⚔️3. Khimaira mau Vinicius panggang

149 20 8
                                    


"SEHARUSNYA kau tidak melakukan itu."

"Tapi itu kotak pakaian dalam."

Harry merona. "Lupakan," ucapnya dan aku mengangguk setuju. Tapi jelas itu tidak bisa terlupakan begitu saja.

Kepala singa itu mulai terlihat. Aku semakin mendekat pada Harry di sudut ruangan, dibalik rak pakaian. Harry jelas-jelas punya rencana mengatasi mahluk imut tersebut. Panahnya selalu siaga, membuatku turut memegang erat gagang belati siaga.

Khimaira memasuki ruangan. Dengan kepala singa yang merupakan predator buas, penciumannya meyakinkan. Perlahan Khimaira melangkahkan kaki kambingnya mulai mendekati rak persembunyian kami.

Harry menahan nafas dan enggan bergerak. Aku melotot karena sikapnya membuatku semakin gugup. Dan jelas kegugupan-ku dicium mahluk ini. Aku menimbang ulang pemikiranku tadi. Harry memiliki rencana, kan?

Di ruangan minim cahaya, bersembunyi bersama teman lamamu di balik rak pakaian dalam. Sedang di sisi ruangan itu ada khimaira siap menerkam.

Bila aku harus mati disini, agak keren sepertinya. Tapi tetap saja, mati itu tidak keren.

Ekor ular khimaira mendesis. Tiga detik kemudian kepala singa meraung. Baik aku maupun Harry sama-sama terkejut.

Harry berdiri masih menarik tanganku membuatku turut berdiri. Rak pakaian dalam terdorong ke depan menimpa khimaira. Kami bergegas menyingkir bersamaan meluncurkan serangan api dari mulut singa.

Ruangan gelap itu seperti lautan api bercahaya. Dilain situasi aku akan takjub. Namun panas apinya membuatku meringis dan enggan terpukau.

Aku bahkan hampir melupakan serangan itu.

"Ke sini,"

Aku hampir terjatuh karena tidak memperhatikan langkahku. Tapi hebatnya Harry bisa menuntun keluar dari ruangan berantakan minim cahaya itu.

Harry menarik gagang pintu ruangan tadi dan menguncinya. Kepala singa meraung dan api masih berkuasa. "Kalau kau bertanya, bangunan ini tahan api."

Aku mengernyit. Sungguh. Dia bisa membaca pikiranku. Sekarang aku berteori bakat Harry dan Malvia tertukar. "Kau seram," komentarku.

"Thanks." Dia menarik tanganku menuju lorong lain yang membuatku tambah bingung.

Dari luar toko pakaian dalam ini nampaknya kecil. Setelah masuk, dibandingkan toko pakaian malah lebih mirip labirin gelap berliku.

Sayup-sayup masih terdengar raungan ganas singa dan bunyi dobrakan keras. Sepertinya Khimaira mencoba menghancurkan pintu. "Harry—"

"Aku tau. Dan sebelum itu terjadi kita harus segera keluar dari sini!"

"Kau belum tau aku mau bilang apa."

Harry menoleh namun tidak berhenti berlari. "Kau ingin mengatakan, 'Harry sepertinya Khimaira akan menghancurkan pintu itu', apa aku salah?"

"Hampir," balasku. "Tapi sungguh deh, kau menakutkan."

"Aku keren." Harry berhenti di satu lantai dan menunduk. Tangannya mengusap lantai kotor bertanah.

"Bila kau lupa, pintu keluar ada di sebelah sana."

Harry tidak menggubris dan aku berusaha menahan kekesalan. Tau-tau lantai itu terbuka dan di dalamnya ada tangga menuju ruang bawah tanah.

Sekali ini Harry menatapku kemudian tersenyum. "Nona Maxwell, aku ke sini karena sesuatu. Jadi kita tidak boleh keluar sebelum mendapatkannya."

Harry mengeluarkan senter kecil menerangi ruang bawah tanah. Kepalanya dijulurkan kedalam memastikan semuanya aman. Tapi dengan Khimaira disini, jelas tidak ada yang aman.

ELIS MAXWELL : Prison Of Night Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang