Di Rumah Ayash

31.5K 3.9K 86
                                    

Rumah Ayash berada di pinggir desa, sedikit jauh dari rumah-rumah warga yang lain. Sementara rumah orangtuaku berada di tengah desa, di mana meskipun masih banyak kebun kosong, namun samping kiri dan depan rumah orangtuaku bukan kebun kosong melainkan rumah warga.

Berbeda dengan rumah Ayash. Rumah Ayash seperti terisolasi karena kanan, kiri, dan depan rumahnya masih berupa kebun gelap. Rumah Ayash memiliki halaman yang luas, meskipun tak seluas halaman rumah orangtuaku.

Ayash memarkirkan mobilnya di bawah kanopi yang tersambung dengan garasi yang terpisah dari rumah utama.

Lila terlihat tersenyum senang ke arahku saat melihat aku turun dari mobil. Dia terlihat membawa plastik yang aku tidak tahu isinya apa. Lila tidak mengatakan apapun, yang dia lakukan hanya tersenyum lebar ke arahku.

"Masuk," ujar Ayash sambil mendahului berjalan ke arah rumah utama.

Rumahnya punya teras yang luas, aku melepas sandalku seperti yang dilakukan Ayash dan Lila, lalu menaruhnya di rak sepatu di dekat pintu. Harusnya aku langsung buang saja sandal putusku ini, bukan malah aku letaknya di sana.

"Mbak Sisi, mau bersih-bersih dulu? Pakai kamar mandi di kamar Lila ya?" tawar Ayash.

Aku melihat satu kakiku yang kotor yang aku bawa masuk ke dalam rumah. Aku jadi tidak enak, harusnya aku bersihkan kakiku di luar saja. Apalagi rumah Ayash terlihat bersih dan rapi. Serta yang aku suka, meskipun kelihatannya bangunan lama, tapi rumah ini terang dan terlihat terawat.

"Ada kamar mandi luar? Kakiku kotor. Nanti bikin kotor kamar."

"Nggak apa-apa, Mbak. Mbak nanti kalau capek bisa langsung tidur. Mbak tidur sama Lila ya?" Akhirnya Lila bersuara.

"Lila tidur sama Ayah. Mbak Sisi biar sendiri dulu." Ayash tahu aku sedang tidak ingin diganggu, tapi aku juga makin tidak enak.

"Nggak apa-apa kok. Lagian itukan kamar Lila."

"Ayo, Mbak, sini." Tiba-tiba Lila sudah berlari ke masuk lebih dalam ke dalam rumah dan berdiri di satu pintu yang sepertinya itu kamarnya.

Aku mengikutinya, dan Lila segera menunjukkan kamar mandinya. Aku segera membasuh kakiku yang kotor dan kebetulan itu kaki yang sakit juga. Aku bisa dengan jelas melihat luka di kakiku yang untungnya lukanya tidak parah-parah amat. Walaupun begitu rasanya tetap sakit,apalagi saat terkena air.

Aku melihat pantulan diriku di cermin yang ada di kamar mandi. Rambutku sangat berantakan. Berkeringat dan terlihat jelek.

Ketika aku selesai membersihkan kaki dan tanganku, Lila terlihat sedang menurunkan boneka-bonekanya dari tempat tidur. Aku tersenyum samar.

"Mbak Sisi pinggir, aku di sini ya?" Lila menunjukkan posisi di mana dia ingin tidur. Aku hanya mengangguk sambil menghampirinya.

Ketukan pintu membuat aku dan Lila menoleh ke arah pintu. Ayash berdiri di sana, dengan pakaian yang sudah dia ganti dengan pakaian rumah berupa kaos dan celana panjang.

"Tadi Ayah beli nasi goreng!" Tanpa aba-aba Lila menarik tanganku agar mengikutinya keluar. Dia membawaku ke meja makan, di mana di sana sudah ada tiga piring nasi goreng. Aku yakin, Ayash sudah membagi miliknya untuk aku. Karena terlihat milik Lila porsinya dua kali lebih banyak dari yang ada dua piring lainnya.

Hal itu membuat aku makin tidak nyaman.

"Nggak usah repot-repot. Aku sebelumnya udah makan," bohongku pada Ayash. Padahal terakhir aku makan itu, ya tadi pagi.

Ayash hanya diam pura-pura tidak mendengar. Sementara aku duduk dengan canggung di antara dua orang ini. Rasanya sungguh tidak nyaman.

"Maaf ngerepotin," kataku kemudian yang membuat Ayash meletakkan sendoknya.

Clumsy SisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang