Page 9: Serta Mulia Manusia Baik (02 Agustus 1999)

6 0 0
                                    

Mark, kalau kita punya kuasa menjadi manusia super, mungkin kamu akan menjadi super-human yang dielu-elukan setiap insan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mark, kalau kita punya kuasa menjadi manusia super, mungkin kamu akan menjadi super-human yang dielu-elukan setiap insan. Yang radar hebatnya bukan hanya perihal memberi pertolongan dalam ketidakmampuan manusia tetapi juga menyambar pada kisi-kisi hidup penduduk bumi...yang tidak pernah selesai hingga mati.

"Kamu percaya itu?" tanyaku pada laki-laki yang baru saja selesai bimbingan skripsi. Terlihat jelas lingkar hitam di bawah mata indahnya itu menjadi bukti perjuangan dirinya saat ini.

"Tentang menjadi super hero hm?" dan aku pun mengangguk.

"Percaya, dan untuk menjadi superhero bukan tentang tubuh mereka yang kuat, tapi tentang bagaimana mereka bisa ikhlas menolong secara tulus dari hati, jadi menurutku superhero itu banyak versinya, dan versi terbaiknya adalah menjadi penolong hidup orang lain yang hampir sekarat." Aku menepuk bahunya, bahu yang dibalut kain berwarna biru tua sudah sangat kuat. Mark, aku selalu ingat bahwa kamu punya satu kalimat magis yang dilontarkan kala aku menangis. 'Jadi dewasa memang tentang kesepian tetapi sepi bukan berarti sendirian. Kalau engga punya banyak orang maka cukup pilih satu orang saja. Bagi sedikit rasa sepinya ke orang lain suapaya kamu paham bahwa hidup bukan ditanggung sendirian.'

"Kamu nanti paham," katanya.

"Iya, berati sekarang belum ya?" tanyaku dan dia tertawa kecil, sepertinya kalimat yang baru saja aku ucapkan menggelitik.

"Kenapa tertawa?" tanyaku lagi.

"Lucu saja rasanya"

"Ah begitu, oh iya, kamu ingin sesuatu engga?"

"Hm apa ya? aku tidak tahu." Jawabnya, ah dia selalu begitu jika ditanya, selalu menjawab tidak tahu.

Tiba-tiba teringat satu hal yang hari ini belum aku lakukan. Aku pamit sebentar, dan meminta dirinya menunggu sejenak sembari melihat ramainya Jalan Soedirman. Lalu aku kembali, dengan satu tangan menenteng paperbag coklat. 

"Apa itu?" tanyamu. Aku tersenyum, dan membuka paperbag itu di depannya. 

"Mark, selamat ulang tahun, doa-doa juga harapan yang kamu panjatkan setiap hari semoga Tuhan kabulkan satu per satu. Mark serta mulia anak baik, terimakasih sudah menjadi super-human orang-orang disekelilingmu. Juga aku salah satunya. Sekali lagi, selamat menikmati kue kecil ini, ah iya jangan dilihat harganya berapa, tapi aku harap ini bisa menjadi bagian dari secuil hari bahagiamu."

Mark menatap dengan berkaca-kaca. "Na, Terimakasih sudah mengingat hari bahagia ini. Terimakasih pula sudah mendampingi hingga detik ini."

Just What I Want to Say Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang