It Ain't My Fault.

4 0 0
                                    

Setelah heboh dengan acara memuat barang, kini Ellen dan Jehan sudah duduk di dalam mobil dengan napas yang sedikit terengah.

Jehan mengambil sebotol air mineral yang memang selalu tersedia di dalam mobilnya. "Nih, minum dulu." tangannya terulur memberikan botol itu kepada Ellen.

Gadis itu masih kikuk. "Thanks."

Setelah memakai sabuk pengaman, Jehan mulai melajukan mobilnya. "Alamatnya dimana?"

Ellen menunjukkan lokasi melalui ponselnya, dengan cepat Jehan membuka google maps untuk mengarahkan perjalanan mereka. Jehan nampak santai sementara Ellen sendiri sudah mati kutu.

Jehan bukan tipikal orang yang sunyi. Berbeda dengan Ellen yang berisik hanya pada orang tertentu saja. "Sorry, playlist gue acakadut."

Lagi-lagi ia menjawab seperti gadis dingin. "Gapapa."

Jehan mulai terbawa suasana musik, sementara Ellen sudah bodo amat. Ia sangat amat mengantuk. Jujur saja ia sangat ingin rebahan saat ini. Harinya berasa sangat panjang sekali karena peristiwa satu hari yang tidak diduga sebelumnya.

Sambil melantunkan lagu dengan tubuh yang mengikuti irama lagu, Jehan melirik gadis di sebelahnya yang tampak menahan kantuk. Jehan paham pasti gadis itu kelelahan dan merasa tidak aman jika harus tertidur dan satu mobil dengan orang asing.

Tapi hey, ini Jehan Pradipta. Apa gadis ini tidak mengenal dirinya? Bukankah harusnya gadis itu kegirangan dan mengajaknya berfoto ria? Kenapa gadis ini malah tampak tidak perduli dengan kehadirannya? Apa gadis ini tidak memiliki Instagram ataupun Tiktok? Jelas-jelas Jehan sedang naik daun di kedua platform tersebut.

Jehan sebenarnya tidak ambil pusing. Ia juga sebenarnya tidak ingin terkenal. Hanya saja baru kali ini bertemu gadis yang tidak antusias akan eksistensi dirinya.

Perjalanan masih lumayan memakan waktu dan Jehan membiarkan Ellen mengarungi bahtera mimpi, meski sesekali kepalanya menatap jendela di sampingnya.

"Untung mba Novi nelfon gue. Coba kalo engga, udah dibawa kabur orang nih cewe."

Setelah sampai di tujuan, Jehan bingung bagaimana cara membangunkan gadis ini. Ia tidak tega melihat wajah pulas seperti bayi baru lahir itu terbangun.

15 menit berlalu Jehan terdiam seperti orang tolol di dalam mobil berperang dengan otaknya. "Bangunin aja, deh."

Lantas harus bagaimana membangunkannya? Kalau disentuh nanti dikira mau berbuat mesum. Serba salah jadi Jehan. "Hey, kita udah nyampe."

Tidak ada respon apapun dari Ellen. Jehan berniat menarik kepala Ellen yang bersandar tidak nyaman pada jendela. Tapi siapa sangka sentuhan tangan Jehan membuat gadis itu terkaget dan berakhir dengan bibirnya yang menyasar di pipi Jehan.

"ANJIR!" teriaknya panik. Jehan buru-buru kembali ke posisinya. "SORRY! SUMPAH SORRY GA SENGAJA! GUE KAGET. GUE MINTA MAAF, MINTA MAAF BANGET!"

Jehan tidak tau mau berkata apa. Ia pun kaget dengan kejadian barusan. "G-gue tadi mau bangunin doang kok."

"Sumpah demi apapun sorry banget, kak. Gue..gue..." gadis itu tak melanjutkan kalimatnya. Ia masih pusing dan shock.

Melihat Ellen panik begitu Jehan sebenarnya kasihan. Nyawanya saja belum terlihat berkumpul menjadi satu. "Gue tau lo ga sengaja. Stop minta maaf dan kita udah nyampe btw."

Ellen celingukan kanan kiri dengan wajah merah padam dan rambut yang sedikit berantakan. "Oh udah sampe ya?" tanyanya retoris.

Jehan mengangguk dan keluar dari mobil. Ellen menyusulnya dan berjongkok di sisi mobil. Kepalanya jadi sangat pusing karna terbangun dengan kaget.

Jehan mengeluarkan semua barang milik Ellen dan juga Caca. Ellen sontak berdiri dan menatap pedih pada koper-koper sialan itu. "Makasih banget udah di anterin ya, kak. Dan sorry banget soal..."

"Panggil Jehan aja. Gue balik."

'matilah kau Ellen Sairish Ozora!'

.
.
.

Setelah selesai berbicara dengan pemilik kontrakan, kunci rumah diserahkan pada Ellen. Dari luar rumah ini nampak sederhana dan juga bersih.

Tapi sialnya yang dirawat hanya tampak luarnya saja. Begitu masuk ke dalam rumah Ellen sudah sibuk bersin berulang kali. Ia alergi debu.

Demi apapun hari sudah malam, tapi bagaimana ia bisa tidur dengan nyenyak jika kondisi dalam rumah seperti ini. Ellen mengambil duduk di teras rumah. Menghela napas beberapa kali, kesal dengan hidungnya yang gatal.

Lebih baik semakin lelah hari ini, daripada lelah itu harus berlanjut hingga esok hari. Ellen memakai maskernya lalu memasuki rumah. Ia herus membuat rumah ini bersih berkilau meskipun harus begadang seperti membangun candi.

Semua kain yang dipakai untuk menutupi perabotan ia kumpulkan, lalu langsung dimasukkan ke mesin cuci. Lalu ia mengelap setiap perabotan tanpa terkecuali. Membersihkan tempat tidur baik kamarnya dan juga kamar milik Caca. Pokoknya Ellen tidak akan membiarkan setitikpun sisi dari rumah ini kotor.

Tubuhnya sudah dipenuhi keringat dan juga debu. Ellen lanjut menyapu dan juga mengeringkan kain dan juga seprai yang ia masukkan mesin cuci tadi. Tanpa jeda ia langsung mengepel setiap sudut lantai rumah ini.

Setelah semuanya selesai, Ellen mengambil napas. Pinggangnya sungguh sakit. Ia tidak yakin bisa bangun pagi besok. Seluruh jendela dan pintu ia tutup kembali. Persetan dengan hantu tengah malam. Ia lebih percaya rumah yang kotor menjadi sarang setan. Jam sudah menunjukkan pukul 00.42 dini hari. Setelah memastikan jendela dan pintu terkunci dengan aman, Ellen menyalakan ac kamarnya di lanjut dengan memasang seprai kasurnya dan juga kasur Caca di kamar seberang.

Puas dengan hasil kerja rodinya, Ellen bergegas untuk mandi. Dia sudah lelah setengah mati. Mandi akan menghilangkan sedikit rasa lelah, dan juga membuat tidur semakin nyaman.

Setelah memakan waktu stengah jam di kamar mandi, gadis itu tampak segar dengan rambut basahnya. Ia memasang diffuser lalu merebahkan dirinya di tempat tidur. Ia juga harus mengecek ponselnya. Ia lupa mengabari sang mama kalau sudah sampai Lombok dan baik-baik saja disini. Mamanya pasti khawatir.

7 unread message from : Mamaa

Ell, udah landing?

Ellen, jangan lupa makan.

Obatnya jangan lupa diminum, Ell.

Ellen kenapa ngga ngabarin mama?

Ell baik2 aja kan?

Ellen jangan bikin mama khawatir!

Kalau sampe besok pagi gaada kabar, mama susulin kamu ke Lombok!

Ellen terkekeh membaca pesan dari mamanya.

Ellen
Ellen baik2 aja, ma. Mama gausah khawatir apalagi nyusulin Ellen kesini. Ellen tadi lupa ngabarin hehe. Soalnya ada sedikit insiden. Tapi sekarang semuanya baik2 aja maa. Sekarang Ellen mau tidur. Goodnight, ma.

Ellen pikir mamanya itu sudah tidur. Ellen jadi merasa bersalah saat pesannya langsung dibaca oleh sang mama.

Mamaa
Kebiasaan emang ini anak. Sama aja kaya papanya.

Ellen sudah tidak menanggapi. Ia lebih memilih memejamkan matanya. Tapi mengapa ia menjadi teringat insiden di dalam mobil tadi?

"Ell, pokonya bukan salah lo. Itu nggak sengaja, Ell. Stop mikirin itu!" Monolognya.

"Harusnya gue seneng bisa nyium Jehan. Tapi gue takut disangka fans fanatic nya. Kalo dia tau gue ini Irish gimana yaa..."

02072023
-Koreyo

CARNATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang