Setelah mendapatkan penolakan yang lucu namun menyakitkan, melukai hati mungil Yoo Jonghyuk. Akhirnya dia memilih untuk melampiaskan rasa sedihnya pada sebatang pohon yang ada di halaman belakang sekolah.
Pohon pisang yang ditanam secara langsung dan dirawat dengan baik oleh Kepala sekolah. Pohon kesayangan, baru pertama kali berbuah.
Kekuatan Yoo Jonghyuk sangat kuat, hingga menyebabkan pohon itu rubuh dalam beberapa pukulan saja.
Begitu pohonnya ambruk, Yoo Jonghyuk meninggalkan tempat kejadian tanpa merasa bersalah. Pergi ke atap sekolah untuk menenangkan diri sembari menenteng seikat buah pisang.
Di sana, Yoo Jonghyuk menangis tanpa air mata, menghibur diri sendiri dengan cara makan pisang hasil curian, dan setelah kenyang ia jatuh tertidur di lantai dengan kulit pisang yang diletakan menggunung di sampingnya. Ia terlalu malas pergi ke kelas.
Tidur Yoo Jonghyuk nyenyak, tidak terganggu meski bel istirahat pertama telah berbunyi nyaring, ngebo.
Terbangun ketika merasakan sinar mentari yang tadinya terasa hangat berubah panas.
Niat Yoo Jonghyuk ingin lanjut tidur, namun ia urungkan saat mendengar suara seseorang yang sangat dirinya hafal dan selalu dibayangkan tiap malam, nampaknya tengah berbincang dengan orang lain.
Suara lawan bicaranya pun Yoo Jonghyuk kenal, bedanya dia tidak suka. Kalau bisa Yoo Jonghyuk ingin orang ini tidak bicara sama sekali supaya indra pendengarannya tidak tercemari.
Sebenarnya Yoo Jonghyuk sama sekali tidak berniat menguping, tapi dirinya kebetulan ada di situ jadi semua pembicaraan mereka kedengaran.
Bilangnya tidak niat menguping, namun Yoo Jonghyuk bangun dari lantai, duduk sambil memeluk lutut, menajamkan pendengarannya.
Perawakan Yoo Jonghyuk saat ini seperti anak kecil yang nakal.
"Aku tidak ada niatan untuk meninggalkanmu. Tapi, kau juga jangan selalu menempel padaku. Kau harus bisa membagikan waktumu bersama temanmu yang lain, kau paham?"
Perkataan Kim Dokja, membuat Yoo Jonghyuk yang berada di sisi lain merasa senang.
Di wajah Yoo Jonghyuk yang datar menyimpan kegembiraan. Mendukung garis keras Kim Dokja untuk mengusir Sung Jinwoo, kalau bisa dorong dia sejauh jarak bumi dengan planet Pluto atau langsung tolak saja sekalian, agar dia tidak lagi punya kesempatan untuk pendekatan.
"Aku paham maksud Hyung. Namun, aku lebih suka menghabiskan waktu bersama Hyung."
Pipi Yoo Jonghyuk berkedut dengan balasan Sung Jinwoo yang bernada merengek.
Hampir saja Yoo Jonghyuk memuntahkan pisang yang ia makan, tapi ditahan.
Sayang cuy, pisang itu sangat mahal. Hasil menanam oleh kepala sekolah tercinta.
"Kau ini."
Terdengar Kim Dokja menarik nafas panjang.
Sekali lagi, Yoo Jonghyuk tidak bermaksud apa-apa, ia hanya ingin melihat saja Kim Dokja dan Sung Jinwoo sedang melakukan apa. Kalau ditanya penasaran yah ... ada. Tapi cuma sedikit.
Segini 🤏
Sisanya Yoo Jonghyuk sama sekali tidak peduli, oke?
Dengan gerakan hati-hati takut ketahuan, Yoo Jonghyuk diam-diam mengintip. Matanya melebar melihat pemandangan yang ada di depannya.
Di mana Sung Jinwoo menempelkan kening di bahu sempit Kim Dokja, tangan yang kekar melingkar di pinggang Omega itu.
Dan yang paling membuat Yoo Jonghyuk makin merasa kepanasan seolah dipanggang adalah Kim Dokja sama sekali nampak tidak risih (di mata Yoo Jonghyuk). Alih-alih mendorongnya Kim Dokja malah membiarkan Sung Jinwoo melakukan apa pun yang dia mau.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Love Him🌌
Fanfic[BAGIAN II] Berisikan cerita pendek antara pasangan Yoo Jonghyuk dan Kim Dokja.🍦 Kapal kesayangan kita semua (。>‿‿<。 ) Suka? Jangan lupa vote sama komennya. Ngerasa ada yang salah? Silahkan berikan masukannya. Mau request cerita? Monggo, jangan sun...