3.

143 27 5
                                    

"Hey, Calum" Aurora menghampiri Calum yang menunggunya.

"Hm, hey, Rory" Senyum Calum mengembang ketika meliat Aurora.

"Jadi, kau ingin jalan-jalan kemana, Cal? Ini kan sudah malam?" Tanya Aurora. Tiba-tiba, Calum menggenggam tangan Aurora dan sedikit menariknya untuk jalan.

"Entahlah, aku bingung" Ujar Calum tanpa menoleh ke Aurora. Lalu langkah Calum berhenti dan disitu ada sebuah sepeda. "Kita akan naik ini" Ucap Calum dengan senyum manisnya. Aurora tidak dapat menahan senyumnya, senyumnya langsung mengembang.

"Jadi, kita akan jalan-jalan naik sepeda? Tanya Aurora dengan senyum manisnya.

"Yeah, Rory. Ayo kita naik" Ajak Calum. Calum langsung menaiki sepeda itu dan Aurora ikut menaiki diposisi belakang. Berdiri, kedua kakinya menginjak jalu sepeda dan tangannya memegang bahu Calum.

"Siap?" Tanya Calum.

"Tentu saja!" Jawab Aurora girang.

Calum langsung mengkayuh sepeda itu dengan kencang. Otomatis Aurora kaget dan reflek langsung memeluk tubuh Calum dari belakang.

"Bisakah kau pelan-pelan, Hood?" Tanya Aurora sedikit kesal.

"Maaf, aku tidak bisa, nona" Jawab Calum dengan seringaiannya. Menyadari posisinya, Aurora langsung melepas pelukannya.

"Modus" Gumam Aurora pelan yang masih bisa didengar Calum.

"Apa?" Tanya Calum dengan tampang meledeknya yang masih fokus dengan jalanan.

"Tidak" Jawab Aurora.

Mereka terus melaju dengan sepedanya. Mengitari kompleks rumah-rumah yang sudah tampak sepi. Bagaimana tidak sepi, sekarang sudah pukul 11.30 pm. Tetapi dua remaja itu tidak memperdulikannya. Mereka terus bercanda. Mereka terlihat sangat akrab, padahal baru tadi pagi mereka berkenalan.

Calum memberhentikan sepedanya disebuah lapangan rumput yang sangat luas. Lalu Aurora turun dan disusul Calum yang sudah memarkirkan sepedanya. Aurora memperhatikan sekitar lapangan itu. Tapi tunggu, ini kurang pantas dibilang lapangan, ini adalah taman yang indah. Dipinggir sana ada danau besar, dikelilingi bukit-bukit kecil, dan dipinggir banyak berbagai jenis pohon. Mungkin akan lebih indah jika diberi sedikit penerangan.

"Disiang hari, taman ini terlihat sangat indah" Ucap Calum. Aurora hanya diam. Lalu Calum meraih tangan Aurora dan membawanya jalan, lagi. Langkahnya terhenti dibawah pohon besar. Calum duduk. Aurora masih berdiri dan memandangi pemandangan sekitarnya.

"Apa kau sedang memiliki bisul dibokongmu?" Tanya Calum dengan tampang meledeknya.

"Tidak" Jawab Aurora dan langsung duduk disebelah Calum.

"Kau tahu? Inilah tempat pertama yang akanku kunjungi jika aku sedang bingung" Ucap Calum.

"Oh, ya? Kenapa memang?" Tanya Aurora.

"Tempat ini begitu menenangkan. Sepi, dan jarang orang yang kesini" Jawab Calum sambil menatap bintang-bintang.

"Jadi, sekarang kau sedang bingung?" Tanya Aurora lagi.

"Tidak tahu" Calum langsung menundukan wajahnya, menatap rumput yang ada dibawahnya. Aurora hanya diam dan menatap langit. Tepatnya menatap bintang.

"Bintangnya banyak" Ujar Calum dengan senyum manisnya. Aurora hanya mengangguk dan menoleh kewajah Calum. Ia selalu terpesona dengan senyum manis yang Calum miliki.

"Kau tahu nama bintang yang paling terang disana?" Ucap Calum.

"Yeah, aku tahu. Bintang itu bernama Sirius" Jawab Aurora sambil menatap bintang Sirius itu.

"Bukankah bintang yang paling terang itu bernama Canopus?" Calum terlihat tidak setuju dengan Aurora.

"Kau salah, Hood. Canopus itu bintang terterang yang kedua setelah Sirius" Ucap Aurora.

"Kau sepertinya paham sekali dengan bintang-bintang dilangit?" Tanya Calum dengan senyum tipisnya.

"Tidak terlalu. Aku hanya senang dengan bintang-bintang dilangit. Mereka terlihat indah"

"Hey, lihat itu! Ada bintang jatuh! Lets make a wish!" Ujar Calum bersemangat seraya menunjuk bintang jatuh itu. Calum menunduk, memejamkan matanya dan bibirnya terlihat berkomat-kamit. Aurora terkekeh dengan tingkah Calum yang menggemaskan itu. Rasanya ingin sekali Aurora mencium-ralat, mencubit pipi tembam milik Calum itu. Tiba-tiba Calum membuka matanya dan menatap Aurora heran.

"Mengapa kau tidak membuat permintaan?" Tanya Calum.

"Itu hanya mitos, Cal" Aurora menahan tawanya.

"Apa salahnya hanya mencoba? Lagipula, tidak ada ruginya, kan?" Tanya Calum. "Cepat buat satu permintaan" Paksa Calum

'Oh, God. Pria ini sangat menggemaskan. Dia seperti anak kecil" Batin Aurora.

"Okay, Calum, Okay" Aurora menurut saja. Aurora langsung memejamkan matanya. 'Aku hanya ingin Calum terus bersamaku' Ucap Aurora dalam hati.

"Sudah!" Ujar Aurora ketika membuka matanya.

"Apa harapanmu?" Tanya Calum.

"Ada saja" Jawab Aurora sambil menjulurkan lidahnya.

"Ayolah, beri tahuku, Rory" Calum merengek seperti anak kecil. Itu membuat Aurora semakin gemas.

"Baiklah, akan ku beri tahu" Jawab Aurora.

"Okay, katakan padaku. Apa harapanmu?" Tanya Calum yang terlihat sangat antusias.

"Aku mengharapkan agar pipimu semakin tembam" Ledek Aurora seraya menjulurkan lidahnya, lagi. Tawanya langsung meledak, sedangkan Calum cemberut dengan memajukan bibir merahnya itu. Lucu sekali.

"Hahaha, aku hanya bercanda, Hood. Don't be mad" Ujar Aurora sambil mencubit gemas pipi Calum.

"Dan kau tau apa yang kuharapkan?" Tanya Calum. Aurora hanya menggelengkan kepalanya. "Kau, Aurora. Kau" Ucap Calum dengan senyumnya. Aurora membuang wajahnya. Ia yakin saat ini pipinya pasti merah. Dan ia malu jika Calum mengetahui itu.

"Jangan ditutupi, Rory. Aku tahu kau blushing." Ucap Calum seolah-olah ia bisa membaca pikiran Aurora. Aurora dengan malu-malu mengangkat wajahnya dan tersenyum kepada Calum. Lalu ia menyenderkan kepalanya di bahu Calum.



Mungkin ini terlalu cepat. Tapi yang namanya perasaan tidak akan pernah bisa dibohongi.




***







Terlalu pendek yaa huhu. dan aku tau ini gajelas parah.-. masih bingung kalo ceritanya baru-baru mulai gini hehe. dan maaf kalo ini masih jelekkkk bgt dan banyak typo. but, vomments maybe? :DDD

Those Stars//calumhoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang