Cerita ketiga dari series Warm Heart kali ini khusus Bahasa Indonesia dan Force & Book dari Thailand yang jadi main characters di cerita ini.
Selamat Datang Thailand CP fans ... enjoy the story ♥️
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Khun Jirat.....”
Suara seorang wanita membangunkan Force dari tidurnya, dia sudah sangat lelah hari itu tapi dia tidak ingin pulang sampai ia memastikan bahwa semuanya baik-baik saja. Suara wanita itu rupanya suara seorang perawat ICU yang melihat Force duduk dan tertidur didepan ruang ICU dimana Book masih terbaring belum sadarkan diri. Force tidak mau meninggalkan Book begitu saja, jarak yang memisahkan mereka hanyalah dinding kaca ruang ICU.
“Khun Jirat, sebaiknya anda istirahat, tertidur dengan posisi seperti itu bisa membuat badan anda sakit”
“Book? Apakah ada kemajuan?”
“Oh, dia sudah mulai sadar. Nong sudah bisa mendengar dan merespon” mendengar jawaban perawat membuat rasa kantuk Force tiba-tiba hilang. Meskipun belum sadar 100% tapi mendengar kalau Book sudah memiliki beberapa kemajuan sudah cukup membuatnya bahagia “Nong mengalami kritis jadi butuh waktu untuknya bisa 100% sadar”
“Boleh aku melihatnya?”
“Boleh, tapi anda tetap harus memakai pakaian khusus untuk keruang ICU”
Setelah memakai rompi protektif yang khusus disediakan untuk yang menjenguk di ruang ICU, Force berjalan masuk melewati pintu otomatis, bau obat-obatan yang khas cukup menusuk hidung Force, sudah cukup lama ia tidak berada di rumah sakit. Force memang pria yang sangat menerapkan pola hidup sehat jadi ia bisa dibilang jarang sekali sakit.
Saat masuk ke ruangan Book, sejujurnya hati Force sangat hancur. Sebelumnya ia hanya bisa melihat dari luar tembok namun sekarang ia bisa melihat secara langsung bagaimana kondisi Book, tubuhnya masih penuh dengan kabel, alat bantu pernapasan menutupi sebagian wajahnya. Suara dari mesin yang ada di samping ranjang Book juga seolah menjadi pelengkap betapa sulitnya Book untuk berjuang untuk bertahan hidup.
“Book.....” Bisik Force sambil berdiri disamping ranjang Book
“Hmm....” Book merespon dengan singkat. Ia belum bisa banyak bicara karena alat pernapasan yang ada diwajahnya, matanya juga masih terpejam, nafasnya masih sangat lemah.
“Ini aku, Force..” bisik Force lagi, bibir Book bergetar seolah berusaha untuk berbicara. Mungkin Book terkejut karena Force menyebut dirinya sendiri dengan nama singkatnya bukan formal seperti Jiratchapong atau Jirat. “Kamu baik-baik saja? Katakan padaku mana yang sakit....”
“Hmm....” Respon Book lagi kali ini jari-jari ditangannya bergerak, seketika Force menggenggam tangan Book seolah berusaha untuk membuatnya tenang.