Kim Dokja berbaring terlentang di sofa, tengah membaca novel favoritnya di ponsel.
Di sisi lain, Yoo Jonghyuk duduk bersila di bawah, tengah berkutat dengan pekerjaan. Suara keyboard mengalun berirama, diselingi suara lembaran kertas laporan yang di balik.
Keduanya fokus dengan kegiatan masing-masing.
Tidak ada percakapan di antara mereka, terkecuali dari orang-orang yang berada dalam televisi— dibiarkan menyala tanpa ditonton.
Yah, lagi pula Kim Dokja tidak ingin menganggu Yoo Jonghyuk dengan obrolan yang mungkin saja membuatnya tidak fokus.
Meski demikian, terkadang Kim Dokja akan mengusap kepala Yoo Jonghyuk, bermaksud menyemangati. Dan untuk Yoo Jonghyuk sendiri tidak keberatan dengan usapan tangan dari Kim Dokja, ia malah menikmatinya.
"Yoo Jonghyuk, belum selesai?" tanya Kim Dokja yang mulai merasa bosan. Badannya setengah terbangun untuk melihat pekerjaan Yoo Jonghyuk, ingin tau pekerjaan kekasihnya sudah sampai mana.
"Belum," jawab Yoo Jonghyuk tanpa mengalihkan pandangan dari layar laptop, membetulkan letak kacamata yang melorot.
"Oh."
Kim Dokja mengangguk, lantas kembali membaringkan badannya, lanjut membaca novel kesukaannya lagi. Siap menunggu Yoo Jonghyuk selesai dengan pekerjaan.
Sepertinya malam ini pun, Kim Dokja akan menemani Yoo Jonghyuk bergadang. Kekasihnya itu merupakan seorang Direktur di sebuah Perusahaan besar. Hampir setiap hari bekerja terlalu keras, tak jarang sebagian pekerjaan yang belum selesai dibawa ke apartemen mereka, lembur seperti sekarang.
Sudah sering Kim Dokja menegur Yoo Jonghyuk untuk memperhatikan kesehatan. Bagaimana pun bekerja tapi kurang beristirahat tidak baik untuk tubuh. Namun, pada dasarnya Yoo Jonghyuk sangat keras kepala, ia tidak mendengarkan nasihat Kim Dokja. Beralasan, semakin cepat pekerjaannya selesai, maka semakin banyak waktu yang dihabiskan bersama Kim Dokja nanti.
Mendapatkan alasan seperti itu, tentu membuat Kim Dokja terenyuh. Dia memang tidak lagi banyak menegur seperti dulu, tapi tetap memperhatikan keadaan Yoo Jonghyuk. Sesekali, kalau pekerjaan Yoo Jonghyuk sangat banyak, Kim Dokja akan membantu. Walau akhirnya Yoo Jonghyuk akan mendumel karena merasa telah merepotkan.
Kim Dokja terkekeh tanpa sadar membayangkan ekspresi muram Yoo Jonghyuk setiap kali itu terjadi. Matanya menatap lurus pada wajah serius Yoo Jonghyuk dengan pipi bersemu.
Yoo Jonghyuk memiliki wajah yang sangat tampan. Hanya dengan memandang mampu mendebarkan hati siapa saja.
Bagi Kim Dokja sebagai orang yang selalu mengagumi Yoo Jonghyuk dari kejauhan. Berpacaran dengan orang yang ia kagumi merupakan anugerah terbesar dalam hidupnya. Kim Dokja benar-benar merasa beruntung menjadi pacar Yoo Jonghyuk. Hubungan mereka sudah terjalin 3 tahun lamanya.
Dengan linglung, kedua tangan Kim Dokja mengalungi leher Yoo Jonghyuk, menaruh kepalanya di bahu lebar sang kekasih.
"Yoo Jonghyuk, jangan memaksakan diri," peringat Kim Dokja.
"Hm," sahut Yoo Jonghyuk. Tubuhnya sesaat kaku. Di balik topeng datarnya, ia terkejut dengan pergerakan Kim Dokja yang tiba-tiba.
Kim Dokja melirik ujung telinga Yoo Jonghyuk yang memerah, terkekeh pelan. "Semangat, Yoo Jonghyuk," ucapnya. Kim Dokja merebahkan tubuhnya di sofa— lagi.
Yoo Jonghyuk berdehem keras, mengusap lehernya yang masih bisa merasakan jejak kehangatan dari tubuh Kim Dokja. Fokusnya sedikit goyah agaknya.
Waktu bergulir, tanpa terasa sudah pertengahan malam. Rasa kantuk menghampiri Kim Dokja, membuatnya beberapa kali menguap, matanya terasa berat, dan akhirnya dia memejamkan mata. Mengalah pada rasa kantuk yang tidak tertahankan.
Tidur Kim Dokja sangat manis, ia meringkuk seperti janin, memeluk lutut dengan erat, nafasnya teratur.
Yoo Jonghyuk yang menyadari bahwa Kim Dokja tertidur, menolehkan kepala. Melepaskan kacamata yang ia kenakan, menaruhnya di atas meja, lalu berdiri untuk mengambil selimut yang diletakkan di lemari.
Selimut itu Yoo Jonghyuk bentangkan, menyelimuti tubuh Kim Dokja dan memastikan kalau kekasihnya tidak kedinginan. Suhu AC yang di ruang tamu ia naikan supaya lebih hangat.
Tatapan Yoo Jonghyuk sangat dalam, tangannya mengelus surai Kim Dokja dengan lembut terkesan hati-hati. Seolah takut kalau mengeluarkan kekuatan lebih bisa menghancurkan orang yang tengah tertidur itu.
Merasa kalau Kim Dokja benar-benar telah terlelap, Yoo Jonghyuk mendekatkan badannya.
"Selamat malam," ucap Yoo Jonghyuk nyaris seperti bisikan, mencium kening, pipi, dan terakhir bibir Kim Dokja sedikit lebih lama. Sekali lagi memandang wajah Kim Dokja, tersenyum penuh syukur. "Terima kasih."
Yoo Jonghyuk menjauhkan diri dengan gerakan cepat. Mengusap wajahnya yang mendadak terasa panas dengan gerakan gusar. Malu telah bersikap manis pada Kim Dokja, sesuatu yang sangat jarang ia lakukan.
Apa boleh buat, Yoo Jonghyuk tipe pria kaku yang mengalami kesulitan menunjukkan perasaan dalam hubungan romansa.
"Sepertinya aku butuh air dingin," gumam Yoo Jonghyuk, berdehem.
Dengan tergesa, Yoo Jonghyuk melarikan diri ke Dapur dengan alasan mengambil air. Dia sudah seperti remaja puber yang diam-diam mencuri ciuman dari gebetan.
Tanpa Yoo Jonghyuk sadari, kalau Kim Dokja membuka matanya. Semua kantuk Kim Dokja sirna saat Yoo Jonghyuk memberikan sebuah ciuman— atau lebih tepatnya kecupan.
"Sialan," umpat Kim Dokja pelan, membenamkan wajahnya yang memerah seluruhnya pada bantal sofa. Tidak lupa degupan jantung yang berdebar kencang seperti ada gedoran kuat dari dalam. "Sialan kau Yoo Jonghyuk."
——————————————————
Jangan lupa vote dan komentarnya sebagai bentuk feedback, terimakasih.
Selesai pada hari kamis, 22 Juni 2023.
Dipublikasikan pada hari kamis, 22 Juni 2023.
Dipublikasikan ulang pada hari Senin, 07 Agustus 2023.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Love Him🌌
Fanfiction[BAGIAN II] Berisikan cerita pendek antara pasangan Yoo Jonghyuk dan Kim Dokja.🍦 Kapal kesayangan kita semua (。>‿‿<。 ) Suka? Jangan lupa vote sama komennya. Ngerasa ada yang salah? Silahkan berikan masukannya. Mau request cerita? Monggo, jangan sun...