15

32.3K 2.6K 28
                                    

Menyadari ada yang mengakui mobilnya dari belakang, Bagas segera menambah kecepatan laju mobilnya menghindari mobil yang mengikutinya. Dia terus menambah kecepatan mobilnya sampai berhasil menghindari mobil yang sejak tadi mengikuti dirinya.

Setelah merasa cukup jauh dia menghentikan mobilnya di sebuah tempat makan pinggir jalan. "Kamu bawa Arsen dengan mobil itu" tunjuk Bagas pada mobil yang sudah dia siapkan sebelumnya, karena ia yakin Gulzar tidak akan membiarkan Arsen pergi dengan dirinya begitu saja.

"Cepat sebelum mereka sampai di sini" titah Bagas yang langsung di kerjakan oleh istrinya.

"Turun" ucap dingin Lia pada Arsen.

Arsen turun dari mobil mengikuti langkah Lia pindah ke mobil yang lainnya, Arsen duduk di bangku penumpang sedangkan Lia yang mengemudi mobilnya.

Mobil Lia melaju ke arah hutan sedangkan mobil Bagas menuju arah puncak, mobil yang Lia kendarai mulai memasuki area hutan.

"Ck,.. Bagas bodoh" ucap Arsen tersenyum miring menatap Lia dari kaca spion.

"Kau bilang apa sialan" ucap Lia menghentikan mobilnya.

"Bagas bodoh, ku rasa kau belum tuli" ulangnya.

"Dia meninggalkan ku bersama dengan wanita lemah seperti mu, sepertinya si bodoh itu lupa dengan diriku" lanjutnya tersenyum miring.

"Kau tidak lupa kan dengan diriku Lia?" ucapnya mendekatkan dirinya pada kursi Lia. "Kehadiran diriku karena ulah mu, mana mungkin kau lupa"

Lia tersenyum lalu melanjutkan lagi perjalanan. "Sepertinya kau yang lupa sedang berhadapan dengan siap, aku tidak sendirian" ucap Lia menambah kecepatan mobilnya.

Setelah cukup jauh, Lia menghentikan mobilnya di sebuah gubuk yang terletak di tengah hutan. Dia turun dari mobilnya lalu membuka pintu samping. "Turun kita sudah sampai" ucapnya.

Arsen turun dari mobil, dapat dilihatnya di depan gubuk sudah berdiri dua orang preman yang sangat ia kenali, karena kedua orang itu lah yang selalu di perintahkan Bagas untuk menghajarnya dirinya. Dengan secepat kilat Arsen menahan tangan Lia lalu mengancamnya dengan pisau ke arah leher Lia.

"Aku sudah banyak belajar dari mu, makanya tadi saat berhenti di warung aku mencuri pisau khusus untuk mu" ucapnya tersenyum tipis.

Kedua preman itu mendekat pada Arsen  mengabil ancang-ancang untuk memukul Arsen.

"Mundur atau majikan mu mati dan kalian juga akan mati di tangan Bagas" ancamnya menusukkan pisau itu pada dada kiri Lia, sehingga membuat Lia mengerang kesakitan ketika pisau itu menembus kulitnya, ia tidak memiliki banyak waktu karena dia yakin sebentar lagi Bagas pasti akan menyusul ke sini.

"Mundur" titah Lia dengan menambah rasa sakitnya.

Kedua pria itu berjalan mundur menjauhi mereka berdua, sedangkan Lia sendiri berusaha terlihat biasa saja di hadapan Gane tapi tidak dengan hatinya yang ketakutan setengah mati, jika saja Arsen yang ada di hadapannya akan dengan mudah menghajarnya, sayangnya yang ada di hadapannya sekarang ini adalah Gane.

"Perintahkan mereka mundur lebih jauh atau pisau ini yang semakin dalam menusuk jantung mu" ucap Gane menekankan pisaunya.

Lia mengikuti perintah Gane dia mengode kedua anak buahnya agar mundur lagi "bagus" ucap Gane mendorong tubuh Lia ke samping, lalu dia segera lari masuk ke dalam hutan.

"Kerja anak sialan itu bodoh!" marah Lia pada kedua anak buahnya.

"Berengsek!!" umpat Lia menyentuh dada kirinya yang terluka karena ulah Gane.

"Aku akan membalasnya nati sialan" kesal Lia segera menghubungi suaminya, sedangkan kedua anak buahnya terus mengejar Gane yang masuk ke dalam hutan.

Gane terus berlari sampai di tengah hutan dia menemukan sebuah goa, tanpa pikir panjang Gane memasuki goa itu, ia terus berjalan mengikuti aliran air yang ada di dalam goa itu, walaupun sesekali ia terjatuh karena batu di sana sangat licin.

Sampai di tengah-tengah goa, di sana ada tiga jalan yang membuat Gane bingung akan mengabil jalan yang mana Gane duduk di atas batu sambil menujuk jalan yang mana yang akan ia pilih.

"Lurus ke depan ketemu buaya, belok kiri ketemu siang, mundur ketemu Bagas ke kanan jalan buntu, gue lurus ke depan aja deh mending ketemu buaya, mana tau buayanya mau berbagi daging sama gue" monolog Gane terus berjalan lurus ke depan tidak perduli apa yang akan ia temui nati di depan sana yang penting sekarang ia bisa lari dari kejaran orang suruhan Bagas.

Sementara itu di luar goa dua pria yang tadi mengejar Gane tengah ragu untuk memasuki goa di hadapannya itu. "Gue denger dari warga sekitar jika memasuki goa ini tidak akan bisa kembali lagi" ucap dari salah satu mereka.

"Terus gimana? apa yang akan kita katakan pada bos nati"

"Katakan saja anak itu jatuh ke jurang, ayo kita pergi gue belum mau mati di sini" ajaknya lalu pergi meninggalkan gua itu.

Gane mengatur napasnya karena kelelahan berjalan cukup jauh apa lagi di dalam goa itu gelap, dia duduk di atas rerumputan setelah berhasil keluar dari goa itu. "Gila sebentar lagi udah mau gelap mana gue lapar lagi, makan apa ya?" monolog melihat ke kanan dan kirinya hanya pepohonan besar karena ia masih di tengah hutan.

"Arsen kita gak bisa membelah diri apa, jir gue takut ada setan di sini" ucapnya bergidik ngeri sendiri lalu segera melanjutkan lagi jalannya berharap ia bisa bertemu dengan seseorang walaupun itu tidak mungkin di tengah hutan begini masih ada orang di dalam hutan, apa lagi hari sudah mulai gelap.

Dua jam Gane berjalan di dalam hutan, samar-samar dia mendengar suara seseorang dari balik pohon besar tak jauh dari tempatnya berdiri, dia berjalan dengan pelan mendekati pohon itu.

Gane mengintip dari balik pohon besar, di sana ada segerombolan pria dengan dua orang yang duduk terikat tangannya ke belakang, salah satu dari mereka menodongkan pistolnya pada salah satu orang yang terikat di depannya.

"Cepat katakan di mana dia?" tanya dingin suara pria itu.

"Saya tidak tau Tuan" jawab salah satu orang yang di ikat itu.

"Aku bertanya sekali lagi dengan mu, dan ini yang terakhir, di mana dia?"

Kedua orang itu diam tidak ada yang menjawab pertanyaan dari pria yang menodongkan pistolnya pada mereka.

"Berengsek!! apa kalian benar-benar ingin mati!" marah pria itu bersiap melepaskan pelurunya.

Gane terus memperhatikan orang itu cukup lama, tapi pria itu tak kunjung melepaskan pelurunya membuat Gane kesal karena momen itu yang ia tunggu-tunggu.

Gane keluar dari persembunyiannya berjalan pelan-pelan mendekati gerombolan orang itu, hingga suara tembakan sebaiknya dua kali terdengar begitu nyaring di tengah hutan.

Dor Dor

ARSEN GANENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang