanganmu menjadi bagian manis yang dinanti, perlu diingat jika menunggumu pulang tidak sebulan dua bulan tapi itu sebanding dengan melihatmu kembali pulang dengan 'utuh' tanpa goresan. Aku lega.

Tanganmu menggenggam jemari kecil ini lalu keluar stasiun, menyapa beberapa pegawai yang kamu kenal. Aku lihat seragam milikmu sudah kusut dan dua kancing terbuka, untung saja kamu memakai kaos lagi didalamnya, jika tidak sudah dipastikan kamu tidak mendapat pelukan seperti tadi.

"Ayo pulang, aku lapar mau makan sup ikan," pintamu.

Sup ikan menjadi menu utama yang wajib dihidangkan, bisa dilihat jika kamu makan dengan lahap membuatku senang sekaligus bertanya-tanya memang sesulit apa disana sampai kamu makan dengan begitu lahapnya. Apakah makanan disana tidak enak? Apakah kamu tidak bisa menelan makananmu walau hanya sesuap? Jadi katakan, aku ingin tahu. Kami duduk di depan televisi, menayangkan iklan rokok yang tidak aku minati.

"Sayang, kamu baik?" pertanyaanmu masih sama sejak dulu, masih aneh tapi membuatku lega rupanya kamu masih sama, tidak berubah.

"Seperti yang kamu lihat mas, aku baik." Kamu tertawa lagi, sama seperti tawa di stasiun tadi. "Baik ya? sampai mas lihat juga kamu mengurus rumah tua ini dengan baik."

"Iya, kamu," aku menjeda kalimat yang hendak diucapkan, "Bagaimana dengan kamu?"

"Baik juga, yang gak baik hatiku karena terlampau rindu kamu."

"Rupanya masih sama ya! suka godain."

Kamu hanya tertawa menanggapi, lalu kamu mendekat dan mendekap erat. Aku biarkan saja kamu seperti ini. Karena aku pun ingin hal yang sama.

"Mas ngantuk, temani mas istirahat."

Istirahat hanya alasan belaka ternyata kamu bercerita perihal disana tidak menyenangkan, banyak yang terjadi diluar kendali, katamu setiap dua jam sekali ada suara keras tembakan, daerah rawan yang untuk makan saja tidak bisa menelan apalagi untuk tidur, tidak tenang. Bisa saja ditembak mati saat terlelap. Aku terdiam cukup lama, karena cerita panjangmu perlu aku cerna. Rupanya berat juga ya mas. Namun bagaimana pun juga ini resiko dari pilihan yang diambil, tidak ada yang perlu disesali selagi pilihan itu masih bisa kamu pertanggungjawabkan.

Sebelum kamu benar-benar tidur, aku beranjak dari ranjang untuk mengambil sesuatu, harganya murah tidak sebanding dengan gaji dan tunjangan milikmu tiap bulan. "Selamat bertambah umur mas taeil, ayo berdoa dulu."

"Terimakasih sayang."

"Maaf ya ini harganya murah."

"Gak papa, mas suka kok." Kamu langsung memakai pemberian dariku, pas ditanganmu, tidak salah lagi. Jamnya pas sekali.

"Terimakasih banyak sayang."

"Iya, maaf telat ya mas."

"Gak papa ini lebih baik daripada tidak sama sekali, jadi sayang terimakasih ayo bertahan untuk waktu yang lama."

Taeil, maaf telat membuat sepenggal tentangmu meski begitu ini lebih baik bukan? Jadi Taeil jaga dirimu baik-baik.

fyi. ini ceritanya mas Taeil itu tentara makanya jarang pulang terus sekalinya pulang pas ulang tahunnya udah lewat.

Just What I Want to Say Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang