01 Angka dan Probabilitas

371 26 12
                                    

‘di

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


‘di..... di..... di....’

Bunyi alarm membangunkanku dari tidur yang cukup nyenyak. Hal yang pertama kali aku lihat dan selalu aku lakukan setiap paginya adalah melihat kalendar yang ada di meja samping tempat tidurku. Hari itu adalah hari Rabu tanggal 23 November atau tepat 28 hari setelah ulang tahunku, lebih tepatnya aku berusia 20 tahun 28 hari. Aku selalu menghitung hari semenjak usiaku menginjak 20 tahun.

Semenjak satu hari setelah usia 20 tahun aku melakukan rutinitas ini seolah menghitung berapa lagi sisa usiaku, berapa lama lagi aku akan bertahan atau berapa persen kesempatanku untuk bertahan hidup. Aku bukannya depresi, hanya saja setelah 20 tahun aku mulai bisa berdamai dengan diriku sendiri dan menerima apapun yang terjadi dalam hidupku.

Aku sudah melewati masa remajaku, dimana setiap harinya aku habiskan untuk mengeluh dan meratapi nasib saat menerima kenyataan bahawa mungkin aku tidak bisa sembuh dari penyakitku. Mungkin aku akan segera mati dan semakin hari semakin sering aku memikirkan kematian. Apalagi setelah mengetahui kenyataan bahwa secara statistik orang yang menderita penyakit seperti aku sangat beresiko tinggi untuk mengalami serangan jantung mendadak yang mengakibatkan kematian tiba-tiba. Study juga mengatakan bahwa penderita penyakit ini kebanyakan meninggal pada usia sekitar 20an atau 50an. Hanya sebagian kecil yang bisa bertahan sampai usia 60an. Tentu saja itu berlaku untuk pasien yang bisa menjaga kesehatannya dengan baik. Tapi untuk kasus sepertiku yang mengalami komplikasi paru-paru dan memiliki tekanan darah tinggi, maka kesempatanku untuk bertahan semakin kecil.

Jadi, ya aku habiskan masa remajaku dengan sekolah dan memikirkan kematian. Aku baru mulai berhenti memikirkan kematian saat usiaku 19 tahun, dimana aku mulai sibuk kuliah dan juga bekerja freelance sebagai pelukis dan juga ilustrator di salah satu perusahaan gaming di Bangkok. Aku banyak menghabiskan waktu dengan melukis, aku hampir lupa kalau usiaku saat itu mendekati 20 tahun, mendekati tahun dimana aku mungkin akan mati. Disaat itu pula aku mulai merasa masa bodoh dengan penyakitku, aku masih hidup tandanya aku masih punya harapan untuk bertahan. Aku hanya mulai menerapkan hidup yang lebih sehat, olahraga ringan teratur seperti jalan pagi, menghindari makanan berlemak dan bersoda, mulai mengkonsumsi makanan rendah garam, menghindari asap rokok dan juga rutin melakukan vaksin untuk memperkuat imun. Agak sulit memang diawal namun lama kelamaan aku mulai terbiasa.

Aku juga mulai ikut sebuah perkumpulan, lebih seperti support group yang anggotanya adalah pasien-pasien penyakit jantung dan beberapa pasien yang sudah sembuh. Support group itu membantuku mendapatkan informasi mengenai treatment atau hanya sekedar sharing. Selama aku bergabung sudah beberapa orang yang meninggalkan group ini karena mereka akhirnya sudah tiba pada waktu mereka. tapi aku masih tetap bersyukur meskipun beberapa temanku di support group ini sudah meninggal. Dengan aku masih hidup saat ini artinya aku masih punya kesempatan. Salah satu temanku dari China bilang kalau ada seorang dokter dari Thailand yang merupakan murid dari dokternya yang berhasil menyembuhkan temanku dari penyakit jantung langka, kini dokter asal Thailand itu mulai bekerja disalah satu rumah sakit di Bangkok. Lagi-lagi aku mendapatkan harapan untuk bertahan.

Warm Heart Chapter 3 (Bahasa Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang